Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prof. Dr. Budiharjo, M.Si

Toleransi, Multikulturalisme dan Kebenaran Sosial

Info Terkini | Friday, 23 Dec 2022, 08:38 WIB
Sejumlah akademisi memunculkan gagasan multikulturalisme sebagai jawaban dari ancaman benturan masyarakat. Foto: Republika

Berbicara toleransi senantiasa dikaitkan dengan paham keagamaan. Padahal, lebih dari itu, toleransi bisa ditinjau dari berbagai disiplin ilmu, salah satunya sosiologi. Dalam konteks sosial budaya, istilah toleransi merujuk pada situasi kompromi atas berbagai kekuatan yang saling berhadapan atau berkonfrontasi untuk kemudian saling bergandeng tangan membela kepentingan bersama yang lebih luas dan tinggi.

Sejumlah akademisi memunculkan gagasan multikulturalisme sebagai jawaban dari ancaman benturan masyarakat. Gramsci dan Bahktin melihat multikulturalisme sebagai ideologi ideal yang berangkat dari realitas masyarakat global yang saling tergantung dan memengaruhi. Dalam pandangan keduanya, multikulturalisme adalah ideologi yang antidominasi.

Zuhairi Misrawi mencatat multikulturalisme sebagai paham yang memberikan perhatian terhadap kelompok minoritas. Perlindungan ini ditujukan kepada kelompok-kelompok agama atau etnis untuk tetap eksis dan dapat mempertahankan identitas.

Multikulturalisme muncul akibat migrasi manusia antar benua. Pesatnya perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain memicu akulturasi. Teknologi informasi yang tidak terbendung pun mempercepat lahirnya interaksi beragam antar kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, toleransi dan multikulturalisme menjadi penting demi pentingnya pandangan "hidup berdampingan" (cheek by jowl) di masyarakat.

Orang-orang asing selalu menjadi ancaman potensial bagi kehidupan dan kepemilikan masyarakat lokal. Hal ini disebabkan orang-orang asing mengabaikan kebiasaan-kebiasaan dan moralitas lokal, termasuk keyakinan dan ritual suci. Stranger ini tidak mempunyai partisipasi dan ikatan dengan kebenaran otoritas dan tradisi lokal.

Toleransi dalam sosiologi pun demikian ditujukan untuk menghidupkan nasionalisme minoritas (nationalism of the minorities). Melalui paham multikultural ini masyarakat diedukasi untuk terlibat menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan terhadap minoritas.

Toleransi dalam multikulturalisme menjadi sebuah alternatif untuk melihat identitas dari latar kebudayaannya. Jika hingga saat ini konsep tentang kebenaran hanya didasarkan pada paham keagamaan, maka multikulturalisme menjadi cara out of the box melihat kebenaran dari realitas sosial.

Indonesia adalah negara multikultural karena terdiri dari berbagai agama, suku, budaya, tradisi dan keunikan lainnya. Akulturasi antara berbagai kebudayaan telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim, namun bisa harmonis dari aspek sosialnya. Multikulturalisme menyelamatkan Indonesia dari ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang dihadapi sejak kemerdekaan RI diproklamirkan 77 tahun lalu.

Multikulturalisme dengan toleransi di dalamnya menjadi jawaban untuk melahirkan sikap saling menghormati. Dalam ajaran-ajaran agama, sikap ini pun mendapat tempat yang terhormat. Sejatinya, kehidupan yang harmonis menjadi tujuan kita berada di muka bumi ini. Itu intinya. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image