Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image M Rasyid

Peran Bioteknologi Lingkungan Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Edukasi | Friday, 30 Dec 2022, 20:48 WIB

Secara umum, bioteknologi dapat dipahami sebagai cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup (seperti bakteri, fungi, virus, tumbuhan, dan lain-lain) atau produk yang dihasilkan oleh makhluk hidup tersebut (seperti enzim, alkohol, dan senyawa lainnya) untuk memberikan keuntungan bagi manusia.

Sedangkan secara etimologis, bioteknologi tersusun atas tiga kata yakni bio yang artinya hidup, teknos yang berarti penerapan, dan logos yang artinya ilmu. So, bioteknologi dapat juga diartikan sebagai ilmu atau cabang ilmu yang mempelajari tentang penerapan ilmu atau prinsip-prinsip dalam biologi.

Lalu, selain definisi tersebut, beberapa pakar dan lembaga keilmuan dunia juga mengemukakan definisi tentang bioteknologi, antara lain:

Menurut Bull et al. (1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.

Menurut Primrose (1987), bioteknologi merupakan eksploitasi komersial organisme hidup atau komponennya seperti: sel, enzim.

Menurut OECD (1982), Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa.

Menurut OTA-US (1982), Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian organisme untuk membuat atau memodifikasi suatu produk dan meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau hewan atau mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus.

Nah, beberapa contoh sederhana dari produk pemanfaatan ilmu bioteknologi yang lekat dengan keseharian kita adalah tempe, tape, atau makanan dan minuman terfermentasi lainnya. Di dalam tempe, terdapat jamur, seperti Rhizopus oligosporus, yang tumbuh di permukaan kacang kedelai dan mengubah struktur, aroma, dan rasa kacang tersebut menjadi tempe.

Sekalipun ilmu bioteknologi baru ramai menjadi perbincangan pada satu dekade terakhir ini, tetapi pengimplementasian ilmu ini sudah ada sejak lama. Sebut saja penemuan metode produksi wine pada tahun 4100 sebelum masehi dan produksi keju di tahun 800 sebelum masehi. Kedua produk tersebut merupakan bukti kemajuan peradaban keilmuan manusia pada masa lalu.

Selanjutnya, pada tahun 1917 ada seorang ilmuwan asal Hungaria bernama Karl Ereky yang kemudian memperkenalkan istilah bioteknologi sebagai diksi untuk menggambarkan suatu interaksi antara ilmu biologi dan teknologi. Interaksi tersebut mengubah suatu bahan baku menjadi produk yang berguna bagi manusia dengan menggunakan organisme dan sistem biologi.

Nah, jika kamu berminat untuk mendalami ilmu bioteknologi, salah satu kampus patut menjadi prioritasmu adalah Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L). i3L menyelenggarakan program S1 untuk jurusan Bioteknologi dengan mengimplementasikan kurikulum interdisipliner yakni mengkolaborasikan bidang keilmuan bioteknologi dengan disiplin ilmu lainnya yang bisa saling bersinergi. Kurikulum seperti ini tentunya dapat memberikan pengalaman akademis yang menyenangkan.

Peranan Bioteknologi di Bidang Lingkungan

Selain diterapkan pada bidang pangan, ilmu bioteknologi juga akhirnya bisa diterapkan pada bidang-bidang lainnya seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu contohnya adalah penerapan ilmu bioteknologi dalam usaha menjaga kualitas lingkungan.

Permasalahan lingkungan hidup hingga saat ini masih menjadi salah satu topik yang banyak diperbincangkan di kalangan generasi muda Indonesia bahkan dunia. Semakin banyak anggota gen Z yang menyadari bahwasanya permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini akan menjadi masalah besar bagi kehidupan di masa mendatang. Nah, ketika banyak orang berpikir tentang cara mengatasi permasalahan lingkungan tersebut, kita pun harus mampu melihat berbagai peluang yang dapat menawarkan solusi terbaik dan ilmu bioteknologi mampu memberikan solusi tersebut.

Peranan Bioteknologi di Bidang Lingkungan

Selain diterapkan pada bidang pangan, ilmu bioteknologi juga akhirnya bisa diterapkan pada bidang-bidang lainnya seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu contohnya adalah penerapan ilmu bioteknologi dalam usaha menjaga kualitas lingkungan.

