Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fatimah Azzahra

Krisis Qawwamah Para Ayah

Gaya Hidup | Wednesday, 09 Nov 2022, 20:37 WIB

12 November bukan hari yang biasa. Indonesia merayakan hari ayah nasional setiap tanggal 12 November. Hari ini jadi momentum untuk menengok kembali jasa dan pengorbanan ayah untuk keluarganya. Sayangnya kini banyak ayah yang tak dirindukan. Ayah yang sudah menyakiti bahkan membunuh istri dan anaknya.

Tragedi Berdarah

Dilansir dari laman Republika.co.id, seorang ayah tega membacok istri dan anak kandung di rumahnya di perumahan Pondok Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Selasa (01/11/2022). Akibatnya sang istri dalam keadaan kritis, sementara anaknya yang berumur 11 tahun meninggal dunia dengan luka bacokan di sekujur tubuhnya.

Sabtu, tanggal 5 November 2022, viral beredar video seorang pria yang tega memukuli wajah istrinya di jalan. Mirisnya pemukulan ini dilakukan di hadapan anaknya yang masih kecil. Sang anak pun menangis histeris.

Rabu, 2 November 2022, di Surabaya, seorang suami tega menusuk istrinya delapan kali tusukan. Sang istri pun dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Penusukan ini dilakukan di tempat kerja dengan barang bukti dua pisau tajam dan satu obeng.

Ini baru berita di awal bulan November, jika kita lihat bulan sebelumnya masih banyak lagi kasus serupa. Penganiayaan, rudapaksa, hingga pembunuhan. Astagfirullah. Sungguh kejam nian ayah.

Mengapa Terjadi?

Banyak faktor yang dianggap melatarbelakangi terjadinya tragedi ini. Mulai dari permasalahan finansial, tingginya beban hidup, buruknya komunikasi, gaya hidup yang tidak sehat, merasa tidak dihargai, juga kurangnya kemampuan meregulasi emosi. Amarah membutakan mata. Sadar atau tidak akhirnya membuat para Ayah ini melakukan kekerasan kepada anggota keluarganya sendiri. Hilang Qawwamah pada dirinya.

Tidak ingatkah mereka saat akad diucap, ijab kabul dilakukan, Allah pindahkan tanggung jawab pemimpin keluarga pada mereka. Memang, dunia kini sedang sakit parah. Perekonomian sulit dimana-mana. Mau bekerja sulit, dapat pekerjaan dengan gaji yang layak pun sulit. Padahal, banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.

Mulai makan sehari-hari, pendidikan anak, juga kesehatan. Belum lagi gaya hidup zaman sekarang banyak yang tak sehat. Rela berhutang demi terlihat gaya dan trendi. Akibatnya terjebak hutang ribawi yang sebetulnya tidak penting dan bisa dihindari. Alhasil, banyak hak istri dan anak yang tidak tertunaikan. Retaklah institusi keluarga.

Karena merasa tertekan di rumah, banyak suami yang tidak betah dan lebih memilih nongkrong bersama temannya di luar. Ngobrol ngalor ngidul. Mending kalau nongkrong di mesjid sambil Tilawah. Faktanya, banyak yang justru diam di tempat maksiat, menegak miras hingga memakai narkoba. Pulang bukan membawa solusi bagi keluarga tapi malah melakukan kekerasan pada anak dan istri. Bahkan membawa penyakit menular. Astagfirullah.

Jauh dari Takwa

Pernahkah kita perhatikan bagaimana perangai anak laki-laki? Biasanya ia lebih dominan. Ia ingin mengatur. Ia tampak egois dan kukuh dengan pendapatnya. Inilah benih gharizah baqo atau naluri mempertahankan diri yang Allâh titipkan. Inilah bekal bagi para lelaki untuk menjadi Qawwam, pemimpin umat, termasuk pemimpin dalam keluarganya.

Dari naluri itu ada keinginan untuk melindungi, ada keinginan untuk memiliki bagi kebahagiaan orang yang disayang, ada keinginan untuk berkorban dan berjuang demi keluarga tercinta. Sudah Allah titipkan bekal menyambut kepemimpinan. Sayang, bekal ini tidak optimal dipupuk, dipelihara dan dikondisikan agar tetap sesuai jalurnya. Sehingga kita dapati tragedi mengerikan saat ini. Qawwamah hilang dalam diri sang pemimpin keluarga.

