UMKM Perempuan Diperkuat, Mampukah Ekonomi Menguat?
Politik | 2021-12-10 04:58:37Oleh: Ninis Ummu Qonita (Aktivis Muslimah Balikpapan)
Pilu nasib perempuan dalam sistem kapitalis ini, sebab kerap dijadikan mesin penggerak ekonomi. Perempuan dianggap berdaya hanya jika mampu menghasilkan materi. Dengan kemasan pemberdayaan perempuan dan penyelamat ekonomi keluarga mau tidak mau mereka melakukannya. Sebanyak 64 persen pelaku UMKM Indonesia adalah perempuan sehingga bagi Indonesia, memberdayakan UMKM berarti juga memberdayakan perempuan. Karena UMKM di tengah pandemi mampu bertahan. Maka pemerintah, mengucurkan pembiayaan yang katanya "ramah" dan akses pendanaan bagi UMKM di Indonesia akan terus diperkuat. Pemerintah Indonesia mengalokasikan USD17,8 miliar kredit usaha rakyat (KUR) dan lebih dari 2,4 juta pengusaha perempuan yang telah menerima bantuan ini. (Viva.co.id).
Hal itu disampaikan Presiden saat berpidato pada side event KTT G20 yang membahas soal UMKM dan bisnis milik perempuan, di La Nuvola, Roma, Italia, Sabtu (30/10), sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu dini hari. Beliau juga mengatakan khusus untuk pengusaha perempuan mikro dan ultra-mikro, Indonesia akan mengembangkan skema pemodalan khusus yang disebut dengan program Mekaar “Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera”. (Antara news).
Sejatinya dorongan perkuat UMKM dan pemberdayaan perempuan tak juga mampu menaikan perekonomian bangsa ini secara signifikan. Problem kemiskinan yang melanda bangsa ini karena salah kelola Sumber Daya Alam (SDA) dan aset negara (BUMN) yang kapitalistik. Alih-alih mampu mengangkat perekonomian dengan terjunnya perempuan dalam sektor UMKM ini, justru muncul persoalan baru yakni perannya dan tanggung jawabnya sebagai pendidik generasi kian terabaikan.
Mirisnya, kenapa perempuan yang dijadikan mesin penggerak ekonomi bangsa? Kenapa pemerintah tidak mengambil alih tata kelola kepemilikan umum dan negara saja? Pasalnya dari SDA itu hasilnya jauh lebih besar daripada mengeksploitasi perempuan atas nama pemberdayaan.
Eksploitasi Atas Nama Pemberdayaan
Sistem kapitalis masif menggaungkan pemberdayaan ekonomi perempuan, padahal sejatinya adalah eksploitasi perempuan. Perempuan berdaya pun sebatas menghasilkan "cuan". Sehingga perempuan yang tidak mampu menghasilkan materi dianggap wanita yang lemah dan bergantung pada laki-laki. Alhasil propaganda kafir penjajah bak gayung bersambut, dilema para wanita antara terpaksa mencari penghasilan tambahan karena kehidupan makin sulit atau sekedar mengejar eksistensi diri.
Sejak awal keberadaan sistem kapitalis di dunia ini hanyalah menimbulkan masalah, solusi yang diberikan pun hanyalah solusi tambal sulam. Kemiskinan, kesenjangan sosial problem akut dalam sistem ini. Solusinya pun tak menyentuh akar masalahnya, justru menimbulkan masalah baru yakni ada nasib generasi dipertaruhkan. Sebab sebagian besar pelaku UMKM adalah perempuan. Sudah menjadi korban eksploitasi atas nama pemberdayaan, namun juga harus menanggung akibat kerusakan generasi yang ditimbulkan sistem kapitalis sekuler. Kemiskinan dan kesenjangan adalah dampak dari penerapan sistem ini. Namun seolah-olah tidak pernah dipermasalahkan. Kenapa perempuan yang harus menjadi penyelamat perekonomian keluarga dan negara? Saatnya perempuan sadar potensinya yang luar biasa dimanfaatkan kapitalis untuk meraup keuntungan. Selain itu, perempuan adalah target terbesar di pasar produk-produk kapitalis. Negaralah seharusnya bertanggung jawab memperbaiki perekonomian bangsa bukan perempuan.
Pemberdayaan Perempuan Dalam Islam
Perempuan dalam Islam adalah kehormatan yang harus dijaga. Karena dari rahim seorang perempuan akan lahir generasi penerus bangsa. Pemberdayaan perempuan menurut Islam adalah dalam rangka mengoptimalkan perannya sebagai ibu sekaligus pengatur rumah tangga, menjadi ibu generasi (ajyal), mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan umat. Bukan sekedar mencari materi dan mengejar eksistensi diri. Apalagi didalam Islam mendorong agar kita menjadi orang yang bermanfaat. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah Saw; "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari).
Selain itu, negara wajib mendukung dan memfasilitasi potensi yang dimiliki perempuan untuk kemaslahatan umat bukan untuk dieksploitasi. Kewajiban mencari nafkah berada di tangan laki-laki, maka negara harus membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Pembiayaan itu semua didapat jika negara mau mengelola sendiri SDA yang dimiliki dengan Politik ekonomi Islam. Sebagaimana sabda Nabi;
"اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّارِ
" Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Berdasarkan hadis tersebut kepemilikan umum yakni SDA adalah milik rakyat, tidak boleh dimiliki individu, swasta bahkan kafir penjajah. Problem kemiskinan di negeri-negeri kaum muslimin karena ada penjajahan SDA secara besar-besaran atas nama investasi atau kerjasama. Bukan karena perempuan tidak diberdayakan secara ekonomi.
Sudah selayaknya sistem kapitalis kita campakkan, sebab terbukti hanya menimbulkan kemiskinan, kerusakan lingkungan, kezholiman. Hanya dengan mewujudkan sistem Islam (Kaffah) perempuan akan ditempatkan di posisi mulia yang akan berkontribusi dalam mencetak generasi berkualitas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.