Diseminasi Alat Pembuat Tusuk Sate di Desa Pendem, Lombok Tengah, NTB
Teknologi | 2022-11-21 12:18:39Pemanfaatan bambu dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak ditemui salah satunya sebagai tusuk sate. Di Desa Pendem, misalnya, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah, sebagian besar masyarakatnya mengolah batang bambu menjadi tusuk sate. Namun permasalahannya di dalam pembuatan tusuk sate ini masih dilakukan dengan secara manual, yaitu dengan menggunakan alat penyerut yang sederhana. Akibatnya produk hasil pengerjaan yang manual ini juga berkualitas rendah. Sebagai solusinya tim pelaksana pengabdian dari Universitas Mataram (Unram) membuat alat pembuat tusuk sate secara mekanik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tusuk sate di lokasi mitra usaha. Tujuan dari kegiatan ini adalah membantu pengraijn tusuk sate dengan cara diseminasi alat pembuatan tusuk sate ke mitra usaha.
Aspek produk inovasi pada alat ini adalah kemampuan two in one, yaitu beroperasi untuk dua jenis pekerjaan, mengirat dan menyerut dilakukan pada alat ini tanpa perlu mengadakan alat lain secara terpisah.
Dari hasil uji coba diperoleh bahwa mesin penyerut tusuk sate ini lebih efektif dan efisien serta hasil serutan lebih bagus. Dalam satu menit mesin penyerut tusuk sate bekerja menghasilkan 50 tusuk sate per menit sehingga dari segi prospek dan potensi pasar maka produktifitas pembuatan tusuk sate lebih meningkat dan menghemat waktu produksi tusuk sate.
Pemanfaatan bambu dalam kehidupan sehari-hari cukup meluas mulai dari sebagai bahan bangunan,perabot rumah tangga, peralatan dapur sampai penggunaannya sebagai tusuk sate. Di Desa Pendem, misalnya, sebagian besar masyarakatnya mengolah batang bambu menjadi tusuk sate. Dari data yang diperoleh di kantor desa terdapat jumlah warga yang bergelut di bidang wirausaha terdapat 216 orang dengan didominasi usaha produksi tusuk sate. Salah seorang dari pengusaha tersebut adalah Jaswadi yang menjadi mitra usaha dalam kegiatan pengabdian ini.
Jaswadi sudah menggeluti usaha produksi sate selama 5 tahun. Ditemani 3 pekerja lainnya Jaswadi masih menerapkan usaha ini secara kekeluargaan artinya manajemen dan pengelolaan administrasi usaha produksi sate tidaklh kaku. Mereka mengandalkan hasil penjualan untuk pembayaran pekerjaan mereka. Tidak ada besaran upah secara periodik dalam hal pembayaran upah. Jumlah produksi per hari bisa mencapai 350 tusuk sate. Tusuk sate tersebut lalu dibawa ke pengepul atau langsung ke konsumen yang membutuhkannya atau memasarkannya ke pasar tradisional.
Untuk yang akan dibawa ke pasar tradisionl terlebih dahulu tusuk sate tersebut diikat di mana tiap ikatan berjumlah 20 batang tusuk sate dengan berat 150 gr. Keuntungan perpenjualan yaitu perikat dijual Rp 900. Diperoleh hasil penjualan kira-kira Rp 150 ribu perhari. Itu baru omzet karena selanjutnya hasil penjualan tersebut dibagi lagi ke masing-masing pekerja dan sisanya dijadikan modal pembelian bahan selanjutnya.
Cara membuat tusuk sate selama ini di Desa Pendem adalah batang bambu dipotong dengan gergaji seukuran 20 cm. selanjutnya dibelah-belah sampai selebar 2 cm. Hasil belahan ini kemudian dibelah lagi menjadi 4 bagian. Setelah itu diraut menjadi batangan bulat dan diperhalus. Salah satu ujungnya diruncingkan sepanjang 1 cm. Proses selanjutnya adalah batang-batang berbentuk tusuk sate tersebut dijemur sehari penuh. Kemudian diikat menggunakan sebuah karet di mana dalam satu kumpulan ikatan terdapat sebanyak 20 tusuk.
Namun di dalam pembuatan tusuk sate ini masih dilakukan dengan secara manual, yaitu dengan menggunakan alat penyerut yang sederhana. Penyerutan dilakukan hanya menggunakan pisau penyerut dan tang yang digunakan sebagai penarik dari tusuk sate.
