Dear Si Black
Sastra | 2023-01-04 09:51:54Si Black that’s what they’ve called me. Karena kulitku hitam. Bullyan itu yang terus – terusan disematkan kepadaku setiap hari. Di sekolah sudah tidak menyengkan. Orang bilang masa SMA adalah masa yang paling membahagiakan, tapi tidak buatku, masa SMA justu adalah masa aku ingin menghilangkannya dari pikiranku.
Namaku Ario Satria. Hanya karena warna kulitku, mereka memanggilku Si Black. Karena bullyan yang kuterima aku menjadi rendah diri, aku hampir frustasi karena warna kulitku, kupakai segala jenis lotion pemutih tapi tidak ada hasilnya, ya setelah kupikir – pikir wajar jika tak ada hasilnya toh memang udah bawaan lahir.
Karena bullyan itu aku jadi malas berteman dengan teman – teman di sekolah, aku jadi sering bolos dan lebih sering mangkal di warung kopi dekat kantor lama – lama aku jadi kenal beberapa preman pasar. Para preman pasar itu tampangnya memang serem tapi ya mereka gak ngatain aku Si Black.
Pernah mereka Tanya sama aku.
Bang Jon : “Tampangmu ini kayak orang baik, kenapa kau main di pasar?”
Aku : “Temen – temenku jahat lah bang, mereka sering ngatain aku, bully aku males aku temenan sama mereka”
Bang Roy : “Memangnya mereka bilang apa?”
Aku : “Mereka ngatain aku Si Black cuma karena kulit aku item bang”
Bang Jon : “Ya kenapa memangnya kalau kulit kau hitam? Memang itu ciptaan Tuhan”
Aku : “Iya tapi kayak nama anjing aja bang Si Black”
Bang Roy : “Hey, anjing pun ciptaan Tuhan kau ini. Kau tontonlah bioskop ada itu filmnya judulnya Black Adam, tapi orang hebat dia, punya kekuatan super, dan kulitnya memang hitam, jadi apa masalahnya?’
Aku terdiam mendengar abang – abang ini ngomong, setelah kupikir – pikir bagus juga ya panggilan Si Black. Tapi ga usah pake Si lah, Black aja lah. Kalau di bioskop itu Black Adam, aku buat julukan Black Ario ajalah.
Aku : “Iya ya bang, kuputuskan nama julukanku Black Ario”
Bang Jon : “Kreatif kau ya, langsung punya nama julukan kau”
Aku : “Iyalah, aku ga mau kalah, abang – abang aja ada julukannya, Bang Jon julukannya Samson Medan, Bang Roy julukan Roy Indo”
Bang Roy : “Hahahaha.. tau aja kau, kalau punya julukan itu preman, biar orang takut baru denger nama, memangnya kau mau jadi preman ha?”
Aku : “Mau aku bang, aku mau jadi preman aja, biar bisa bungkam mulut teman – temanku”
Bang Jon : “Hahahah besar nyali anak ini, ajaklah dia Roy ajarilah dia”
Bang Roy : “Siap bang!”
Sejak hari itu aku makin sering ke pasar, aku diajarin malak dari pedagang pasar, aku senang karena aku jadi punya banyak duit, dengan duit aku jadi sering traktir temen – temenku di sekolah. Yang tadinya ngata – ngatain aku, semenjak sering aku traktir jadi pada baik sama aku, tak ada lagi yang ngatain aku Si Black, malah mereka sesekali kudengar cerita tentang ada tentang preman pasar namanya Black Ario, mereka bercerita betapa menakutkannya Black Ario itu, tapi mereka tidak pernah terlintas untuk berpikir bahwa itu aku. Mereka tidak yakin anak baik seperti aku jadi preman pasar hahahaha...
Aku jadi ketagihan punya uang banyak, sehingga aku minta diajarkan cara mendapat uang lebih banyak. Aku pun diajari cara mencopet di pasar, dengan cara menargetkan mangsa, kemudian tunggu mangsa pada posisi rame atau berdesak – desakan, maka di saat itu lancarkan serangan. Aku pun beberapa kali telah berhasil mencopet.
