Tingkatkan Kualitas Literasi dengan PETA Taktis
Pendidikan dan Literasi | 2022-10-28 11:01:54Kemampuan literasi masyarakat Indonesia tergolong rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara atau dengan kata lain Indonesia merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca, menulis dan berkomunikasi.
Literasi merupakan hal yang sangat penting untuk siswa terutama tingkat Sekolah Dasar (SD). Literasi dasar untuk siswa SD tergolong menjadi 3 yaitu membaca, menulis dan berkomunikasi. Membaca memiliki beberapa hal yang harus dicapai diantaranya membaca dengan lancar; mengeja huruf dan kata; menirukan ungkapan, ajakan, perintah dan penolakan; membaca dengan ekspresi dan intonasi yang tepat; menemukan gagasan utama dari teks yang dibaca; melisankan puisi dengan lafal, ekspresi dan intonasi yang tepat. Adapun menulis ada beberapa hal yang harus dicapai seperti menyalin kata/tulisan dalam kalimat sederhana; menulis dengan memperhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca dengan benar; membuat kalimat sederhana dengan kosakata baku dan kalimat efektif. Sedangkan dalam berkomunikasi hal-hal yang harus dicapai yaitu berbicara menggunakan bahasa Indonesia; menceritakan kembali teks dongeng; menyampaikan pesan yang terkandung dalam dongeng, menyampaikan hasil identifikasi tokoh dari cerita non-fiksi.
Salah satu kemampuan literasi paling sederhana adalah membaca. Akan tetapi, banyak orang yang malas membaca dengan alasan membaca itu membuat ngantuk. Padahal dunia dapat kita genggam dengan membaca. Artinya, semua informasi dari segala penjuru dunia dapat kita ketahui dengan membaca. Membaca dapat menggunakan media digital atau cetak. Contoh media digital yaitu smartphone, laptop, komputer, televisi dan lain-lain. Adapun media cetak contohnya majalah, koran, buku, tabloid dan lain-lain. Banyak yang tergoda lebih menyukai menonton daripada membaca. Misalnya ada novel dan film yang akan release secara bersamaan dengan judul dan pengarang yang sama. Sudah dapat ditebak bahwa penjualan tiket akan lebih laris terjual daripada penjualan novel. Membaca novel memiliki sensasi petualangan yang seru. Sambil membaca kita dapat berimajinasi mengenai penggambaran tokoh serta alur cerita yang terjadi dalam novel.
Kemampuan literasi bukan seberapa banyak buku yang telah kita baca atau berpuluh-puluh lembar karya yang sudah kita tulis. Akan tetapi, bagaimana kulitas membaca kita, seberapa jauh kita dapat menyerap informasi yang telah kita baca, apakah tanda baca dari tulisan kita sudah tepat? Atau penggunaan diksi tulisan kita sudah tepat?
Untuk mengetahui kulitas literasi siswa SD dapat diukur menggunakan PETA Taktis. Peta Tahapan Kompetensi Inti Literasi atau lebih dikenal dengan PETA Taktis merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi siswa yang merujuk pada silabus kurikulum 2013. Alat ini menggunakan perspektif kelas dan materi inti pelajaran Bahasa Indonesia.
Senin, 29 Agustus 2022 SD Muhamamdiyah Kedundang bersama beberapa sekolah yang terpilih dalam program MT School mengikuti kegiatan pelatihan PETA Taktis. Pelatihan ini dilaksanakan di Kantor Dinas Pendidikan dan Olahraga Unit 3 yang berlokasi di Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo dengan diikuti oleh seluruh guru dari kelas 1 hingga kelas 6. Dalam pelatihan ini peserta menerima materi tentang cara menilai kualitas literasi siswa dengan instrumen yang telah disediakan. Selain itu, ada beberapa peserta yang mempraktikkan proses penilaian literasi. Kegiatan ini sangatlah menambah wawasan bagi guru karena dapat mengetahui kualitas literasi siswa seperti menulis, membaca dan berkomunikasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.