Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhomiri Balai Penelitian

Pariwisata Religi Solo-Magetan, Akulturasi Budaya Islam-Jawa

Wisata | Saturday, 03 Dec 2022, 13:17 WIB

Para Penulis : Balai DhOMiri Bandung

- Ria L. Moedomo (Peneliti dan Penulis)

- Yanti Budiyantini (Perencana Kota)

Pariwisata Religi Solo~Magetan, Akulturasi Budaya Islam-Jawa

Pendahuluan

Tulisan ini menjabarkan manfaat-manfaat dari pariwisata religi Solo~Magetan dalam proses akulturasi budaya Islam-Jawa, sebagai bentuk dari inspirasi para penulis yang adalah perempuan-perempuan dari Indonesia. Para penulis memilih Solo dan Magetan sebagai tujuan pariwisata religi karena beberapa hal : (a) Di kota Solo telah didirikan Masjid-Masjid Agung yang sangat besar : Masjid Syeikh Zayed (diresmikan tgl 14-NoPamber-2022) dan Masjid Madaniyah (dibuka untuk umum tgl 11-Maret-2022), sehingga amatlah layak dinobatkan sebagai pusat kebudayaan Islam yang baru (b) Jarak antara Masjid-Masjid tersebut ke Magetan hanyalah +-65 km (dari Masjid Madaniyah ke Magetan, apabila melalui Jln. Raya Matesih ke Tawangmangu kemudian ke Magetan) dan pada kisaran +-20 km (dari Syeikh Zayed di kota Solo ke Masjid Madaniyah melalui ring-road) sehingga total jarak antara Masjid Syeikh Zayed ke Magetan hanyalah pada kisaran +-85km. insyaAllah dengan dukungan butir (a) dan butir (b) ini, pariwisata religi Solo~Magetan adalah pilihan yang tepat, dan kabupaten Magetan bisa mendapatkan manfaat dari kota Solo dalam mengembangkan pariwisata religi dan kebudayaan Islam. Sebagaimana diketahui juga, Masjid bisa menjadi tempat asal-muasal berkembangnya kebudayaan yang Islami. Di Indonesia, telah ada beberapa Masjid yang diinisialisasi, dibangun dan dijalankan oleh para perempuan, antara lain Masjid Kubah Mas di Cinere yang dibangun dari Ibu Diah Al-Mahri Almrh, dan Masjid Wanita Sungai Limau di Padang Pariaman, Sumatra Barat. Jumlah masjid perempuan di Indonesia belumlah banyak, apabila dibandingkan dengan di Tiongkok/RRC (Wikipedia: masjid wanita https://id.m.wikipedia.org/wiki/Masjid_wanita).

Di lain sisi, DhOMiri adalah balai penelitian dan balai Mushola yang berDomisili di Cigadung, Bandung, dan insyaAllah sedang merencanakan pariwisata religi ke Solo dan Magetan untuk diselenggarakan beberapa bulan mendatang dengan rute perjalanan Bandung --> Solo --> Magetan --> Bandung. insyaAllah rangkaian pariwisata religi Solo~Magetan adalah sebagai berikut : dimulai dari Bandung, yang merupakan kota tempat tinggal para penulis dengan rute perjalanan Bandung --> Solo dengan mengendarai kereta Kahuripan dari Kiaracondong sampai stasiun Purwosari, dilanjutkan dengan bus charteran ke beberapa tujuan pariwisata religi. Adapun agenda pariwisata-religi adalah mengunjungi :

1. Masjid Syeikh Zayed di Solo'

2. Masjid Madaniyah di kabupaten Karanganyar

3. Perjalanan bus ke Magetan dan menginap di Magetan (homestay Islami AlMustaqim)

4. Pariwisata Religi Islam di Magetan,Plaosan dengan beberapa alternatif tujuan antara lain:

a. Makam Kyai Ageng Kembang-Sore dan Masjid Kembang Sore di Desa Pacalan, Plaosan

b. trekking/napak-tilas Plaosan Lawu

c. pariwisata religi Plaosan, Magetan dengan mengunjungi beberapa makam pemuka agama Islam di zaman dahulu antara lain : makam Kyai Abdurrahman dan masjid kuno Tegalrejo Magetan, makam Kyai H.Imam Nawawi dan Kyai Mustarim dan masjid kuno Taman Arum di Kecamatan Parang, Magetan, Kyai Hasan Ulama dan Kyai Iman Mursyid Muttaqien di Takeran

d. sholat di masjid agung Magetan

e. pariwisata religi Temboro, pesantren Al-Fatah, Magetan dan makam para pendiri pesantren Al-Fatah : KH Shidiq, KH. Mahmud Mursyid Tariqat, KH. Uzairon Thoifur Abdilah bin KH. Mahmud

5. Perjalanan pulang Magetan ke Bandung dengan kereta api Kahuripan dari stasiun Magetan

Pariwisata religi insyaAllah diselenggarakan dalam 2 (dua) hari 1 (satu) malam (belum dengan perjalanan kereta api), sehingga diharapkan biaya untuk pariwisata-religi ini bisa terjangkau masyarakat luas kota Bandung.

