Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Menggali Pembelajaran Bermakna Mengemis Online Isu Pengasuhan Orang tua Anak

Gaya Hidup | 2023-01-15 09:51:28

Konten seperti ini tentu segera menjadi heboh, mengingat kemunculannya semakin banyak dan jumlah penontonnya juga tidak berkurang. Hal yang miris adalah tentunya upaya membangun ’rasa iba’ tersebut, dengan menampilkan para lansia ataupun perempuan berumus mandi air dingin, mandi lumpur di tengah malam dll. Sehingga muncul banyak pertanyaan dibenak masyarakat, apakah mereka adalah ’orang tua’ dari mereka yang menyiarkan ’streaming’ adegan langsung tersebut? Jika iya, tentu hal ini sangat memprihatinkan. Benarkah ini upaya 'menjual kesengsaraan?"

Hubungan anak dan orang tua.

Pola dan aktivitas pengasuhan orang tua adalah hal yang sangat penting bagi pertumbuhan anak, dan perkembangan keluarga tersebut.

Maka, upaya terukur dan sistematik untuk menghasilkan terciptanya pola pengasuhan yang baik baik sebuah keluarga, adalah penting. Orang tua, sejatinya adalah individu ataupun pasangan yang tidak boleh berhenti belajar

Sehingga, proses pengasuhan adalah proses perjalanan panjang sepanjang jaman. Ini adalah sebuah proses pembelajaran yang berkaitan dengan banyak dimensi kehidupan, baik dimensi internal individu yang terdiri dari sub dimensi biologis, psikologis dan spiritual, serta dimensi eksternal inidividu yang terdiri dari pasangan, keluarga inti, keluarga besar, lingkungan sosial tempat tinggal, institusi formal, komunitas non formal, kependudukan negara dan lain-lain.

Maka logikanya, sang anak sebagai asuhan yang baik dari orang tuanya, akan berusaha memberikan yang terbaik (jika perlu jiwa dan raganya) pada orang tuanya.

Brooks (1991) says that parenting is a process which includes important elements to positively influence children such as maintaining, protecting, and directing children during their developmental period. Atau secara umum dapat dinyatakan bahwa pengasuhan adalah proses yang melibatkan banyak elemen untuk membangun pengaruh positif terhadap anak, seperti memelihara, menjaga, dan mengarahakan akan selama masa pertumbuhannya.

Pola pengasuhan yang baik, dan sesuai norma serta etika agama dan kemasyarakatan, secara umum akan menghasilkan perilaku anak dan orang tua yang baik. Anak tidak akan melakukan hal-hal yang ‘aneh-aneh’ kepada orang taunya secara khusus, ataupun individu lansia secara umum.

Dalam Agama Islam, kita diajarkan untuk selalu berbuat baik pada orang lain dan secara lebih khusus ke orang tua.

Anomali Sosial

Seorang anak yang membiarkan orang tuanya, atau individu lansia berjam-jam mandi berdingin-dingin plus disiarkan langsung melalui media sosial, tentu perlu dipertanyakan. Apakah ini bentuk membiarkan lansia ’bekerja’ dengan berjuang berdingin-dingin? Apakah ini sekedar bentuk ingin mencari perhatian, sehingga akhirnya bisa melakukan aktivitas panjat sosial? Apakah benar bahwa sudah tidak ada cara lain untuk mengumpulkan rupiah?

Secara fakta sosiologis, bisa saja seseorang menjadi meningkat ”status sosialnya” di dunia maya (dengan menghasilkan banyak follower/pengikut). Namun secara etika keumuman, bukan seperti ini cara individu melakukan mobilisasi sosial. Upaya membangun identitas sosial, untuk meningkatkan status sosial, tidak harus dilakukan dengan cara yang diluar keumuman ataupun menghalalkan segala cara. Ketika kita melakukan hal seperti ini, justru masyarakat luas dapat melihat ”siapakah diri kita sebenarnya”.

Tantangan

Maka, kemajuan dunia digital, tak pelak merupakan tantangan bagi orang tua pada khususnyal dan dunia pengasuhan pada umumnya. Ada banyak sekali pengaruh terhadap tumbuh kembang anak, dan pola relasi antara anak dan orang tua, yang dapat ’dipengaruhi (baik secara positif maupun negatif) melalui kecanggihan dunia media sosial.

Maka bagi kita anak muda yang haus status sosial, mari melakukan mobilisasi sosial yang edukatif dan beretika. Jangan melakukan segala cara untuk menjadi ”selebritas’ di dunia maya. Ataupun, jika kita ingin mencari uang ataupun penghasilan, melalui dunia maya, mari berpikir ulang mengenai norma, tata krama maupun aturan syariahnya.

Selanjutnya bagi kita warga negara Indonesia, mari melakukan kampanye sosial positif, untuk terus memberikan edukasi terhadap bagaimana bermedia sosial yang bijaksana, sekaligus memberikan tontonan edukatif terhadap anak-anak dan generasi belia bangsa

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image