Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image asriyanti

Cut Nyak Dhien

Sejarah | Thursday, 10 Nov 2022, 23:45 WIB

Cut nyak dhien Adalah seorang pahlawan nasional indonesia dari aceh dan berjuang melawan belanda pada masa perang aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang,ia mengungsi sementara suaminya ibrahim lamnga bertempur melawan Belanda. Tewasnya ibrahim lamnga di Gle Tarum pada tanggal 29 juni 1878 kemudian menyeret cut nyak dhien lebih jauh dalam perlawananya terhadap belanda.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku umar, setelah sebelumnya ia dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang. Kemudian Cut Nyak Dhien bersama Teuku umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, pada tanggal 11 februari 1899 teuku umar gugur, hal ini membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Usia Cut Nyak Dien yang saat itu sudah relatif tua serta kondisi tubuh yang digrogoti berbagai penyakit seperti encok dan rabun membuat satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba. Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Keberadaan Cut Nyak Dhien yang dianggap masih memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan rakyat Aceh serta hubungannya dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya kemudian diasingkan ke Sumedang. Cut Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 november 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Nama Cut Nyak Dhien kini diabadikan sebagai Bandar udara cut nyak dhien Nagan Raya di meulaboh.

Riwayat sejarah Aceh mencatatkan bahwa Teuku Ibrahim berjuang melawan kolonial Belanda. Teuku Ibrahim sering kali meninggalkan Cut Nyak Dien dan anaknya karena melakukan tugas mulia yaitu berjuang melawan kolonial Belanda. Berbulan-bulan setelah meninggalkan Lam Padang, Teuku Ibrahim kembali datang untuk menyerukan perintah mengungsi dan mencari perlindungan di tempat yang aman. Atas seruan dari suaminya itu, Cut Nyak Dien bersama penduduk lainnya kemudian meninggalkan daerah Lam Padang pada 29 Desember 1875.Namun, takdir harus memisahkan Cut Nyak Dien dan suaminya. Pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim wafat ketika bertempur melawan penjajah.

Kekecewaan dan kesedihan sebagai akibat di tinggal suaminya dan darah kepahlawanan yang mengalir dari keluarganya menjadi dasar yang kuat bagi perjuangan Cut Nyak Dhien, bahkan Ia pernah berjanji akan bersedia menikah dengan laki-laki yang dapat membantunya untuk menuntut bela terhadap kematian suaminya. Adalah suatu hal yang tepat apabila kemudian datang laki- laki yang bersedia membantu Cut Nyak Dhien untuk melanjutkan perjuangan suaminya yang syahid dengan melakukan perjuangan dalam peperangan. Setelah beberapa bulan menjanda, ia dipinang oleh Teuku Umar yang kebetulan adalah Cucu dari Kakek Cut Nyak Dhien sendiri. Teuku Umar yang berjiwa muda, keras dan jalan pikirannya yang tidak mudah diduga-duga, berbeda dengan Cut Nyak Dhien yang lembut, agung, bijaksana, tabah dan sabar. Dua pribadi yang bertolak belakang. Mulanya Cut Nyak Dhien menolak pinangan itu, tetapi karena Teuku Umar memberi restu apabila Cut Nyak Dhien ikut dalam peperangan secara langsung, ketimbang dirumah saja. Bersatunya dua kesatria ini mengobarkan kembali semangat juang Rakyat Aceh. Kekuatan yang telah terpecah kembali dipersatukan.

Strategi dari Teuku Umar akhirnya berhasil untuk mengelabui Belanda hingga mereka memberi gelar pada Teuku Umar yaitu Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikan Teuku Umar sebagai komandan unit pasukan Belanda yang memiliki kekuasaan penuh.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image