Kebangkrutan di Akhirat Lebih Mengerikan daripada Kebangkrutan di Dunia
Agama | 2022-11-12 07:56:46Kebangkrutan identik degan jatuh miskin, gulung tikar, berantakan, pailit, terpuruk, dan masih banyak lagi sinonim lainnya. Inti dari kebangkrutan adalah terpuruk dan tidak memiliki apa-apa lagi. Orang yang bangkrut adalah orang yang terpuruk, tidak memiliki apa-apa lagi untuk mempertahankan usaha yang dijalaninya. Dalam kondisi tertentu, orang yang bangkrut dapat digolongkan kepada orang yang jatuh dalam kubang kemiskinan.
Dalam dunia apapun, kebangkrutan merupakan suatu hal yang sangat tidak diharapkan. Karenanya, setiap orang yang menggeluti suatu bisnis misalnya, ia akan berusaha keras menghindari setiap langkah yang dapat menyebabkan perusahaannya terjerembab ke dalam kebangkrutan. Kondisi ini selain akan menjatuhkan diri seseorang ke ujung terpuruknya kehidupan secara finansial, juga akan menjadikan harga diri orang atau perusahaan yang dikelolanya kehilangan kepercayaan publik
Namun demikian, kebangkrutan selama hidup di dunia masih mendingan jika dibandingan dengan kebangkrutan di akhirat. Sekalipun kita jatuh miskin, tak memiliki apa-apa lagi selama hidup di dunia ini, pasti masih akan ada orang-orang yang peduli kepada kita, masih akan ada orang-orang yang mau membantu meringankan kesulitan atau penderitaan yang kita alami.
Hal tersebut akan sangat jauh berbeda dengan kebangkrutan yang dialami seseorang di akhirat, tak akan ada seorang pun yang mau peduli dan membantu kesulitan yang tengah kita hadapi. Jangankan orang lain, anak, istri, dan sanak saudara pun tidak ada yang mau membantu meringankan beban kita. Masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri. Masing-masing orang hanya berfikir agar bisa selamat dari hisaban di hadapan Allah.
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah akan hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat membela anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) membela bapaknya sedikit pun! Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kamu diperdaya kehidupan dunia dan jangan sampai karena (kebaikan-kebaikan) Allah kamu diperdaya penipu.” (Q. S. Luqman : 33).
Dalam firman lainnya Allah menegaskan tentang kesibukan hari kiamat. “Pada hari itu manusia lari dari saudaranya; (dari) ibu dan bapaknya; serta (dari) istri dan anak-anaknya; dan setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (Q. S. Abasa : 34 – 37).
Sekuat tenaga kita harus berupaya keras, berikhtiar memenuhi segala kehidupan duniawi agar kita tidak terjerembab ke dalam kebangkrutan. Kita pun harus berupaya keras melakukan amal kebaikan sebanyak mungkin, menjaga hubungan baik antar sesama seraya memelihara kemurnian ketulusan hati karena Allah dalam melaksanakannya. Sekecil apapun kita harus menghindari melakukan perbuatan zalim kepada siapapun, sebab perbuatan ini akan menjadi pemicu kebangkrutan kita di akhirat kelak.
Kebangkrutan seseorang di akhirat bukan menjadikan dirinya jatuh dalam kubang kemiskinan, namun menjerumuskan dirinya kepada jurang kehinaan yang abadi, menjadi penghuni neraka yang tak ada kebaikan sedikitpun di dalamnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dan Imam At-Tirmidzi, Rasulullah saw menggambarkan nasib orang-orang yang bangkrut pada hari kiamat. Ia menggambarkan seseorang yang datang menghadap Allah menagih pahala ibadah shalat, zakat, puasa, dan ibadah lainnya. Namun ketika orang tersebut datang menghadap Allah, datang pula orang-orang yang pernah dicaci, dihina, dizalimi, diambil hartanya, bahkan orang yang dibunuh orang tersebut mengadu kepada Allah.
Mereka memberi kesaksian akan segala ibadah yang telah orang tersebut lakukan, namun ia pun mengadu kepada Allah atas kezaliman orang tersebut. Mereka meminta keadilan kepada Allah. Salah satu keadilan yang mereka lakukan adalah mengambil pahala kebaikan dari orang tersebut, dan memberikan dosa-dosa mereka untuk dipikul olehnya. Sampai ketika pahala kebaikannya sudah habis,tak memiliki apa-apa lagi selain tumpukan dosa. Akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka.
Siapapun orangnya tak akan menginginkan kebangkrutan dalam kehidupan di dunia terlebih-lebih kebangkrutan hidup di akhirat kelak. Sudah menjadi keharusan, kita senantiasa menanamkan tekad baik dan tulus ikhlas dalam berbuat kebaikan sekecil apapun seraya menghindari perbuatan zalim sekecil apapun agar kita terhindar dari kebangkrutan hidup, terutama kebangkrutan hidup di akhirat kelak.
Tak memiliki apa-apa di dunia, masih lebih baik jika dibandingkan dengan tak memiliki apa-apa dalam kehidupan di alam keabadian kelak. Sudah selayaknya kita mempersiapkan bekal kebaikan yang banyak untuk hidup di alam kita yang sebenarnya, yakni alam tanpa batas alias akhirat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.