Kata Imam Syibli, Matilah Terhormat dan Bermanfaat Laksana Pohon Mangga
Agama | 2022-10-29 14:30:45Imam Syibli tengah berada di kebun miliknya. Meskipun seorang ulama sufi yang terkenal, ia masih menyempatkan diri memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berkebun. Ketika sedang memeriksa berbagai tanaman di kebunnya, ia mendengar suara yang memanggil-manggil namanya. “Syibli, Syibli!”
Ia segera mencari sumber suara, kalau-kalau ada orang yang memerlukan bantuannya. Ia berkeliling mencari sumber suara tersebut. Setelah agak lama berkeliling, akhirnya ia menemukan sumber suara tersebut dari sebuah pohon mangga. Rupanya ada makhluk lain yang merasuk atau bersembunyi di dalam pohon mangga tersebut.
“Apa maumu memanggil-manggil namaku?” Tanya Syibli mengawali obrolan dengan makluk yang ada di dalam pohon mangga.
“Aku hanya ingin mengatakan, jadilah kamu sebagai makhluk yang memiliki sifat mulia seperti aku!” Jawab makhluk yang ada di dalam pohon mangga tersebut.
“Aku belum begitu paham akan maksudmu. Bisa kamu jelaskan?”
“Begini, hampir setiap hari ada saja orang yang melempariku dengan batu, namun aku tak pernah membalas lemparannya dengan batu yang ia lemparkan kepadaku. Sebaliknya aku melemparinya dengan buahku yang lebih baik daripada batu. Diakui semua orang, buahku legit, lezat, dan bermanfaat bagi tubuh.” Demikian jawab makhluk yang merasuk di pohon mangga tersebut.
Kemudian Imam Syibli menjawab, “Memang kamu hebat, baik hati. Tapi sayangnya, akhir nasibmu tidak sehebat kebaikannmu.”
Kini giliran makhluk yang ada di pohon mangga yang tak memahami perkataan Imam Syibli. “Bagaimana maksudmu?”
“Jika kau sudah berhenti berbuah, sudah tua, daun-daunmu mulai berguguran, kau akan ditebang, dan tubuhmu dibakar api, menjadi kayu bakar.”
Dengan pilu makhluk tersebut menjawab, “Ya itulah nasib akhirku. Berbeda dengan nasib pohon cemara yang dapat condong barat apabila diterpa angin ke arah barat, dan akan condong ke timur apabila diterpa angin ke arah timur. Ia dapat menyelamatkan diri.”
“Jadi mana yang lebih baik, nasibmu atau nasib pohon cemara?” Lanjut Imam Syibli
“Aku tak akan membanding-bandingkannya. Namun aku bangga menjadi pohon mangga. Memang pohon cemara bisa selamat dengan melakukan trik lenggak-lenggok tergantung arah angin agar menyelematkan tubuhnya, namun jika pohon cemara sudah tua, ia akan roboh, teronggok. Tak ada orang yang mengambilnya dan dimanfaatkan untuk dijadikan kayu bakar atau arang.” Jawab makhluk yang merasuk ke dalam pohon mangga tersebut.
Setelah hening sejenak, sang makhluk tersebut melanjutkan ceritanya. “Meskipun aku sudah tua karena sudah tak berbuah lagi, dan tubuhku mati atau ditebang orang, tubuhku tetap berguna. Banyak orang yang memanfaatkannya sebagai kayu bakar atau dijadikan arang. Dengan demikian aku masih memberikan manfaat bagi orang, bahkan ketika tubuhku habis dibakar menjadi abu, aku masih bisa memberikan manfaat kepada orang. Abuku sering dipakai membersihkan peralatan memasak.”
Imam Syibli memahami perkataan makhluk yang merasuk di pohon mangga tersebut. Ia setuju sekali dengan perkataannya. Bagi kita lebih baik mati terhormat daripada menjual harga diri dengan mengikuti kemauan orang untuk menyelamatkan diri meskipun bertentangan dengan kebenaran dan hati nurani, bersedia mengikuti arus, kemana pun angin bertiup.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.