Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Didi Rosadi

Membumikan Nilai Profil Pelajar Pancasila Dengan Budaya Positif Sekolah

Guru Menulis | 2022-11-21 15:49:46
Dokumen sekolah : Upacara Bendera Hari Pahlawan

Dunia pendidikan telah melewati perjalanan panjang, sejauh perjalanan peradaban manusia yang melewati lintasan generasi dan menembus ttitian waktu. Setiap jaman akan menemukan ciri khas dari pendidikan yang tempuhnya sesuai dengan kebutuhan jaman dimana generasi manusia hidup.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan membuat program Guru Penggerak, untuk merespon berbagai perkembangan yang terjadi di dunia pendidikan, menambal berbagai kebocoran dan memperbaiki kelemahan yang terjadi. Guru penggerak diharapkan mampu menjadi pemimpin pembelajaran dan menggerakan komunitas pendidikan, sehingga mendorong dan manarik gerbang satuan-satuan pendidikan menuju perubahan yang diharapkan.

Salah satu materi yang dibahas pada program guru penggerak adalah Budaya Positif di sekolah dengan harapan mampu menciptakan iklim sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan kembangnya potensi-potensi peserta didik. Upaya yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan disiplin, memperbaiki posisi control guru dalam membangun relasi dengan peserta didik, membentuk keyakinan dan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan positif untuk membentuk pribadi peserta didik yang kritis, hormat dan bertanggung jawab.

Terdapat enam nilai budaya positif antara lain meliputi : perubahan paradigma stimulus respon, konsep disiplin positif, keyakinan kelas, pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia, lima posisi control, dan segitiga restitusi. Ke enam nilai budaya positif dikembangkan dengan mempertimbangkan potensi asset di satuan pendidikan.

Program Pagar Hati : Budaya ngaji pagi di sekolah

Pertama. Perubahan paradigma stimulus respon, selama ini dalam dunia pendidikan memakai konsep paradigma stimulus respon. Dalam konsep ini, semua prilaku yang dilakukan peserta didik sebagai respon terhadap stimulus yang diberikan pendidik, sehingga diciptakan iklim untuk mengkondisikan peserta didik berada pada frekuensi nilai-nilai eduksi. Sekolah harus terkondisikan menjadi lingkungan aman dan nyaman untuk berpikir dan bertindak peserta didik, mandiri dan bertanggung jawab terhadap berbagai keputusan dengan posisi control pendidik yang ideal.

Kedua. Konsep disiplin positif. Seringkali kita mengkaitkan ‘disiplin’ dengan hukuman dan aturan yang mengekang dan menciptakan ketidaknyamanan terhadap prilaku-prilaku siswa. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.

Sesunggungnya disiplin berasal dari dalam peserta didik, terbangun kesadaran untuk menertibkan dirinya sendiri mematuhi berbagai aturan karena mereka menyadari adanya nilai-nilai luhur dalam setiap aturan sekolah. Dengan disiplin kita diajari untuk mengontrol dan menguasai diri munuju tujuan mulia yang bersandar pada nilai-nilai universal, dalam hal ini profil pelajar Pancasila (Beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, mandiri, bernalar Kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif).

Ketiga. Keyakinan kelas, proses pembuatan keyakinan kelas dibuat bersama dengan peserta didik untuk membentuk prilaku-prilaku mereka sesuai dengan kesepakatan bersama. Syarat pembentukan keyakinan kelas antara lain: 1) Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. 2) Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal. 3) Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. 4) Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. 5) Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. 6) Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. 7) Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu. pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati adalah keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama warga kelas.

Keempat. Pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia. Satuan pendidikan harus mampu memberikan tempat terbaik buat peserta didik, memenuhi semua kebutuhan yang mereka harapkan. Terdapat lima kebutuhan dasar manusia, yaitu 1) Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), 2) Cinta dan kasih sayang (love and belonging), Kebutuhan untuk diterima, 3), Kebebasan (freedom) kebutuhan akan pilihan,4) Kesenangan (fun) kebutuhan akan rasa senang, dan 5) Penguasaan (power) kebutuhan pengakuan atas kemampuan. Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar manusia akan menghasilkan prilaku-prilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan aturan, mereka akan mencari pemenuhan kebutuhan itu di luar dengan cara yang berbeda.

Kelima. Lima posisi control. Dalam membangun relasi antara pendidik dengan peserta didik terdapat lima posisi control pendidik menurut Dr. William Glasser antara lain : Penghukum (hukuman fisik atau verbal), Pembuat orang merasa bersalah, Teman (Guru memposisikan sebagai teman), Monitor (pemantau/mengawasi), Manajer (mempersilahkan murid untuk mempertagungjawabkan perilakunya dan mencari solusinya). Sebagai pendidik tentu saja kita diajak untuk berefleksi, selama ini kita berada diposisi control yang mana. Untuk menciptakan karakter peserta didik yang memiliki nilai-nilai universal dengan menghargai diri dan lingkungannya, pendidik harus berada di posisi control sebagai manajer.

Keenam, Segitiga restitusi. Di satuan pendidikan kadang ada saja prilaku-prilaku peserta didik yang melanggar aturan sekolah, seorang pendidik bisa melakukan pendekatan restitusi untuk mengembangkan motivasi intrinsik pada murid yang selanjutnya dapat menumbuhkan mereka yang bertanggung jawab, mandiri, dan merdeka. Dengan restitusi pendidik akan memahami alasan dan paham bahwa setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Restitusi merupakan usaha sadar pendidik untuk menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk memperbaiki kesalahan, adapun langkah-langkahnya yaitu 1) Menstabilkan Identitas (Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan), 2) Validasi Tindakan yang Salah (Semua perilaku memiliki alasan) 3) Menanyakan Keyakinan (Kita semua memiliki motivasi internal).

Dokumen Sekolah : Memperingati Hari Santri dan Maulid Nabi

Profil Pancasila merupakan program pemerintah sebagai jawaban terhadap permasalahan karakteristik peserta didik yang sudah bergeser dari nilai-nilai luhur bangsa, sebagai akibat dari perkembangan jaman dan teknologi yang tidak terfilter. Nilai-nilai Pancasila harus ada di ruang-ruang kelas dan lingkungan sekolah melalui budaya positif di sekolah. Pelajar Pancasila sebagai perwujudan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image