Sudah Pantaskah Anakku Bersekolah?
Sekolah | 2022-12-30 10:25:25Si Adek ngotot banget pengen sekolah padahal usianya masih 4 tahun. Bicaranya saja masih cadel, masih belum bisa membersihkan dirinya sendiri setelah buang air besar sudah minta sekolah.
Lalu, berapa sih usia ideal seorang anak untuk masuk TK atau Paud? Dikutip dari Pearenting.co.id, menurut UU Permendiknas no 146, usia minimal masuk untuk TK adalah 4 tahun. usia segitu kayaknya kecil banget, ya.
Hemmm ... saya ingat waktu ngajar SD dulu, banyak sekali orang tua yang menitipkan anaknya ke TK alias Paud, usia anaknya pun masih 3 tahunan. Masya Allah, kalau sekilas saya lihat anak sih enjoy aja, ya, tapi setelah mereka menempuh SD, kejenuhan akan belajar dan yang berkaitan dengannya akan terlihat dibeberapa aspek.
Jadi, salah enggak sih menyekolahkan anak dini? Hemmm ... tergantung, ya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak di sekolahkan dini? Bisa jadi faktor dari orang tua si anak atau dari anaknya sendiri.
Kebanyakan, anak yang disekolahkan dini ini berasal dari orang tua yang super sibuk sehingga mau tidak mau si anak ikut sibuk. Orang tua yang bekerja dari pagi sampai sore membuat anak harus ikut pergi bersama orang tua dan dijemput pada waktunya. Anak yang seperti ini akan menghabiskan waktunya di sekolah. Tujuan utama anak di sekolah adalah agar terjaga.
Namun, ada juga yang berasal dari anaknya sendiri, seperti anak saya ini. Dia itu ngotot banget pengen sekolah. Ini sih karena teman-temannya sudah sekolah semua. Terus dia pengen pake baju polisi, bunyiin pluit kayak mbaknya. Pokoknya, sekolah itu pasti menyenangkan. Apakah keinginannya itu salah?
Anak itu seperti orang dewasa. Mereka juga memiliki keinginan yang sama dengan kita. Mereka ingin melaksanakan keinginan itu. Namun, sama seperti kita, tidak semua keinginan itu bisa terpenuhi sesuai kehendak kita atau anak. Ada masanya masing-masing sampai keinginan itu terpenuhi.
Oleh karena itu, para orang tua harus sabar dan kreatif untuk membuat anak menunggu tanpa lelah agar keinginannya tercapai. Orang tua harus berupaya untuk membuat anaknya betah selama fase menunggu itu. Berbagai kegiatan di rumah pun bisa dilakukan di rumah agar anak tidak bosan di rumah.
Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mengcover keinginan anak yang seperti itu? Ada beberapa alternatif yang bisa kita jadikan panduan bagi boleh sekolah atau tidak si anak pada usia yang belum cukup matang itu. Pertama, kita harus menjadikan rumah sebagai bagian dari sekolah. Maksudnya, dalam pemikiran anak, sekolah itu menyenangkan karena akan bertemu dengan banyak teman, maka kita bisa menjadikan rumah kita ramai dengan temannya. Keadaan seperti ini pasti tidak selalu menyenangkan untuk orang tua karena akan direpotkan dengan teman-temannya. Namun, bila itu membuat anak senang, mengapa kita tidak melakukannya?
Kedua, coba cari tempat untuk anak menjadi 'anak bawang'. Apa sih 'anak bawang' itu? Anak bawang adalah anak yang belum matang pada usianya untuk sekolah, tetapi mau sekolah. Jadi, anak yang seperti itu akan bersekolah dengan perjanjian tidak diperlakukan seperti anak sekolah lainnya. Jika ada tugas, maka dia tidak dituntut untuk mengerjakannya.
Ketiga, masukan ke lembaga nonformal seperti TPA. Lembaga ini sebagai bagian dari diri anak untuk bersosialisasi, mengenal lingkungan di sekitar, dan keterampilan pribadinya. TPA biasanya menjadi andalan yang bisa membuat anak bersosialisasi dan mendapatkan pengajaran akhlak sesama teman.
Menjadi orang tua yang baik untuk anak itu tidak mudah. Kekayaan atau harta berlimpah tidak serta merta membuat anak-anak menjadi baik. Banyak kisah anak yang berlaku buruk kepada orang tuanya di masyarakat. Ingat kisah Kan'an, anak nabi Nuh as., yang tidak taat pada orang tuanya padahal orang tuanya orang salih?
Tugas orang tua masa kini itu sungguh berat. Teknologi yang merajai dunia menjadi kiblat anak-anak sehingga para orang tua harus terus belajar dan membina diri dalam kebaikan. Lalu, mengalirkannya kepada anak-anak.
Para orang tua jangan pernah lelah untuk terus bergerak, tetaplah kreatif dan inovatif bersama anak-anak. Bisa jadi lelah itu akan hadir, tetapi segeralah pulih. Segarkan kembali pikiran dan lanjutkan perjuangan. Perjuangan orang tua tidak akan berhenti sebelum anak-anak menjadi anak yang salih dan saliha.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.