Peringati Hari Disabilitas, BMM Gelar Tahfidz dan Arabic Camp Braille di Bandung
Filantropi | 2022-12-09 10:05:38Menyandang status tuna netra tentu saja memiliki tantangan tersendiri bagi mereka yang merasakannya, tapi di sisi lain kondisi ini tidak boleh membuat mereka merasa terpuruk. Mereka memiliki kesempatan yang sama dengan orang lain, termasuk dalam menghafal Al-qur'an dan belajar bahasa Arab.
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Baitulmaal Muamalat (BMM) gelar Tahfidz dan Arabic Camp Braille untuk memperingati hari disabilitas internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember 2022.
Tahfidz dan Arabic Camp Braille dilaksanakan di Pondok Pesantren Tuna netra Sam'an Darushudur, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Setidaknya ada sebanyak 30 orang tuna netra yang menjadi peserta dalam kegiatan ini. Semua peserta berasal dari Kota Bandung serta beberapa peserta berasal dari ponpes tuna netra Sam'an Darushudur.
Kegiatan ini diselenggarakan selama 4 hari yakni 3-6 Desember 2022 dimana setiap harinya diisi dengan Halaqah Al-Qur'an dan Belajar Bahasa Arab. Masing-masing peserta didampingi oleh Musyrif/Musyrifah serta Ustadz/Ustadzah yang telah ditunjuk oleh BMM.
Lina, Kepala Perwakilan BMM Jawa Barat mengungkapkan harapannya dalam kegiatan ini agar setiap yang memiliki keterbatasan tetap bisa untuk meningkatkan kapasitas dirinya.
“Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, kami berharap agar setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik terutama tuna netra atau mereka yang memiliki keterbatasan dalam hal lainnya dapat terus meningkatkan kapasitas yang ada dalam dirinya. Sehingga mereka dapat membuktikan pada semua orang bahwa mereka mampu dan bisa menjadi kebanggaan untuk keluarga dan orang disekelilingnya,” ungkap Lina.
Peserta dibagi kedalam dua kelas, yaitu kelas Tahfidz dan kelas Arabic. Pembagian kelas berdasarkan minat dari masing-masing peserta. Setiap peserta Tahfidz akan diberi kesempatan menghafalkan surat Al-Kahfi dalam waktu 4 hari, setiap harinya peserta diberi waktu 5-6 sesi untuk menghafalkan dan menyetorkan hafalannya kepada musyrif/musyrifah. Sedangkan pada kelas Arabic, semua peserta diberi waktu 5-6 sesi pembelajaran bahasa Arab yang diajarkan oleh ustadz/ustadzah yang menguasai bidang tersebut.
Rifki (14) salah seorang peserta Arabic Camp Braille mengungkapkan rasa syukur dan senangnya bisa terlibat dalam kegiatan ini.
“Alhamdulillah seneng bisa ikut kegiatan ini, bisa belajar Bahasa Arab bareng sama temen-temen juga. Belajarnya jadi semangat, terima kasih,” ujar Rifki di sela-sela pembelajaran.
Perlu diketahui bahwa metode menghafal dan belajar Bahasa arab dalam kegiatan ini cukup menarik, yaitu menggunakan metode sam’an, dimana masing-masing peserta hanya membutuhkan bantuan ruas jari tangan sebagai alat hafalan. Metode ini sudah dicoba sebelumnya oleh pendamping pada kegiatan tersebut dan dinilai lebih efektif untuk membuat hafalannya lebih mutqin (kuat).
Terima kasih kami ucapkan kepada para mitra dan donatur yang telah mendukung kegiatan ini, juga kepada para peserta yang begitu antusias mengikuti kegiatan ini hingga selesai.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.