Penulisan artikel dilakukan, mengingat kebutuhan tumbuhnya pariwisata religi dan kebudayaan Islam umumnya di Jawa Timur dan khususnya di Kabupaten Magetan, karena harus diakui Islam sebagai agama dan budaya yang membawa nilai-nilai positif bagi kehidupan masyarakat setempat. Karena agenda pariwisata-religi di Magetan (seperti yang diuraikan pada ke5 butir tersebut) banyak dilakukan di Plaosan, maka Masjid di Plaosan,Magetan yang bisa menebarkan nilai-nilai positif Islami ini amatlah dibutuhkan. Masjid di Plaosan dibutuhkan dengan pembelajaran ke Masjid-Masjid Solo, akan tetapi tidaklah dibutuhkan kemegahan seperti keberadaan Masjid Syeikh Zayed dan Masjid Madaniyah di Solo tersebut, melainkan nilai-nilai luhur dan positif Islamlah yang harus ditanamkan dan ditumbuhkan.

Pembelajaran Masjid Syeikh Zayed dan Masjid Madaniyah di Solo

Masjid Syeikh Zayed di Solo, baru diresmikian oleh Presiden Jokowi pada 14 Nopember 2022, dan merupakan masjid yang fenomenal karena amat luas, amat megah, dan adalah pemberian dari Presiden UEA (Uni Emirat Arab) ke~3, Syeikh Zayed, kepada Presiden Jokowi dan Keluarganya. Dibangun diatas lahan seluas 3 (tiga) hektar, dengan luas bangunan utama 8000m2. Masjid Syeikh Fayed bisa menampung 10.000 jamaah. Fasilitas yang disediakan mencakup Perpustakaan seluas 20 meter2, basement tempat wudhu, dan juga fasilitas VIP. Menurut rencana, di sekitar kompleks Masjid Raya Syeikh Zayed ini akan dibangun Islamic Center sehingga dapat menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam, dengan didirikannya TPA (Taman Pendidikan AlQuran), tafsir AlQuran, madrasah, dan tempat pengembangan ekonomi syariah dengan produk-produk halal-market (dikutip dari SoloPos online tanggal 13 Nopember 2022 : https://www.solopos.com/diresmikan-besok-intip-sederet-fasilitas-di-masjid-raya-sheikh-zayed-solo-1470882). Walaupun terbilang baru, masjid ini adalah simbol persahabatan antara UAE dan Indonesia, serta replika dari Masjid Syeikh Zayed yang telah berdiri di Dubai, UEA, sehingga amatlah mungkin di kemudian hari akan banyak memuat muatan budaya Islami~Arab, sehingga diharapkan terjadi akulturasi budaya Islam dan Jawa di Masjid ini dan sekitarnya. InsyaAllah budaya Islami~Arab ini akan membawa pengaruh positif pada perkembangan Islam di Solo dan sekitarnya.

Photo-photo Dari Masjid Syeikh Zayed Solo

Di lain pihak, Masjid Madaniyah adalah masjid yang didirikan di Kabupaten Karanganyar, dimotori oleh Bupati Karanganyar Bapak Juliyatmono, dan mulai dibuka untuk umum pada bulan Maret 2022. Masjid ini adalah masjid yang dibangun dengan pendanaan dari APBD Kabupaten Karanganyar, dan walaupun agak kontroversial karena mangkraknya pembangunan Masjid, menunggaknya developer kepada para vendor sehingga mengakibatkan kerugian para vendor karena termin pembayaran yang seret, masjid ini adalah pengejawantahan dari niatan baik masyarakat Karanganyar untuk menjadi tempat ibadah dan salah satu pusat kebudayaan Islam. Fasilitas Masjid yang disediakan cukup lengkap yaitu mencakup : ruang sholat yang memuat +-4.000 orang, menara pandang, dll.

Photo-photo Dari Masjid Madaniyah Karanganyar

Secara umum Solo memang merupakan pusat budaya Jawa (dengan keberadaan Kraton Mangkunegaran), sehingga budaya Islam yang telah lama meresap ke dalam budaya Jawa diperkuat dengan keberadaan dua masjid tersebut : Masjid Syeikh Zayed dan Masjid Madaniyah. Di lain pihak, Magetan sebagai kabupaten di provinsi Jawa Timur, telah memiliki masjid agung Magetan walaupun tidaklah sebesar Masjid-Masjid di Solo.