Setamat SMA aku berpikir buat apa kuliah, jika hanya dengan sekarang pun aku sudah bisa mendapatkan uang banyak. Aku pun mulai berani menodong kan dan mencuri, tingkah ku semakin liar dan diluar batas, di pikiran ku hanya uang, uang dan uang.
Hingga suatu ketika, malam itu pukul 21:00 aku melihat seorang anak remaja pulang sendirian berjalan sambil menatap handphone, aku berpikir ini mangsa yang tepat, dia sendirian, aku bisa mengambil handphonenya.
Aku berjalan mengikutinya, menodongnya dengan sebilah pisau untuk dia menyerahkan handphonenya, tak kusangka gadis kecil itu melawan dan tetap mempertahankan handphonenya dan dia mulai menjerit histeris, karena aku panik takut dipukuli massa akhirnya kutusukkan pisauku ke perutnya, dan dia langsung terjatuh dan bersimbah darah, aku segera berlari, handphonenya pun tak sempat aku ambil. Aku sungguh takut, tanganku berlumuran darah, aku berpikir kemana aku harus melarikan diri, aku bingung harus dimana bersembunyi.
Tak kurang dari 1 x 24 jam, polisi berhasil mencidukku dan aku segera dimasukkan ke tahanan. Yang kudengar gadis kecil itu terluka tapi tidak meninggal, dalam hati aku bersyukur karena aku tidak membunuh orang.
Aku dijatuhi hukuman 1,2 tahun penjara. Penjara titik balik aku untuk berubah menjadi lebih baik, aku berpikir aku mau jadi apa, gak mungkin selamanya hidup seperti ini, aku mau perbaiki hidupku dan yang pertama kulakukan adalah memperbaiki sholatku. Untuk pertama kalinya setelah 5 tahun lebih aku tidak sholat, aku menangis, aku berterimakasih Allah masih kasih kesempatan untuk taubat sebelum aku meninggal, aku sungguh bertekad untuk berubah.
1,2 tahun kujalani di penjara, belajar menjadi orang baik, belajar menjadi hambaNya sesuai tuntutannya, sesuai dengan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Akhirnya hari kebebasan tiba, karena perilakuku yang baik, akhirnya masa tahanan ku dipotong dan kebebasanku dipercepat, Allah Maha Baik. Aku pun bertekad untuk memperbaiki hidupku. Aku bekerja sebagai sales marketing. Tapi dengan backgroundku sebagai eks-napi orang – orang masih tidak percaya padaku, mereka masing mengganggap aku penjahat. Tapi ya ini memang konsekuensi yang harus aku terima.
Malam itu ketika aku pulang dari kantor, aku melihat seorang perempuan yang akan diperkosa oleh seorang pria, aku bisa saja meninggalkannya dan pura – pura tidak melihat, tapi hati ku berkata lain, aku memutar langkahku dan segera memukul pria itu, kami pun berkelahi, pria ternyata membawa senjata tajam dan dia mengacungkan pisau itu, dia menyerangku membabi buta dan tiba – tiba dia terjungkal dan terjatuh dengan ujung pisau tertancap pada perempuan itu, dan perempuan itu pun seketika histeris menjerit dan meninggal, pria itu langsung berlari. Sungguh kakiku ingin berlari, aku takut orang – orang berpikir ini perbuatanku, tapi hatiku berkata jahat sekali aku meninggalkannya, hingga aku hanya terdiam di tempat dan tiba – tiba warga sudah datang mengerumuniku dan memukuliku.
“Dasar penjahat! Memang ga kapok – kapok!”
“Penjara ga bikin jera ya!”
“Rasain lu nusuk perempuan lu!”
“Bawa – bawa korbannya, panggil polisi, masukin orang ini ke penjara lagi!”