Dengan pengerjaan yang manual seperti ini maka hasil yang didapatkan secara ekonomi juga minim. Tidak hanya itu produk hasil pengerjaan yang manual ini juga berkualits rendah. Itu pun masih banyak mengandung serabut, dan ukuran ketebalan yang tidak seragam dan tidak menarik. Sedangkan ketebalan diameter tusuk sate umumnya antara 2,5 - 3 mm, namun pada kenyataannya hasil yang diperoleh untuk diameter tusuk sate tidak sesuai dengan standar di pasar.
Pengelolaan dan proses produksi usuk sate yang masih konvensional ini menjadi fokus utama tim pelaksana pengabdian. Tim mengusahakan perubahan cara produksi tusuk sate yang masih menggunakan cara sederhana dengan mengadakan alat pembuat tusuk sate secara mekanik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tusuk sate.
Manfaat dari kegiatan pengabdian ini adalah mitra usaha memperoleh alat pembuatan tusuk sate seraca mekanik. Alat tusuk sate ini bisa berfungsi dalam dua bentuk pekerjaan yaitu mengirat dan menyerut. Kegiatan ini juga memberi manfaat pada pengguna mesin dalam hal meningkatnya efektifitas kerja yaitu durasi lama proses produksi bisa disingkat dibanding jika tanpa alat sehingga jumlah produksi akan meningkat pula yang selanjutnya turut meningkatkan penghasilan pengrajin.
Melalui perancangan dan pembuatan mesin pembuat tusuk sate ini UMKM lokal bisa terbantu melalui proses produksi yang lebih efesien sehingga dapat menjadi terobosan usaha baru dalam mendukung usaha kuliner, menciptakan lapangan kerja baru, dan menopang perekonomian masyarakat pasca pandemi.
Selama ini proses pembuatan tusuk sate masih dilakukan dengan menggunakan cara yang sederhana yaitu hanya dengan menggunakan penyerut manual. Pengerjaan dengan cara seperti ini memakan waktu lama dan membutuhkan tenaga yang banyak. Akibatnya jumlah batang tusuk sate yang mereka bisa hasilkan permenit hanya 10 batang. Ini berakibat lanjut pada tingkat penghasilan pengrajin yang rendah. Karena itu sebagai solusi dari permasalahan tersebut maka perlu diadakan peningkatkan penghasilan mereka melalui perbaikan produksi.
Alat atau mesin pembuat tusuk sate secara mekanis yang dibuat ini bertujuan untuk memudahkan pembuatan tusuk sate guna meminimalisir waktu dan tenaga yang dibutuhkan.. Alat tersebut menggunakan material yang mudah diperoleh baik dalam jumlah ataupun dalam segi harga yang ekonomis.
Target luaran dari kegiatan ini adalah adanya alat pembuat tusuk sate two in one maksudnya alat ini memliki dua fungsi pekerjaan yaitu mengirat dan menyerut. Indikator keberhasilan target luaran ini adalah kemampuan mesin memproduksi batang tusuk sate yang lebih cepat dibanding pembuatan secara manual atau tanpa mesin. Pengukurannya melalui perhitungan produksi per menit dan omset penjualan yang akan diperoleh dengan dan tanpa menggunakan alat.
Metode yang digunakan dalam pembuatan mesin tusuk sate ini adalah metode penerapan atau diseminasi langsung teknologi tepat guna hasil pengujian akademisi sehingga alat yang ditransfer ke mitra usaha adalah alat yang sudah melewati perancangan dan uji coba yang komprensif.
Aspek produk inovasi pada alat ini kemampuan two in one yang ada, alat bisa beroperasi untuk dua jenis pekerjaan yaitu merajang dan menyerut bambu bisa dilakukan pada satu alat ini saja tanpa perlu mengadakan alat lain secara terpisah. Diameter batang lidi bisa dibuat sesuai kebutuhan bisa pula digunakan juga untuk pembuatan lidi sangkar atau pun lidi dupa.
Plat penyerut pada mekansime penyerutan memiliki tiga buah lubang dengan ukuran yang berbeda. Sehingga jika salah satu penyerut sudah mengalami keausan yang disebabkan penggunaan yang terus menerus maka plat penyerut dapat digeser ke lubang satunya dengan menggunakan pengatur. Hanya dengan memposisikan plat penyerut dengan posisi center maka posisi lubang pada penyerut sudah bisa digunakan kembali untuk proses penyerutan.