Apakah perbedaan substansial antara budaya Islam dengan budaya Jawa ? Para penulis mencoba menuliskan rangkuman perbedaan berikut ini.

1. Percaya Allah Yang Maha Esa

Islam : Islam hanya mengenal Allah, Muhamad adalah Rasul Allah yang terakhir dan 25 Nabi/Rasul lain adalah utusan Allah semata. Hal ini dalam ajaran Islam dikenal sebagai Tauhid

Jawa : Sebelum masyarakat Jawa menganut agama Hindu/Budha yang percaya kepada banyak Dewa-Dewi, Jawa Kuno menganut kapitayan yang percaya pada Tuhan yang tunggal (ajaran monotheisme). Agama kapitayan ada karena kedatangan Nabi Sulaeman dan Ratu Bilqis ke tanah Jawa yang membawa ajaran tauhid dan agama samawi yang monotheisme

2. Kehidupan setelah mati

Islam : Islam amat mempercayai adanya hari Kiamat, orang akan mengalami 11 fase kehidupan dan kematian antara lain : dunia, alam kubur, kebangkitan, padang makhsyar, syafaat, hisab, penyerahan catatan amal, mizan, telaga al kautsar, shirat, dan terakhir surga/neraka

Jawa : Budaya Jawa mempercayai adanya kehidupan setelah mati, orang mungkin mengalami moksa (hilang raga) dan jiwanya masih bersemayam di dunia. Budaya Jawa juga mempercayai adanya reinkarnasi sebagai pengaruh budaya Hindu

3. Perbedaan gender

Islam : Dalam Islam dikenal perbedaan gender dalam hal pengaturan hak dan kewajiban laki dan perempuan di dunia, dengan tujuan menjaga dan memuliakan perempuan. Tidak ada perbedaan gender di mata Allah, yang ada hanya orang takwa/tidak takwa

Jawa : Jawa jelas membedakan antara laki dan perempuan. Hak dan kewajiban laki diutamakan, dan masyarakat Jawa menganut paham patrilineal (mengikuti garis/turunan Bapak)

4. Perbedaan golongan/kasta

Islam : Dalam Islam hakiki, tidak ada perbedaan antara golongan/kasta di masyarakat, yang membedakannya adalah takwa/tidaknya seseorang. Apabila takwa maka Allah akan memberikan surga padanya, apabila tidak takwa maka nerakalah tempatnya

Jawa : Pada budaya Jawa masih ada golongan/kasta yang membedakan tingkat/hirarki kehidupan seseorang di dunia. Pertimbangan bebet,bibit,bobot masih banyak dipakai orang Jawa untuk memilih pasangannya. Pengaruh budaya Hindu membedakan hirarkis/kasta orang masih sangat kental di budaya Jawa, ditopang dengan adanya pembedaan tingkatan bahasa Jawa : ngoko dan halus

5. Percaya terhadap benda-benda

Islam : Islam tegas melarang orang untuk memuja benda-benda, tindakan ini dinamakan musyrik yang artinya mempersekutukan Allah dan ini termasuk dosa yang besar

Jawa : Jawa percaya benda-benda memiliki muatan, hal ini terlihat dengan masih adanya pemelihara keris, tombak, senjata tajam, antara lain dari zaman Majapahit, budaya Tosan Aji

6. Hubungan dengan alam semesta

Islam : Islam amat memperhatikan hubungan orang dengan alam semesta, AlQuran sebagai sumber agama Islam mengatur hubungan ini, dengan titik berat orang harus menjaga dan mengelola alam dengan baik dan berkesinambungan. Berkaitan dengan tempat/lokasi, AlQuran menyebutkan tempat-tempat yang dijaga dan dicintai Allah antara lain Mekkah dan Madinah yang banyak dikunjungi masyarakat dunia dengan tujuan ibadah

Jawa : masyarakat Jawa amat mementingkan hubungan dengan alam semesta, dengan prioritas keberlangsungan kehidupan orang dan masyarakat dalam hal pemanfaatan alam semesta

7. Perspektif ilmu

Islam : Islam berkembang dengan pusat kebudayaan Islam, dengan konsep Islamic Center dan Masjid yang mengkaji ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu yang memberikan kemaslahatan umat

Jawa : Ilmu dalam budaya Jawa tumbuh, dengan toleransi budaya Jawa yang begitu besar, ilmu bisa berkembang di universitas-universitas terkemuka di Indonesia yang menganut paham multi-agama