Kehidupan yang memisahkan agama seperti saat ini, membuat manusia gersang dan rentan putus asa. Kesulitan, himpitan, ujian melanda tapi karena tidak dekat dengan Allâh, jadi merasa pusing, bingung hingga stress. Akhirnya gelap mata. Maksiat diterabas juga.

Agama kini dimusuhi, dijauhi, diawasi seolah jadi penjahat penyebab semua kerusakan. Yang taat beragama di bully. Yang lantang menyuarakan haq dikriminalisasi. Wajar jika banyak yang jauh dari takwa, karena merasa takut bahkan phobia terhadap agamanya sendiri. Sedih memang.

Masalah Sistemik

Tragedi krisis Qawwamah ini bukan hanya andil para Ayah. Ibu pun ikut berperan. Akibat keadaan ekonomi yang tak stabil, banyak ibu yang terpaksa banting tulang. Sudahlah harus ikut mencari nafkah, ditambah kewajiban mendidik anak juga memanage rumah tangganya. Bertambah berat beban ibu. Masalahnya, fakta menyatakan ibu lebih mudah mendapatkan pekerjaan dari ayah.

Kenyataan pahit ini lahir dari sistem kapitalisme yang menginginkan buruh dengan upah murah. Ditambah kebijakan lain yang mendorong perempuan untuk mandiri dan produktif secara finansial. Serasa menjadi beban jika tidak menghasilkan pundi rupiah. Inilah tolak ukur materi dalam sistem ini. Sukses, bermanfaat, semua diukur dalam kacamata materi.

Apalagi sekularisme kini mencengkeram. Sudahlah terpuruk duniawi, jauh juga dari Tuhan Pencipta Alam. Inilah problem Sistemik yang harus dituntaskan secara Sistemik pula. Bukan hanya membenahi para Ayah atau ibu saja. Tapi sistem ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, semuanya.

Islam Solusi

Islam bukan agama yang menakutkan hingga patut dijauhi. Ia justru ajaran kehidupan yang detail dan penuh keberkahan. Islam diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat Jibril sebagai sistem kehidupan yang sempurna. Ajarannya rahmat bagi seluruh alam.

Sejarah pun pernah mencatat kegemilangan penerapannya selama berabad-abad. Dalam hal Qawwamah, Allah berfirman, "Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri).” (QS An-Nisa’: 34)

Dari ayat di atas, jelas bahwa Allah swt mewajibkan para laki-laki sebagai pelindung bagi perempuan. Termasuk suami yang berkewajiban melindungi istri dan anaknya. Qawwam juga sering diartikan sebagai pemimpin, makna pemimpin disini adalah pemimpin yang mengayomi, bukan yang menunjuk dan memerintah saja. Pemimpin yang membimbing, mengatur juga melayani. Oleh karena itu dikatakan bahwa kepemimpinan laki-laki berarti kepemimpinan yang menegakkan urusan perempuan.

Suami yang bertakwa, yakin bahwa kewajiban ini datang dari Allah. Ia akan optimal menjalankan perannya. Walau ia stress dengan tekanan hidup, banyak realita yang tak sesuai ekspektasi, tapi ia takkan tega untuk menyakiti istri dan anak yang sudah Allah titipkan untuk dijaga ini.

Konsep Qawwamah ini ditanamkan sejak kecil dengan bimbingan orangtua, dipandu oleh pendidikan di bangku sekolah dan dibentuk oleh kebiasaan masyarakat yang ada. Juga dijaga oleh aturan negara yang diterapkan.

Tak hanya tentang Qawwamah, sistem Islam juga mempunyai solusi atas problematika ekonomi yang kerap menjadi faktor yang melatarbelakangi tindakan kriminal, termasuk KDRT. Dengan penerapan sistem ekonomi islam, negara akan mampu memenuhi kebutuhan seluruh rakyatnya. Baik itu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan.

Bisa jadi digratiskan atau akan dibuat pelayanan dengan harga yang amat sangat terjangkau. Dananya diperoleh dari pengelolaan pos keuangan berdasarkan islam. Karena Islam punya banyak pos pemasukan tak hanya bertumpu pada pajak seperti kapitalisme sekarang.

Sistem ekonomi islam pun akan ditopang oleh kebijakan politik islam, hukum, pendidikan, dan lainnya. Karena satu sistem dan lainnya saling mempengaruhi. Dari sini disimpulkan bahwa sistem ekonomi islam tak bisa diterapkan sendiri agar menjadi solusi. Ia harus diterapkan sebagai sistem kehidupan. Sehingga tercipta negara yang berkah, keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah.

Wallahua'lam bish shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image