Menangkal Panic Attack Akibat Hoaks Vaksinasi
Edukasi | 2022-11-08 16:18:33Oleh: Dhika Dharmansyah, S.Kep., Ners., M.Kep
(Dosen Prodi Keperawatan di FPOK UPI)
Data nasional dari Kominfo RI dalam rilisnya pada 21 Maret 2022 lalu, terdapat 477 hoaks seputar vaksinasi covid-19 yang tersebar melalui berbagai macam platform. Dampak negatif akibat beredarnya berita hoax khususnya dari program vaksinasi ini adalah timbulnya serangan kecemasan (panic attack) di kalangan masyarakat.
Penulis bersumsi, serangan panik adalah suatu kondisi yang tergolong ke dalam gangguan kecemasan yang ditandai dengan terjadinya serangan panik secara tiba-tiba, kapan dan di mana saja, serta dialami berulang-ulang.
Adapun akibat yang dapat ditimbulkan dari kecemasan dan kepanikan di kalangan masyarakat ialah meningkatnya emosi masyarakat terhadap pemerintah, menimbulkan opini negatif sehingga terjadi disintegrasi bangsa, memberikan provokasi dan agitasi negatif, menyulut kebencian serta hasutan kepada orang banyak, dan pengaruh besar yang terjadi adalah penolakan masyarakat terhadap vaksin itu sendiri.
Atas hal tersebut, tim dosen dan mahasiswa keperawatan FPOK UPI Bandung menangani panic attack yang terjadi di masyarakat akibat hoax vaksinasi covid-19 dengan penyuluhan kesehatan berbasis pendekatan keluarga bersama dengan Puskesmas Ciwaruga Kabupaten Bandung Barat.
Sementara itu, seperti yang disampaikan Kepala Puskesmas Ciwaruga Bandung Barat, dr. Indria, bahwa penyebaran berita bohong atau hoaks tentang vaksinasi covid-19 tentunya berdampak terhadap kesadaran masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi lengkap dan booster covid-19.
Oleh karena itu, masih menurut dr. Indria, perlu adanya upaya untuk memberikan edukasi berupa penyuluhan kesehatan yang benar untuk menangkal hoaks, sehingga disinformasi yang beredar di masyarakat akan berkurang.
Hasil surveyor yang dilakukan tim dosen dan mahasiswa, begitu masifnya berita hoax yang menyebar di tengah masyarakat mengakibatkan berbagai permasalahan baru yang meresahkan semua pihak. Salah satunya fenomena panic attack yang tidak dapat dihindari oleh warga Kabupaten Bandung Barat akibat maraknya berita hoax tentang vaksinasi COVID-19.
Permasalahan tersebut mengakibatkan dampak di berbagai aspek multidimensi seperti psikologis, sosial, dan budaya yang ada di masyarakat.
Penulis beranggapan, model intervensi berupa penyuluhan Kesehatan dengan pendekatan keluarga merupakan salah satu strategi yang dapat dipilih untuk mengatasi panic attack yang dialami oleh masyarakat sekaligus memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang vaksin COVID-19.
Selain itu, oenyuluhan Kesehatan dengan pendekatan keluarga dipilih agar memudahkan pemahaman masyarakat terkait hal-hal rumit perihal vaksinasi COVID-19 yang ingin disampaikan.
Hal di atas, sebagaimana yang dilaksanakan penulis melalui kegiatan penyuluhan terintegrasi dengan program kerja Puskesmas Ciwaruga di Kabupaten Bandung Barat baru-baru ini.
Beberapa tanggapan warga yang diwawancara penulis saat penyuluhan dilakukan, yakniWawan (55), warga Desa Cigugur Girang, mengatakan akibat mendengar siaran televisi, yang menayangkan berita efek samping vaksinasi jadi takut di vaksin.
Selanjutnya, Ajang Aripin (43), warga desa Sariwangi, juga takut vaksin karena mendengar Banyak yang meninggal, jadi sakit-sakitan setelah di suntik vaksin covid.
Di sisi lain, Ruknengsih (42), warga Ciwaruga, menyampaikan bahwa selama pandemi Covid-19 mengalami tanda dan gejala yang dirasakan bukan karena penyakit bawaan, namun karena berita tentang covid-19 dan vaksinasi yaitu Gelisah, Ketakutan, Tegang dan waswas, Sensitif.
Lain halnya dengan Nana (40) mengatakan selama dua tahun pandemi Covid-19, pernah ada serangan tiba-tiba/panik yang dirasakan seperti panic attack terjadi secara spontan berupa jantung berdebar.
Atas hal tersebut, pendekatan keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
Ke depan, hendaknya kolaborasi antara lembaga pelayanan dan pendidikan Keperawatan harus terus diupayakan agar kebermanfaatan terhadap masyarakat dapat meningkat. Hal tersebut disampaikan dr. indria saat melaksanakan gebyar vaksin booster bertempat di Polban Bandung belum lama ini.
Kemudian, mahasiswa keperawatan FPOK UPI pun terlibat dalam kegiatan gebyar Vaksinasi Booster sebagai Tim Screening dan Input Data. Tampak masyarakat yang awalnya takut vaksin booster pun, hadir setelah beberapa waktu sebelumnya pendapat penyuluhan melalui pendekatan keluarga. ***
Penulis: Dhika Dharmansyah, S.Kep., Ners., M.Kep (Dosen Prodi Keperawatan di FPOK UPI)Dhika Dharmansyah lahir di Sukabumi 10 Juni 1988, merupakan Lulusan dari S1 Keperawatan di Unpad Tahun 2010. Lulusan Profesi Ners Unpad Tahun 2011, dan menyelesaikan S2 Keperawatan Konsentrasi Keperawatan Komunitas pada Tahun 2014 di Unpad. Saat ini bekerja sebagai Dosen tetap di Prodi Keperawatan FPOK UPI Bandung. Selain itu, tercatat sebagai Direktur CV Delta Preneur Indonesia beralamat di Bandung yang bergerak dalam bidang Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Pewarta/Editor: Adhyatnika Geusan Ulun
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.