Bedakan Antara Alif Shifr Mistadir dan Alif Shifr Mustathil
Agama | 2022-11-07 10:08:18Saat membaca Al-Qur'an, pernahkah kita melihat tanda bulatan kecil di atas alif? Bulatan kecil yang ditemukan di atas alif tetsebut bukan sekedar aksesoris, melainkan juga memiliki nama dan fungsi khusus.
Alif dengan bulatan kecil di atasnya dalam ilmu tajwid dikenal dengan istilah alif shifr. Secara lughawi, shifr berarti bulatan. Di dalam Al-Qur'an, alif dengan tanda shifr tersebut dibedakan ke dalam dua macam, yaitu alif shifr mustadir dan alif shifr mustathil. Apa bedanya? Yuk cari tahu dengan menyimak penjelasan berikut!
Pertama: dari segi bentuk. Sekilas alif shifr mustadir dan alif shifr mustathil memiliki bentuk yang tampak sama. Namun jika kita memperhatikan secara cermat keduanya memiliki bentuk yang berbeda. Seperti namanya, shifr mustadir artinya bulat melingkar (bulat sempurna), sedang shifr mustathil artinya bulat memanjang (bulat lonjong). Shifr mustathil juga kerap dikenal dengan istilah shifr mustathil qaaim atau tanda bulatan lonjong tegak.
Kedua: dari segi fungsi. Selanjutnya, selain dari bentuk, alif shifr mustadir dan alif shifr mustathil memiliki fungsi yang juga berbeda. Bukan tanda sukun, tanda shifr memiliki fungsi atau aturan yang khusus. Jika tanda shifr di atas alif itu berbentuk bulat sempurna (shifr mustadir), maka huruf alif yang menyandang tanda tersebut harus diabaikan (tidak perlu dibaca), baik dalam keadaan waqaf (berhenti) ataupun washal (bersambung). Namun jika tanda shifr di atas alif itu berbentuk bulat lonjong (shifr mustathil), maka huruf alif tersebut memiliki dua aturan, yakni dibaca panjang ketika dalam keadaan waqaf (berhenti) dan diabaikan (tidak dibaca) ketika dalam keadaan washal (bersambung).
Ketiga: dari segi huruf. Selanjutnya, kita akan lebih fokus menilik perbedaan pada tanda shifr (bulatan) yang menempel, yang mana huruf yang ditempeli tanda shifr mustadir tidak selalu sama dengan huruf yang ditempeli tanda shifr mustathil. Shifr mustathil hanya dapat menempel di atas satu huruf saja, yaitu alif. Sedangkan shifr mustadir, selain ditemukan menempel di atas alif, shifr mustadir juga dapat ditemukan menempel pada yaa', dan waaw.
Keempat: dari segi Letak. Selanjutnya, jika dilihat dari segi letak keberadaan dalam suatu kalimah (kata), tanda shifr mustathil selalu melekat di belekang kata, atau hanya ditemukan di ujung kata (tharaful kalimah), sedangkan tanda shifr mustadir, selain dapat kita temukan di belakang kata (tharaful kalimah), shifr mustadir juga dapat kita temukan di tengah-tengah kata (wasathul kalimah).
Kelima: dari segi jumlah. Kemudian yang terakhir, perbedaan dari segi jumlah. Keberadaan alif shifr mustadir di dalam Al-Qur'an lebih banyak ditemukan jika dibandingkan dengan alif shifr mustathil. Bahkan keberadaan alif shifr mustathil yang tersebar dalam Al-Qur'an ditemukan hanya terdapat pada tujuh kata saja (berdasarkan riwayat Hafs). Karena jumlahnya yang hanya ada pada tujuh kata dalam Al-Qur'an, tanda shifr mustathil tersebut kerap kali dikenal dengan sebutan "sab'ah alifah" (tujuh alif). Ketujuh alif yang dimaksud adalah alif shifr mustathil yang terdapat pada kata laakinna (QS. Al-Kahfi: 38), pada kata azh-zhunuuna (QS. Al-Ahzaab: 10), pada kata ar-rasuula (QS. Al-Ahzaab: 66), pada kata as-sabiila (QS. Al-Ahzaab: 66), pada kata qawaariira (QS. Al-Insaan: 15), pada kata ana (di manapun berada), dan pada kata salaasila (QS. Al-Insaan: 4).
Khusus kata salaasila, Imam Hafs membacanya dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan menetapkan alif (itsbatul alif), yakni dengan washal pada huruf laam, sehingga dibaca salaasila. Sedangkan cara kedua adalah dengan membuang alif (hadzful alif), yakni dengan cara waqaf pada huruf laam sukun, sehingga dibaca salaasil.
Bagaimana? Cukup mudah bukan membedakan yang mana Alif Shifr Mustadir dan yang mana Alif Shifr Mustathil?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.