Filosofis Budaya: Ebeg Mengandung Ajaran Bukan Hanya Pertunjukan Setan
Sastra | 2022-10-23 19:13:51Ebeg/kuda lumping merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumasan yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tarian Ebeg di daerah Banyumas menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg
Kesenian Ebeg/Kuda lumping memiliki ciri khas Tersendiri, Salah satunya Penari ebeg menari menggunakan Kuda-kudaan yang di anyam menggunakan bambu, kuda-kudaan tersebut sering disebut jaran. Penari juga mempertunjukan hal-hal yang di luar logika, Seperti memakan beling, kesurupan, menginjak beling, kebal senjata tajam.
Kesenian Ebeg/Kuda lumping memiliki ciri khas Tersendiri, Salah satunya Penari ebeg menari menggunakan Kuda-kudaan yang di anyam menggunakan bambu, kuda-kudaan tersebut sering disebut jaran. Penari juga mempertunjukan hal-hal yang di luar logika, Seperti memakan beling, kesurupan, menginjak beling, kebal senjata tajam.
Kuda-kudaan atau yang biasa di sebut jaran di ibaratkan ajaran. Penari Biasanya Mengalami Kerasukan, hal ini bukan hanya sekedar kesurupan tentu memiliki maknya yaitu dimaknai dengan adanya kekuatan besar yang ada di luar kendali manusia. Manusia selama hidupnya dibekali dengan akal. Untuk itu agar akal digunakan sebaik-baiknya bagi manusia. Sebab semua yang terjadi pada manusia itu atas kehendak Nya.Oleh kena itu akhirmnya muncul rasa pasrah atas kehendak Nya. Rasa pasrah Kepada Tuhan itu berikut dengan kepercayannya.
Kuda-Kudaan Yang ditumpaki oleh penari memiliki warna yang berbeda beda dan memiliki makna. Putih Diartikan sebagai kesucian pikiran, merah sebagai symbol keberanian dan hitam sebagai symbol sifat buruk.Jadi manusia wajib memahami makna warna sebagai bahan pertimbangan dalam bersikap dan berperilaku.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.