Permasalahan lingkungan hidup hingga saat ini masih menjadi salah satu topik yang banyak diperbincangkan di kalangan generasi muda Indonesia bahkan dunia. Semakin banyak anggota gen Z yang menyadari bahwasanya permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini akan menjadi masalah besar bagi kehidupan di masa mendatang. Nah, ketika banyak orang berpikir tentang cara mengatasi permasalahan lingkungan tersebut, kita pun harus mampu melihat berbagai peluang yang dapat menawarkan solusi terbaik dan ilmu bioteknologi mampu memberikan solusi tersebut.

Baca Juga: Mengapa Belajar Ilmu Biomedis Itu Penting? Pahami Yuk!

Beberapa bentuk usaha pemuliaan lingkungan dari implementasi ilmu bioteknologi antara lain:

Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses atau upaya pemulihan kondisi lingkungan menggunakan makhluk hidup. Dalam proses bioremediasi, makhluk hidup yang sering digunakan ialah mikroorganisme yang mana mikroorganisme tersebut ketika diaplikasikan akan menghasilkan metabolit sekunder dari hasil interaksi dengan polutan yang ada di lingkungan yang kemudian membuatnya menjadi tidak berbahaya.

Sebagai contoh, misalnya ilmuwan dari Jepang pada Maret 2016 mempublikasikan penemuan bakteri Ideonella sakaiensis yang mereka dapatkan dari lokasi pengolahan sampah plastik di Osaka. Bakteri tersebut telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan di mana banyak materi plastik ditemukan. I. sakaiensis mampu melakukan penguraian polyethylene terephthalate (PET) yang menjadi salah satu unit kimia yang digunakan dalam memproduksi botol plastik.

Lalu, bayangkan jika kita dapat memanfaatkan kemampuan bakteri ini untuk menguraikan sampah plastik yang semakin menjadi permasalahan besar saat ini. Bayangkan pula jika ada spesies bakteri lain asli Indonesia yang bisa ditemukan dari lokasi pembuangan sampah seperti Bantar Gebang, Bekasi. Itu adalah salah satu contoh solusi yang bisa bioteknologi tawarkan.

Selain itu, ada juga istilah phytomining yang merupakan salah satu metode dalam bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan tumbuhan untuk mengambil mineral tertentu, seperti kobalt, nikel, dan besi dari perut bumi tanpa perlu membuat lubang besar menganga di tanah.

Hal ini sudah mulai diteliti secara lebih mendalam oleh ilmuwan di Australia yang memanfaatkan tanaman asli Australia, Crotalaria novae-hollandiae, yang telah beradaptasi untuk memanfaatkan kobalt dari dalam tanah.

Untuk bisa mendapatkan kobalt murni dari tanaman tersebut, proses ekstraksi dan purifikasi lanjut masih harus dilakukan. Bayangkan jika ada tumbuhan atau mikroorganisme asli Indonesia yang mampu mengekstraksi emas, tembaga, atau nikel dari dalam tanah tanpa perlu membuka lokasi tambang baru.

Biofertilizer dan Biodekomposer

Biofertilizer adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup seperti Bacillus, Pseudomonas, Rhizobium, Azospirillum, Azotobacter, Mikoriza, dan Trichoderma yang memiliki kemampuan dalam menyediakan unsur hara yang dapat meningkatkan kesuburan tanah serta meningkatkan kualitas hasil produksi tanaman. Sedangkan biodekomposer adalah mikroorganisme yang berperan dalam mempercepat proses dekomposisi atau penghancuran bahan-bahan organik dari sisa tanaman menjadi kompos yang kemudian menjadi supplier unsur hara bagi tanaman. Contohnya adalah bakteri, cacing, dan jamur.

Biokontrol

Biokontrol adalah metode alternatif dari upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan memanfaatkan makhluk hidup. Organisme yang digunakan dalam biokontrol disebut agen hayati, yang mana organisme tersebut bersifat antagonis terhadap patogen tanaman.

Salah satu contoh organisme yang dapat berperan sebagai biokontrol adalah mikroba dari genus Trichoderma, mikroba tersebut adalah agen biokontrol untuk Rhizoctonia solani yang merupakan penyebab penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung dan sorgum.

Oleh : M Rasyid Nur K

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image