Rasanya pandanganku semakin gelap dan aku tidak tau lagi apa yang terjadi. Ketika aku bangun, aku sudah di kantor polisi (Lagi) dengan posisi tangan terikat (Lagi). Polisi menginterogasiku. Aku berkata bahwa aku tidak membunuh perempuan itu, tapi ada orang lain. Hanya karena aku pernah dipenjara bukan berarti aku selamanya jadi penjahat, aku berusaha menolong perempuan itu, bukan aku yang membunuhnya. Sialnya tidak ada saksi mata saat di lokasi, hanya kami bertiga. Belum lagi sentimen masyarakat dengan tuduhan bahwa aku ini memang masih criminal.
Di titik itu aku sungguh kesal, kenapa Tuhan? Saat aku mau jadi orang baik, saat aku berusaha menolong orang lain, tapi aku malah tetap dituduh. Mestinya biarin aku tetap jahat, mestinya kutinggalin perempuan itu, biar jadi masalah dia dan laki – laki itu. Bodohnya aku, sok jadi pahlawan, sok jadi orang baik. Aku mengumpat diriku sendiri. Semalaman aku berpikir kenapa Tuhan beri aku cobaan ini.
Hari kedua aku ditahan, aku yang sudah kesal semalaman pada Tuhan, mencoba berpikir ulang kembali. Semua kejadian ku reka ulang dalam otakku, semua kejadian kupikirkan mundur, setelah kuingat – ingat, aku baru belajar menjadi orang baik 2 tahun terakhir ini sejak aku dipenjara, sedangkan selama hampir 10 tahun aku menjadi orang yang salah jalan dan pembangkang pada aturan Allah. Mungkinkan ini memang belum cukup untuk menebus kesalahanku yang sudah zalim kepada banyak orang?
Tapi saat ini aku sungguh membutuhkan pertolonganMu ya Allah, aku tak mau dipenjara lagi, aku tak punya siapa – siapa tempatku bergantung. Hanya kepadaMu aku memohon pertolonganMu. Aku percaya Allahku Maha Baik, jika selama 10 tahun aku menjadi orang jahat saja Allah masih menolongku, aku percaya dan yakin ketika aku belajar menjadi orang baik, Allah tak akan sia-siakan aku. Aku mencoba pasrah dan menjalani hari, meyakini Allah akan menolongku.
Esok pagi tiba – tiba aku dilepaskan, borgolku dibuka. Polisi bilang ada saksi mata yang mengatakan bahwa benar ada pria lain yang menusuk perempuan itu dan ada videonya, sehingga pelaku sebenarnya telah tertangkap. Aku keluar mencoba menemui saksi mata, ternyata perempuan itu adalah gadis kecil yang pernah aku tusuk perutnya, seketika aku menangis dan aku bersimpuh di kakinya, dia seperti pertolongan Allah yang datang menyelamatku, padahal aku dulu telah melukainya.
Aku : “Aku sungguh minta maaf atas perbuatan aku yang dahulu, aku sungguh menyesal, dan aku sekarang berterima kasih atas bantuanmu, sangat berterima kasih”
Gadis : “Aku melihat kalian berkelahi, dan aku ingat kau yang telah menusukku, tadinya aku memang berniat meninggalku mengingat apa yang telah kau lakukan padaku, tapi Allah menggerakkan hatiku untuk menolong gadis itu, karena jika kau saja mau berubah menjadi orang baik dengan menaruhkan nyawamu menolong gadis itu, bagaimana mana mungkin aku berubah menjadi orang yang jahat sepertimu dahulu, sehingga aku segera menelpon polisi dan merekam kejadian sembari menunggu polisi datang”
Aku menangis dan bersimpuh di kakinya. Sungguh Allah Maha Baik. Sungguh pertolongan Allah itu nyata. Pertolongan itu datang lewat orang yang malah pernah kuperlakukan jahat. Aku meminta maaf berkali – kali padanya. Aku mengucap istighfar berkali – kali pada Allah. Aku berjanji akan selalu di jalan Allah, karena aku percaya Allah tak akan pernah tinggalkan aku.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