8. Arsitektur dan Seni

Islam : Arsitektur Islam berkembang amat pesat, Masjid adalah rumah Allah dan menjadi tempat tertinggi dalam kehidupan beribadah secara Islam. Arsitektur Masjid memakai prinsip-prinsip Islami antara lain hanya memakai tumbuh-tumbuhan dalam unsur estetikanya, sedangkan figur/patung hewan ataupun orang dalam interior masjid ataupun rumah yang Islami tidaklah diperbolehkan untuk dipuja/disembah. Dalam agama Islam, hukum pembuatan patung adalah mubah (diperbolehkan) selama pemakaian untuk hal-hal ang tidak menyebabkan mudarat ataupun dalam kerangka pendidikan/pengajaran/ilmu-pengetahuan

Jawa : Arsitektur Jawa juga berkembang pesat, terutama aspek perumahan dengan konsep Joglo. Konsep Alun-Alun sebagai tempat berkumpul masyarakat masih berkembang, dibarengi dengan konsep Masjid sebagai tempat berkumpul. Ada beberapa masjid di Jawa Tengah yang jelas merupakan akulturasi budaya Islam dan Jawa, antara lain masjid Demak. Walaupun demikian, patung para pahlawan dan patung hewan (seperti patung Garuda Wisnu Kencana di Bali) yang berkiblat pada agama Hindu masih banyak didirikan

Pembelajaran Kabupaten Magetan sebagai tujuan pariwisata religi

Kabupaten Magetan sebagai suatu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, terletak berdekatan dengan Kota Solo (+-78kilometer dari pusat kota Solo) dan secara geografis memiliki keterkaitan dengan Kota Solo dan Kabupaten Karanganyar karena merupakan satu dari tiga kabupaten yang berbatasan dengan (Pegunungan) Lawu : Magetan, Ngawi, Karanganyar. Magetan pun memiliki beberapa tempat pariwisata religi di antaranya : Pesantren Al Fatah di Temboro yang memiliki luas 50 hektar, Makam Kyai Ageng Kembang-Sore dan Masjid Kembang Sore di Desa Pacalan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan. Disamping hal ini, Magetan pun telah memiliki masjid agung : Masjid Agung Baitussalam yang cukup besar karena bisa menampung 3200 jamaah dan terletak di Alun-Alun Kabupaten Magetan, walaupun belumlah sebesar Masjid-Masjid di Solo. Pesantren Al Fatah di Temboro sebetulnya berpotensi menjadi pusat kebudayaan Islam, akan tetap karena lebih bersifat khusus untuk para siswa yang belajar di Pesantren Al Fatah saja serta lokasi Al Fatah yang cukup jauh dari kota Solo, sehingga dibutuhkan pusat kebudayaan Islam lain yang bersifat lebih terbuka. Apabila di Magetan, Plaosan kelak terdapat Masjid dengan kapasitas budaya seperti Masjid-Masjid Solo, maka pariwisata-religi Solo~Magetan dapat diselenggarakan untuk masyarakat Islam yang berminat akan pariwisata-religi Solo~Magetan karena jarak Solo dan Magetan,Plaosan yang relatif berdekatan antara satu dengan yang lain ini.

Photo-photo Pariwisata Religi Magetan di Masa Sekarang

Kesimpulan

Dari rangkuman perbedaan budaya Islam dan Jawa dalam tulisan ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa kebudayaan Islam membawa nilai-nilai positif ke dalam budaya Jawa, dan diharapkan proses akulturasi budaya Islam dan Jawa bisa berjalan dengan baik, ditopang dengan adanya Masjid sebagai pilar agama dan budaya Islam. Keberadaan Masjid Syeikh Zayed dan Masjid Madaniyah jelas adalah pilar sejarah kebudayaan Islam di Solo, sehingga di Magetan, Plaosan pun dibutuhkan Masjid sebagai pilar sejarah kebudayaan Islam. Sekali lagi, kebutuhan Masjid Plaosan ini tidaklah usah semegah Masjid-Masjid di Solo tapi amat diharapkan bisa sebagai pilar budaya Islam di Magetan, Plaosan. Pembangunan Masjid Magetan, Plaosan bisa dilakukan dengan swadaya masyarakat, seperti yang dilakukan di Cathedral of Learning, Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, yang memiliki banyak ruang-ruang kelas dengan nuansa-nuansa negara di seluruh dunia. Grup-grup komunitas Amerika Serikat diberi kesempatan mengumpulkan dana untuk membangun satu ruang kelas di Cathedral of Learning dan nama dari grup komunitas tersebut dicantumkan sebagai prasasti di ruang kelas tersebut. Hal yang sama bisa dilakukan untuk membangun Masjid Magetan, Plaosan sehingga komunitas-komunitas masyarakat bisa berpartisipasi mulai dari pembangunan Masjid, pelaksanaan program-program Masjid sehingga proses akulturasi budaya Islam-Jawa ini berjalan baik dengan partisipasi masyarakat setempat dan sekitarnya khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. insyaAllah niatan ini bisa dilaksanakan, Amiin Amiin Amiin

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image