Selain itu plat penyerut dirancang dan dibuat dengan bahan yang melewati perlakuan panas sehingga bahan penyerut lebih keras tidak mudah aus dibanding bahan tanpa melalui perlakuan panas. Dengan perlakuan panas plat penyerut lebih tajam ketika dipakai dan umur pakai lebih lama.
Desain yang dibuat di program ini adalah rancangan hasil penelitian komprehensif melalui analisa VDI 222 sebuah metode pendekatan sistematik terhadap desain untuk merumuskan dan mengarahkan berbagai macam metode desain dalam riset. Sehingga varian konsep yang dipilih di rancangan ini sudah sesuai dengan hasil analisis desain metode VDI 2222 tersebut yang mengedepankan efektifitas dari sejumlah aspek rancangan.
Dari hasil pengujian pula disimpulkan bahwa mesin penyerut tusuk sate ini lebih efektif dan efisien serta hasil serutan lebih bagus. Dalam satu menit mesin penyerut tusuk sate bekerja menghasilkan 50 tusuk sate per menit. Sehingga dari segi prospek dan potensi pasar maka produktifitas pembuatan tusuk sate bisa lebih meningkat dan menghemat waktu produksi tusuk sate.
Motor untuk menggerakan mesin menggunakan mesin bahan bakar bensin dengan kapasitas 1,5 pk. Dengan kapasitas sebesar ini maka mesin mampu menggerakan poros yang memutar roller melalui transmisi puli untuk menghimpit bambu yang akan diserut oleh plat penyerut tusuk sate yang dipasang di antara roller karet. Plat penyerut sendiri ini memiliki tiga buah lubang dengan ukuran yang berbeda. Tujuan dari dibuatnya tiga buah lubang ini adalah ketika mata penyerut tusuk sate sudah mengalami kauasan yang disebabkan penggunaan yang terus menerus maka plat penyerut dapat digeser atau dipindahkan ke lubang selanjutnya dengan menggunakan pengatur plat penyerut yang terpasang. Sehingga hanya dengan memposisikan plat penyerut dengan posisi center maka posisi lubang pada penyerut sudah bisa digunakan kembali untuk proses penyerutan. Plat penyerut tusuk sate ini dibuat dengan perlakuan panas sehingga plat penyerut lebih tajam ketika dipakai dan umur pakai lebih lama.
Proses manukfaktur dilakukan di Bengkel Rotani, Mataram. Dalam proses pembuatan mesin tusuk sate yang pertama persiapkan adalah menyiapkan bahan-bahan yang kita gunakan untuk membuat komponen dan rangka. Setelah itu dilakukan pengukuran mencakup seluruh komponen atau rangka yangdibuat. Selanjutnya proses pemotongan baha. Bahan yang sudah dipotong disambung menggunakan mesin las. Sehingga terbentuk komponen rangka mesin penyerut tusuk sate. Rangka dari plat siku memiliki ukuran panjang 600 mm, lebar 300 mm, dan tinggi 750 mm. .
Pengujian tahap awal dilakukan di Bengkel Rotani Mataram. Test performance alat pembuatan tusuk sate mekanik dilakukan dengan mengamati kinerja proses penyerutan batang bambu serta menguji kualitas batang tusuk sate yang dihasilkan dengan mengukur penampang geometri lingkaran diameter menggunakan jangka sorong atau micrometer.
Prinsip kerja alat adalah tenaga motor listrik daya dari motor ditransmisikan dengan puli dan sabuk ke poros yang memutar roller. Putaran mesin direduksi dengan puli dan dihubungkan oleh sabuk. Bambu yang sudah dipotong sesuai ukuran yang diinginkan diarahkan pada roller sisi kanan untuk perajangan. Bambu diletakkan pada pengarah untuk ditarik roller dan akan terbelah menjadi beberapa bagian. Setelah perajangan, bambu diarahkan pada roller sisi kiri untuk penyerutan, bambu diletakkan pada pengarah untuk ditarik roll dan diserut menjadi bulat.
Setelah pengujian sukses selanjutnya alat dibawa ke lokasi. Alat dikirim ke Desa Pendem melalui jasa pengiriman JNE. Pengiriman alat sampai ke tujuan memakan waktu selama 3 hari hingga tiba di Kantor Desa pendem, Kecamatan Janapriya, Kabupaten Lombok Tengah .
