Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mutiara Permata Hati Soleha

Kemampuan Kepemimpinan Memiliki Hubungan dan Berpengaruh Terhadap Perilaku Kelompok

Pendidikan dan Literasi | Monday, 09 Jan 2023, 13:10 WIB

Definisi Perilaku Kelompok dalam Organisasi

Secara etimologi, perilaku dalam bahasa inggris berarti “behavior”. Sedangkan secara terminologi, Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan”. Menurut Toha, perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Suatu perilaku dapat diobservasi ketika perilaku itu dapat dilihat dan terukur serta dapat dihitung dalam kaitan dengan frekuensi dan/atau jangka waktu. Jadi, perilaku adalah aktifitas individu atau manusia sebagai reaksi terhadap lingkungan yang dapat diamati.

Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Masing-masing dari kita telah menjadi dan masih menjadi anggota kelompok-kelompok yang berbeda. Ada kelompok sekolah, kelompok kerja, kelompok keluarga, kelompok sosial, kelompok kegamaan, kelompok formal, dan kelompok informal (Ivancevich dkk, 2006: 5). Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompok-kelompok ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barang kali adanya kesamaan, kesenangan bersama, maka timbulah kedekatan satu sama lain. Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.

Kelompok juga terbentuk sebagai konsekuensi dari tindakan para pegawai. Kelompok semacam itu disebut kelompok informal,yang terbentuk karena kepentingan yang sama dan pergaulan. Ada beberapa alasan mengapa manusia berkelompok dan berorganisasi. Robbins dan Judge (2008: 258) dalam Sucipto dan Siswanto (2008 : 58-59) berpendapat bahwa manusia berkelompok untuk alasan:

a. Rasa Aman

b. Harga Diri

c. Afiliasi

d. Status

e. Kekuatan

f. Pencapaian Tujuan

Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menginvestigasi dampak perilaku dari individu, kelompok, dan struktur dalam organisasi, dengan maksud menerapkan pengetahuan untuk memperbaiki efektivitas organisasi. Jadi, perilaku kelompok dalam organisasi adalah aktifitas yang dilakukan dua atau lebih individu yang berkumpul dan berinteraksi sebagai anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tertentu yang telah disepakati.

Dari pengertian perilaku dan pengertian kelompok diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kelompok adalah aktifitas yang dapat diamati dari dua atau lebih manusia atau individu yang berinteraksi dan berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia sebagai individu memunyai watak, temperamen, sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Bahwa perilaku kelompok tidak hanya terbentuk karena tindakan manajerial, tetapi juga karena adanya usaha-usaha inividu para manajer menciptakan kelompok-kelompok kerja untuk menangani tugas dan pekerjaan yang diberikan. Kelompok-kelompok semacam itu, yang diciptakan oleh keputusan manajerial disebut kelompok formal. Kelompok juga terbentuk sebagai konsekuensi dari tindakan para pegawai. Kelompok semacam itu disebut kelompok informal,yang terbentuk karena kepentingan yang sama dan pergaulan.

Kemampuan Kepemimpinan memiliki hubungan dan berpengaruh terhadap Perilaku Kelompok

Ratmawati dan Herachwati (2007), mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Sedangkan Hersey dan Blanchard (1995), kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Secara esensial, kepemimpinan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan dan melalui orang-orang. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus memperhatikan hubungan antara tugas dengan manusia. Dengan menggunakan istilah lain, Bernard telah mengidentifikasi perhatian kepemimpinan yang sama dalam hasil kerja klasiknya, The Functions of the executive, pada akhir tahun 1930-an. Perhatian kepemimpinan itu tampaknya merupakan pencerminan dari dua aliran pikiran terdahulu dalam teori organisasi-manajemen keilmuan dan hubungan manusia.

Darwin Cartwright dan Alvin Zander, dengan mengikhtisarkan hasil penemuan studi-studi yang dilakukan di Research Center for Group Dynamics, mengemukakan bahwa tujuan kelompok dapat dikelompokkan dalam dua kategori: (i) pencapaian tujuan khusus kelompok atau (ii) pemeliharaan atau penguatan kelompok itu sendiri (Lewin, 1947). Hasil penelitian belakangan ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan cukup bervariasi dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain. Sebagian pemimpin menekankan pada tugas dan dapat dilukiskan sebagai pemimpin yang autikratis, dan yang lain menekankan pada hubungan antara pribadi dan dapat dipandang sebagai pemimpin yang demokratis.

Di samping itu, Terry dan Robins dalam Wahab (2011: 82) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan. Pendapat ini memandang semua anggota kelompok/organisasi sebagai satu kesatuan, sehingga kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan mempengaruhi semua anggota kelompok/ organisasi agar bersedia melakukan kegiatan/bekerja untuk mencapai tujuan kelompok/organisasi.

Dari uraian-uraian tentang pengertian kepemimpinan diatas dapat diidentifikasi unsur-unsur utama sebagai esensi kepemimpinan. Unsur-unsur itu adalah:

a. Unsur pemimpin atau orang yang mempengaruhi.

b. Unsur orang yang dipimpin sabagai pihak yang dipengaruhi.

c. Unsur interaksi atau kegiatan/usaha dan proses mempengaruhi.

d. Unsur tujuan yang hendak dicapai dalam proses mempengaruhi.

e. Unsur perilaku/kegiatan yang dilakukan sebagai hasil mempengaruhi.

Jadi, kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi semua anggota kelompok organisasi untuk melakukan suatu kegiatan serta proses interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efesien.

Rivai (2012: 34) menyatakan bahwa secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

a. Fungsi Instruksi

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.

b. Fungsi Konsultasi

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikan, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.

c. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencapuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin bukan pelaksana.

d. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/ menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.

e. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Untuk mensistematika kinerja dalam organisasi, menurut Kartono dalam Mesiono (2014: 78) seorang pemimpin mempunyai fungsi-fungsi kepemimpinan diantaranya:

1) Memprakarsai struktur organisasi.

2) Menjaga adanya koordinasi dan integrasi organisasi, supaya semuanya beroperasi secara efektif.

3) Merumuskan tujuan institusional atau organisasional dan menentukan sarana serta cara-cara yang efesien untuk mencapai tujuan tersebut.

4) Menengahi pertentangan dan konflik-konflik yang muncul dan mengadakan evaluasi serta evaluasi ulang.

5) Mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan, dan penyempurnaan dalam organisasi.

Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi semua anggota kelompok organisasi untuk melakukan suatu kegiatan serta proses interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efesien. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas dibandingkan dengan manajemen. Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan didalam usahanya mencapai tujuan organisasi.

Prinsip kepemimpinan merupakan pokok-pokok pikiran yang dianggap benar yang harus ada dilakukan dalam proses kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi. Tujuan pokok kegiatan pengendalian dalam kepemimpinan adalah untuk memperoleh tanggapan berupa kesediaan mewujudkan program kerja dari para anggota organisasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image