Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdul Rohman, S.S

Muridnya Guru

Guru Menulis | Monday, 12 Dec 2022, 01:54 WIB

"jumlah anak-anak hanya 25 persen dari total penduduk, tetapi menentukan 100 persen masa depan bangsa”.

Murid dalam bahasa Arab berarti orang yang mempunyai keinginan. Oleh karena itu proses pembelajaran hendaknya memenuhi keinginan dari tujuan-tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan yang paling hakiki adalah membentuk peserta didik yang berakhlak karimah. Pada era modern yang semuanya serba internet (IoT-internet of things) seperti sekarang ini, terlalu sederhana apabila pendidikan (tarbiyyah) dibebankan hanya kepada guru di sekolah.

Ini permasalahan yang saat ini penulis atau bahkan kebanyakan pendidik alami. Ketika orangtua menyekolahkan hanya sebatas menitipkan pendidikan kepada sekolah. Sinergi antara guru sebagai orangtua di sekolah dengan ayah dan ibu di rumah harus selaras dengan kurikulum pendidikan yang dicanangkan.

Hendaknya para orang tua juga tidak lepas dari mendidik anaknya di rumah. Akan tetapi, rumah walaupun tanpa guru, peran guru di sekolah harus bisa di transfer ke rumah. Jika di sekolah guru merupakan sosok orang yang harus digugu dan ditiru (uswah hasanah) maka di rumah pun tidak jauh demikian. Minimal ilmu dan keshalehan guru sama dengan orangtua di rumah.

Adapun di rumah ayah atau ibu merupakan sosok guru (mu'addib) sekaligus manager (mudabbir) seperti pepatah mengatakan ummu warobbatul bait artinya ibu sebagai manajer aktivitas yang ada di rumah.

Pengawasan dari orang tua sangat penting, mengingat pada saat ini era teknologi informasi yang tentu selain banyak nilai positifnya juga tidak sedikit nilai negatifnya, karena kita muridnya guru, bukan muridnya buku apalagi situs tertentu. Jangan sampai anak kita dibiarkan begitu saja tanpa pendampingan. Karena kemajuan teknologi informasi tidak bisa kita hentikan, akan tetapi orang tua mengarahkan kepada yang lebih edukatif. Orang tualah yang menjadi guru anak-anak di rumah.

Oleh karena itu, pendidikan dalam membentuk karakter bangsa diarahkan pada akhlaq mulia. "Addabani Rabbi fa-ahsana ta'dibi" Tuhanku telah mendidikku (Nabi Muhammad SAW) maka baiklah akhlaqku. Moralitas murid menjadi tujuan karena nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlaq setiap manusia tanpa terkecuali, sebagaimana dikatakan; "innama bu'itstu li utammima makarimal akhlaq", sungguh aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.

Hendaknya untuk mencapai kualitas generasi pendidikan diarahkan pada fungsinya; Pertama, pengembangan (tanmiyah) pengembangan potensi anak didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik berdasarkan akhlaq mulia (makarimal akhlaq), karena kurikulum berorientasi kepemimpinan diharapkan memiliki tata nilai (value) yang berkaitan dengan moral atau budi pekerti yang luhur.

Kedua, perbaikan (ishlah) memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi anak didik yang lebih memanusiakan manusia.

Ketiga, penyaring (tashfiyah), untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Pada era maju sekarang ini, kita tidak bisa menghindari kecanggihan teknologi yang ada. Wajibnya, sebagai guru mesti kita bekali agar anak biasa menggunakan teknologi dengan akhlaq yang baik agar tidak terjadi generasi yang kehilangan akhlaq (lost of adab). Penting diperhatikan akhlaq mulia sebelum siap menerima pembelajaran dan ilmu harus kita dapatkan sebelum melakukan sesuatu (al adab qobla al ilm, al ilm qobla al amal) sehingga tetap yang terdepan dalam ilmu, amal dan juga akhlaq.

Ada sebuah pendapat mengatakan, “jumlah anak-anak hanya 25 persen dari total penduduk, tetapi menentukan 100 persen masa depan bangsa”. Itu berarti maju tidaknya bangsa sangat bergantung pada kualitas generasi anak-anak yang kita didik sekarang, walaupun kita sebagai bangsa mendapatkan bonus demografi yang cukup besar.

Dari pengalaman yang ada, maka mengajarkan karakter melalui sistem pendidikan yang menjadikan guru dan ayah serta ibu sebagai suri teladan yang baik bagi anak didiknya di sekolah dan juga di rumah sangat penting. Memahami fungsi dan peran sebagai khalifah di bumi yang menebarkan kasih sayang. Generasi yang ditentukan oleh muridnya guru, bukan muridnya buku apalagi situs tertentu. Karenanya karakter terwujud dari pertemuan antara peserta didik atau murid dengan gurunya. Wallahu A’lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image