Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amanda Novianti

Memahami Faktor Kekuasaan yang Mempengaruhi Psikologi Komunikator

Pendidikan dan Literasi | Thursday, 05 Jan 2023, 15:59 WIB
Ilustrasi Komunikator (Sumber : https://socio.events/)

Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari adanya proses pertukaran informasi atau pesan. Pertukaran informasi atau pesan terjadi antara pengirim pesan kepada penerima pesan. Pertukaran informasi bertujuan untuk meyampaikan pesan. Pertukaran informasi tersebut dapat disebut dengan komunikasi. Komunikasi adalah cara mengirimkan pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dengan tujuan agar komunikan memahami maksud dari informasi yang disampaikan, serta dapat melakukan apa yang diperintahkan.

Menjadi seorang komunikator yang baik perlu fokus, memiliki persiapan dan keterampilan mendengar, dan juga dapat melihat dari sudut pandang audiens. Kepercayaan dan kredibilitas komunikator merupakan kunci dari komunikasi yang efektif. Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi juga keadaan dia sendiri. Ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan.

Menurut Herbert C. Kelman (1975) pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa tiga hal : internalisasi (internalizatin), indetifikasi (identification), dan ketundukan (compliance). Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Dimensi ethos yang paling relevan disini kredibilitas – keahlian komunikator atau kepercayaan kita pada komunikator. Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaita dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan (satisfying self defining relationship ) dengan orang atau kelompok itu. Ketundukan (compliance) terjadi bila individu menerima pengaruh diri orang atau kelomppok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan diri orang atau kelompok tersebut.

Ilustrasi Faktor Kekuasaan ( Sumber : https://www.flashpack.com/)

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal : (1) kredibilitas adalah persepsi komunikate; jadi tidak inheren dalam diri komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator, yang selanjutnya akan kita sebut sebagai komponen-komponen kredibilitas. Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi. Kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikate. Kredibilitas terdiri dari beberapa komponen penting diantaranya keahlian dan kepercayaan. Keahlian merupakan kesan yang dibentuk oleh komunikai tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Sedangkan kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya, yaitu dinamis, sosialbilitas, dan koorientasi komunikator.

2. Atraksi (Attractiveness)

Faktor-faktor yang memengaruhi aktraksi interpersonal : daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Atraksib fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik, ia memiliki daya persuasif. Namun, kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita. Rogers membuktikan pengaruh faktor kesamaan ini dari penelitian-penelitian sosiologis. Serangkaian studi psikologis yang dilakukan Stotland dan kawan-kawannya (Stotland dan Dunn, 1962; Stotland, Zander, dan Natsoulas, 1961) memperkuat teori Rogers. Mereka membuktikan bahwa orang mudah berempati dan merasakan perasaan orang lain yang dipandangnya sama dengan mereka. Simons menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikate cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama, Kesamaan mempermudah proses penyandibalikan (decoding), yakni proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. Kedua, Kesamaan membantu membangun premis yang sama. Ketiga, kesamaan menyebabkan komunikate tertarik pada komunikator. Keempat, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator.

3. Kekuasaan

Dalam kerangka teori Kelman, kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting (critical resources). Berdasarkan sumber daya yang dimilikinya, French dan Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan. Klasifikasi ini kemudian dimodifikasikan Rven (1974) dan menghasilkan lima jenis kekuasaan:

1. Kekuasaan Koersif (coersive power). Kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikate.

2. Kekuasaan Keahlian (expert power). Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator.

3. Kekuasaan Informasional (informational power). Kekuasaan ini berasal dari isi komunikator tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator.

4. Kekuasaan Rujukan (referent power). Disini komunikate menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya.

5. Kekuasaan Legal (legitimate power). Kekuasaan ini berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan.

Oleh karena itu, ketika berkomunikasi dengan publik dan menjadi seorang komunikator, harus selalu bertujuan untuk menjadi akurat, kredibel, bersedia dan mampu memperbaiki misinformasi dan menghilangkan rumor, konsisten, relevan, sering, siap untuk merespons, tepat waktu (berarti dijadwalkan secara teratur).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image