Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dzulvia nurmaida

Perlunya Branding Halal Tuorism di Indonesia

Wisata Halal | Thursday, 08 Dec 2022, 13:52 WIB
Wisata halal merupakan salah satu sektor pariwisata yang telah memiliki perkembangan yang cukup baik saat ini dan telah menjadi trend bagi para wisatawan. Halal tourism lebih mengedepankan pelayanan berbasis standar halal umat Muslim seperti penyediaan makanan halal, tempat ibadah, informasi masjid terdekat, dan tidak adanya minuman beralkohol di hotel tempat wisatawan menginap. Kemenparekraf fokus melakukan pelatihan dan sosialisasi mengenai halal tourism pada empat jenis usaha pariwisata, yaitu hotel, restoran, biro perjalanan, dan spa. Banyak wisatawan dalam negeri dan luar negeri yang tertarik pada wisata halal seperti penginapan atau hotel Syariah, kuliner halal ataupun tempat-tempat (destination) Islam. Melihat wisata halal Indonesia sebagai negara yang mayoritas Islam menyediakan fasilitas dan layanan untuk wisatawan Muslim, mulai dari makanan dan minuman halal serta destinasi wisata halal yang layak dikunjungi seperti Lombok, Sumatera Barat, dan Aceh.
Brand halal tourism di Indonesia memang belum terlalu bersinar sehingga tak banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang mengetahui brand tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah perlu bekerja lebih keras lagi untuk mempromosikan brand tersebut. Sebagai upaya mengemas potensi wisata halal Indonesia digunakan pendekatan destination branding, yaitu sesuatu tampilan dalam bentuk nama, simbol, logo, slogan, atau gambar yang dapat mencirikan destinasi dan membedakan dari destinasi lainnya yang menjadi daya tarik sehingga mudah diingat oleh pengunjung dan merasakan pengalaman berbeda di tempat wisata tersebut secara emosion. Misalnya yakni menetapkan logo dan tagline “Halal Tourism Indonesia: The Halal Wonders” untuk mengambarkan keindahan pariwisata. Sehingga layak untuk dikunjungi oleh wisatawan Muslim sebagai negara yang memiliki populasi terbesar di dunia. Di Malaysia, lambang halal atau Islam juga dijadikan sebagai bahan promosi pariwisata. Logo Halal Malaysia telah menjadi bagian integral dari pemasaran produk dan layanan halal. Namun, fungsi logo hanyalah sebagai isyarat visual yang digunakan untuk mewakili sesuatu. Di sisi lain, merek (branding) terdiri dari kepercayaan konsumen, persepsi dan pemikiran konsumen. Konsumen memiliki kesadaran yang kuat terhadap logo halal dan logo halal itu sendiri telah menjadi isyarat utama yang menentukan pengambilan keputusan akhir konsumen. Namun, sebetulnya persoalan promosi halal tourism juga bisa dilakukan oleh masyarakat umum, khususnya generasi muda yang memahami teknologi. Saat ini, kita memasuki era digital yang memungkinkan siapa pun untuk melakukan diplomasi secara personal kepada dunia. Internet (interconnection network) menghubungkan satu negara dengan negara lain, menghubungkan satu individu dengan individu lain. Maka keberadaan internet sudah selayaknya dimanfaatkan untuk mempromosikan brand halal tourism Indonesia kepada dunia internasional. communication studies, sekarang mulai berkembang istilah digital marketing communication, yaitu suatu usaha untuk mempromosikan sebuah brand (merek) dengan menggunakan media digital yang dapat menjangkau konsumen secara tepat waktu, personal, dan relevan. Digital marketing communication turut menggabungkan faktor psikologis, humanis, antropologi, dan teknologi yang akan menjadi media baru dengan kapasitas besar, interaktif, dan multimedia. Hasil dari era baru berupa interaksi produsen, perantara pasar, interaktif, dan multimedia. Digital marketing communication mendukung pelayanan perusahaan dan keterlibatan dari konsumen. strategi digital marketing communication sangatlah tepat apabila ingin mempromosikan brand halal tourism di kancah dunia. Apabila Indonesia sudah optimal memanfaatkan strategi digital marketing communication dalam membangun dan memperkuat brand halal touris, hal ini akan sangat menguntungkan sebab dapat memperluas pasar industri pariwisata di Indonesia. Segmentasi khusus untuk pasar halal tourism yaitu Muslim traveler yang tersebar di berbagai negara di penjuru dunia.
Dengan wisata halal, mereka akan mudah menemukan tempat ibadah, makanan dan minuman halal dan hotel. Namun, Indonesia meluncurkan wisata halal bukan hanya semata untuk menarik wisatawan mancanegara hingga meningkatkan jumlah kunjungannya per tahun saja akan tetapi keinginan dari turis domestik juga menjadi alasan. Hal tersebut dikarenakan menurut Kemenparekraf, semakin banyaknya jumlah wisatawan yang mengungkapkan kebutuhan dan keinginan mereka akan wisata halal. Secara biaya tentu jauh lebih murah apabila dibandingkan promosi dengan cara konvensional. E-tourism ini tidak hanya sekadar jargon atau angan-angan saja. Setidaknya sudah ada tujuh layanan berbasis teknologi yang berkaitan dengan promosi wisata secara digital. Di antaranya, Portal Pariwisata yang terintegarasi (hi-indonesia.com), Wonderful TV (WOI TV), mobile application (Hi Bali), Digital Photo Bank, Sinema Online, dan Sinema Digital, www.indonesafilm.net, dan apresiasi terhadap para travel blogger. Jadi, pariwisata merupakan tanggung jawab bersama maka masyarakat juga harus lebih aktif dan peduli terhadap perkembangan pariwisata di Indonesia. Khususnya anak millennial saat ini dengan adanya kemajuan teknologi dan perkembangan jaman, diharapkan mampu memasarkan dan mengemas potensi-potensi wisata daerah dengan lebih inofatif, unik dan kreatif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image