Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image UCare Indonesia

Definisi Kehidupan Menurut Islam

Agama | Friday, 04 Nov 2022, 10:21 WIB
sumber gambar: freepik.com/jcomp

Allah SWT menetapkan bahwa kehidupan dunia hanya sifatnya sementara. Karena akhirnya, kita semua akan kembali melalui pintu kematian. Karena kehidupan dunia ini tidak kekal, yang abadi hanyalah kehidupan akhirat.

Allah SWT menciptakan kehidupan di dunia ini sebagai tempat untuk berkompetisi untuk mengetahui siapa di antara hambaNya yang paling baik amalnya. Di sinilah, dunia ini dijadikan lahan bagi para hamba untuk menanam benih kebaikan, yang hasilnya akan dipanen di akhirat.

Bagi siapa saja yang hidup di dunia melakukan banyak amal sholeh, beriman kepada Allah dan tidak pernah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan Allah maka kelak ia akan mendapatkan kehidupan yang membahagiakan di surga.

Namun, siapa saja yang hidupnya selama di dunia dipenuhi dengan kemaksiatan maka akan melanggar aturan dan ketentuan Allah, maka di akhirat ia pun akan mendapatkan balasannya atas apa saja yang ia perbuat selama di dunia.

Oleh karenanya, seorang mukmin sudah seharusnya memaknai kehidupan yang sementara di dunia sebagai tempat untuk berlomba dalam beramal kebaikan. Karena kita tahu tak ada yang abadi di dunia ini. Kita pasti mati dan kembali padaNya hanya tinggal menunggu waktu yang kita sendiri tak pernah tahu kapan waktu itu tiba.

Semua yang bernyawa akan mati, karena tidak ada makhluk yang hidup abadi di dunia ini. Dan kematian itu akan membawa kita untuk kembali kepada Allah SWT, Dzat Yang Maha Menciptakan. Maka selayaknya, setiap insan menjadikan dunia sebagai ladang untuk investasi akhirat dengan perbanyak amal-amal shaleh yang pahalnya akan kita panen di akhirat kelak.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, artinya: “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah berkata, “Hakikat umur/kehidupan kita tidak terletak pada berapa rentang waktu yang telah kita lalui, karena kehidupan yang benar adalah beruapa nilai kebaikan yang telah kita lakukan. Jadi, jika ada seorang yang berusia sampah lima puluh tahun, kemudian Allah SWT menimbang nilai kebaikannya, maka bisa jadi nilai umurnya lebih dari lima puluh tahun atau bahkan bisa saja kurang dari lima puluh tahun.”

Kehidupan yang terbaik adalah saat kita memaknai kehidupan ini sebagai lahan untuk melakukan perbaikan dan kebaikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah di atas, nilai umur manusia sangat ditentukan oleh berapa kebaikan yang telah diperbuatnya. Bukan hanya sebatas ibadah antara hamba dengan Sang Khalik, tapi juga bagaimana ia telah bantu sesama dan memberi kemanfaatan untuk manusia dan makhluk di sekitarnya. contohnya dengan zakat, infak dan sedekah.

Dapat disimpulkan bahwa kehidupan kita tidak berakhir dengan adanya kematian, sebab setelah kita mengalami kematian, kita akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita semasa hidup di dunia. Dan tentulah kita harus meyakini itu bahwa ada kehidupan setelah kematian.

Daftar pustaka: Musyafa, Haidar. (2018). Hidup Sesudah Mati. Yogyakarta: Checklist

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image