Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mas Andre Hariyanto

Wanita Karier ( Career Woman ) menjadi Gaya Hidup atau Tuntutan ?

Gaya Hidup | 2022-10-30 18:28:44
Mahasiswa Akademi Keperawatan di Mojokerto. Foto: Dok. Pribadi Dr. Agung Kwartama.,SE.,MM.,MH/Mas Andre Hariyanto (AR Learning Center/Taklim Jurnalistik/Suara Utama)

Oleh: Dr. Agung Kwartama.,SE.,MM.,MH.
Wartawan Suara Utama Perwakilan Jakarta, Member of Taklim Jurnalistik & AR Learning Center, Dosen dan Pemerhati Pendidikan
- Kehidupan di Indonesia sangat indentik dengan gaya hidup hedoisme terutama bagi kaum muda yang baru terjun dalam dunia kerja yang professional dan mempunyai penghasilan sendiri. Namun, dunia industri saat ini yang menuntut keahlian khusus serta tekanan pekerjaan dengan target yang sangat ketat demi kelangsungan perusahaan ditengah persaingan bisnis. Sehingga pola hidup untuk menikmati hasil pekerjaan yang didapat dengan hang out bersama teman ke tempat kumpul bersama untuk melepas kepenatan yang dihadapi dalam pekerjaan sebagai alternative dalam kebosanan di rutinitas pekerjaan.
Akan tetapi seiring dengan persaingan antar bisnis segala bisnis serta pademik efek yang sangat dirasakan untuk dunia usaha atau perusahaan tertentu terutama yang membutuhkan modal besar (Huge capital) mengalami tekanan yang besar dalam mempertahankan bisnis usahanya harus melakukan efisien terutama dalam sumber daya manusia, yang harus dikurangi bahkan pemutusan tenaga kerja (Lay off employee), terutama tenaga kerja laki - laki yang menjadi tulang punggung keluarga. Hal ini menjadi salah satu penyebab istri harus membantu ekonomi dalam keluarganya, akan tetapi adat ketimuran mempunyai kebiasaan atau aturan tidak tertulis yang menuntut bahwa kepala rumah tangga harus bekerja sebagai kehormatan dalam kehidupan.
Dilansir (Aris Tritanto,2020) bahwa perceraian yang disebabkan ekonomi pada masa pandemi menjadi salah satu penyebab dalam berumah tangga, selain hal lain seperti perselingkuhan dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga, sehingga hal ini juga sebagai wanita harus mandiri dalam menjalankan roda ekonomi keluarga terutama pendidikan anak serta kebutuhannya. Wanita karir atau pekerja akan benar diuji secara mental dan fisik dalam mengelola kehidupan rumah tangganya disebabkan setelah pulang bekerja dihadapkan hal hal peran ganda sebagai ibu dan istri dalam keluarga agar semua berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan tuntutan ekonomi dan target perusahaan yang dibebankan terutama wanita karir, bisakah peran ibu tergantikan dengan pihak lain? Ini pertanyaan klasik yang sering terdengar umum (commom issue) untuk kehidupan anak serta pendidikannya. Kenakalan remaja dan turunnya prestasi dalam pendidikan menjadi ukuran kesuksesan orang tua terutama wanita karir, sehingga solusi terbaik saat ini dalam menjaga peran ibu di kehidupan rumah tangga dan sahabat terbaik buat anak dalam berkeluh kesah aktivitas kesehariannya?. Sehingga saat ini Orang tua, mertua, saudara kandung istri, suami, asisten rumah tangga bahkan rumah penitipan menjadi alternatif instant yang dilakukan saat ini. Dimana Orang tua dan Saudara dianggap pilihan terbaik dengan asumsi secara umum pendidikan diberikan pasti terbaik mengingat darah daging mereka sendiri yang mengalir di anak. Menguntip sumber Mentri Pendidikan (Nadiem Makarin, 2020 ) bahwa sehebat pendidikan dan guru