Pertemuan antara tim pelaksana, Staf Desa, dan Mitra di lakukan di kantor Desa Pendem. Dihadiri pula sejumlah perwakilan pengrajin tusuk sate atau pengolahan bambu. Dalam pertemuan tersebut dibahas sejumlah aspek produksi dari kerajinan pengolahan bambu selama ini di Desa Pendem. Staf desa diwakili langsung kepala Desa Pendem menyampaikan rasa syukur dan terimakasih atas bantuan dan kegiatan diseminasi alat pengolah bambu secara cuma-cuma yang alngsung bisa dimanfaatkan oleh pengrajin bambu di lokasi mitra
Selanjutnya pada hari yang sama yaitu Rabu, tanggal 26 Oktober 2022, dilakukan serah terima alat dari Tim Pelaksana Kegiatan pengabdian kepada mitra bernama Suharyati disaksikan langsung oleh Kepala Desa, Staf Desa lainnya beserta sejumlah pengrajin bambu. Penyerahan diikuti dengan demonstarasi alat langsung oleh mitra.
Dalam praktek pengoperasian alat, mitra mampu menjalankannya secara mudah. Alat untuk sementara dioperasiakn di depan kantor desa. Mitra menyambungkan alat kesumber tegangan listrik, dan dengan menekan tombol on alat langsung bisa dierasikan.
Hanya saja bahan bambu yang akan dimasukkan ke dalam alat terlebih dahulu dipotong dan dibelah seukuran 30 x 3cm .Selain itu bambu yang hendak diinput ke dalam alat terlebih dahulu dipipihkan dengan ketebalan maksimal 0,5 cm. hal ini guna menghindari macetnya alat saat dipaksa membelah bambu yang terlalu tebal.
Setelah itu mitra dengan antusias memungut bambu hasil iratan dari rol pertama, untuk selanjutnya dimasukkan ke rol sebelah untuk di serut. Mitra kemudian memperoleh hasil serutan bambu yang halus siap digunakan sebagai bahan utama tusuk sate hanya saja belum runcing dan belum dipotong.Namun mitra sangat antusias mengoperasikan alat dan mengolah bambu menjadi bahan tusuk sate. Karena bagi mereka mesin ini samgat membantu efesiensi waktu dan tenaga mereka karena mereka tidak perlu lagi mengirat dan menyerut bambu cukup bahan bambu dimasukkan ke dalam mesin mereka sudah bisa memperoleh hasil serutan yang halus.
Terlihat sikap antusiasme mitra menggunakan alat pengirat bambu. Sebelumnya mitra menyediakan dua lonjor bambu utuh. Kemudian bambu tersebut dipotong sepanjang 50 cm, lalu dibelah hingga seukuran lebar 3 cm. Hasil belahan tersebut dimasukkan ke dalam rol pembelah. Dari rol pembelah, belahan bambu keluar menjadi seukuran 1 cm sebanyak 3 buah belahan. Selanjutnya belahan tersebut dimasukkan di sisi lain dari alat hingga keluar iratan sebesar 3 mm sebanyak 3 buah.
Hasil dari iratan bambu ini sudah dalam keadaan halus sehingga bisa langsung dipakai sebagai tusuk sate, sumpit, jeruji kandang burung, piring anyaman bambu dan lain lain.
Kinerja alat diukur dengan parameter waktu pengiratan dan kuantitas material bahan baku dan produk iratan. Untuk satu lonjor bambu berukuran 12 m, dihasilkan 24 botong bambu. Selanjutnya tiap potongan bambu dibelah menjadi selebar 3 cm. Dari 3 cm ini diperoleh iratan bambu sebanyak sekitar 15 iratan seukuran tebal 3 mm.
Waktu yang dibutuhkan dari memasukkan satu belahan bambu seukuran tebal 3 mm menjadi iratan setebal 3mm adalah rata rata 15 detik saja. Ini kinerja yang cukup cepat dibanding jika diirat menggunakan pisau manual atau parang biasa tanpa mesin yang membutuhkan waktu 20 menit untuk hasil yang sama belum termasuk waktu untuk merautnya
Dari hasil diseminasi dan uji coba mesin pengirat bambu untuk produksi tusuk sate di Desa Pendem, Kec. Janapria, Kab. Lombok Tengah, diperoleh bahwa hasil kerja alat yang lebih efektif dan efisien serta hasil serutan lebih bagus dibanding produksi tusuk sate yang dilakukan secara manual.
Disarankan kepada mitra dalam mengoperasikan alat agar tidak terlalu cepat menginput material bambukarena ternyata rol karet dari mesin tidak bisa terlalu cepat menampung material bambu yang sangat intensif.
Penulis
Dr. –Ing. Salman, ST., MSc.
Dosen Teknik Mesin, Universitas Mataram
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.