hebat pun tidak akan mensubsitusikan peran pendidikan orang tua kepada anak. Karena ibu menjadi tempat mereka untuk mendapatkan kasih sayang, curahan hati, berkeluh kesah, mengadu hal pribadi, sahabat dalam berbagi, perlindungan, pujian yang ingin didapat serta tempat bercerita. Seringkali kelelahan psikologi dan fisik menjadi pembenaran bahwa anak harus belajar mandiri dan mencari solusi sendiri dimana Saudara atau Orang tua wanita karir belum mengetahui secara detail solusi dalam pendidikan formal maupun informal mengingat mereka sendiri sudah mempunyai kesibukan yang berbeda.
Lingkungan sekitar, keseharian dengan Orang tua dan saudara dekat apakah mampu untuk mendukung dalam pendidikan. Dari penulis melakukan riset bahwa ada perbedaan dari penelitian sebelumnya bahwa anak yang berada dilingkungan terdekat yaitu kakek dan nenek akan mendapatkan kasih sayang dan pengawasan yang memadai walaupun ibunya bekerja. Akan tetapi penulis hanya melihat pengawasan dilakukan sebatas kegiatan sehari hari dan tugas sekolah, tidak dalam membentuk karakter dan pendidikan moral untuk kesiapan menuju usia remaja dan dewasa. Kakek dan nenek hanya melakukan pembekalan kebutuhan primer serta pengawasan dalam tugas sekolah yang cenderung sampai pendidikan dini atau paling tinggi sekolah dasar. Untuk pendidikan lebih lanjut seperti Sekolah menengah , atas bahkan perguruan tinggi perlu pendalaman lebih lanjut mengingat aktivitas kegiatan sekolah lebih banyak dan cendurung anak sudah mempunyai kehidupan remaja yang ingin mandiri tanpa pengawasan yang lebih melekat dan lebih suka bergaul dengan teman sebaya dalam menjalankan kegiatannya.
Dalam aktivitas lain, kursus dan perlombaan formal, informal bisa menjadi dukungan moral dalam pendidikan ini yang sering menjadi perhatian dari ibu yang karir, haruskah anak banyak kegiatan agar proses pembentukan karakter bisa dibangun sejak dini ? Pertanyaan ini selalu menjadi dilema bagi wanita karir dalam menjalankan peran gandanya mengingat lingkungan terdekat terutama mertua yang akan banyak mengalami keterbatasan dalam waktu, tenaga dan konsentrasi untuk menjalankan aktivitas cucunya yang beraktivitas diluar sekolah formal. Kepercayaan wanita karir terhadap anak dan mertua yang menjadi andalan perlu dikaji lebih dalam, karena kehidupan kota besar dalam pergaulan saat ini menjadi lebih dominan dalam membentuk karakter dan mental, ini merupakan salah satu tugas berat dimana ibu harus extra dalam mengawasannya agar pergaulan yang diikuti membawa dampak positif untuk kehidupan anak dimasa depan. Karena anak adalah cerminan sukses orang tua dalam membina kehidupan dimasa depan baik dari moralitas dan sisi kehidupan sosialnya.
Penulis berharap demi peningkatan sumber daya manusia Indonesia masa depan, peran ibu dalam kehidupan anak menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter, sosial budaya, etika bermasyarakat serta peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dimulai dari kehidupan keluarga yang tidak tergantikan oleh saudara, guru dan teman disekitarnya. Mari kita mengajak para ibu untuk terus memperhatikan, mengawasi dan membimbing anak untuk mencapai cita - cita yang di impikan.

Mahasiswa Akademi Keperawatan di Mojokerto. Foto: Dok. Pribadi Dr. Agung Kwartama.,SE.,MM.,MH/Mas Andre Hariyanto (AR Learning Center/Taklim Jurnalistik/Suara Utama)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image