Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Terry Arya Viratama

Semangat Santri

Eduaksi | Saturday, 22 Oct 2022, 10:29 WIB

Peringatan hari besar nasional, sejatinya merupakan momentum untuk memperbaiki dan meng"upgrade" berbagai aspek yang menjadi concern pada momentum tanggal tersebut, tak terkecuali peringatan Hari Santri Nasional yang ditetapkan tanggal 22 Oktober setelah secara resmi, ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri.

Sejarah mencatat, tanggal 22 Oktober merupakan tanggal meletusnya seruan Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 atau dua bulan setelah kemerdekaan Republik Indonesia.

Lantas, pelajaran apa yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut dan bagaimana seharusnya momentum hari santri disikapi dengan bijak?

Santri yang secara ontologi berada dan berkaitan erat dengan kehidupan pesantren dan kyai, sejatinya merupakan representasi dari semangat juang dan loyalitas tanpa batas yang cenderung pudar dan bahkan habis tergerus oleh hegemoni kehidupan modern belakangan ini. Mereka bukan hanya anak anak kecil yang duduk di bangku mengaji baca tulis Al Qur'an ataupun kitab kitab lainnya, tetapi kepribadian dan pola pikir yang memang terbentuk dari lingkungan pesantren, menjadikan mereka senjata senjata terkuat yang dimiliki bangsa Indonesia kala itu.

Tak ada kata mundur bila kyai sudah memerintahkan untuk maju, tak ada kata menyerah bila didada mereka sudah terpatri loyalitas penuh untuk memperjuangkan agama dan bangsa sampai titik darah penghabisan. Mereka menyadari, momentum perjuangan merupakan ajang untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka pelajari di surau surau, pulpen mereka menjelma menjadi bambu runcing yang sangat presisi bagi mereka tuk melawan penjajah dengan senapannya, buku buku mereka menjelma menjadi tameng tameng tak tergoyahkan, dan surau mereka adalah medan peperangan sesungguhnya untuk mempertaruhkan masa depan agama dan bangsa.

Nampaknya, kita yang kala ini asik menikmati hasil keringat dan darah mereka dahulu, dapat menyadari bahwa ternyata kita hanya memiliki sedikit perbedaan dengan mereka. Mereka hanya sedikit merasa lelah, sedangkan kita sedikit sedikit merasa lelah. Mereka hanya sedikit merasa putus asa, namun kita sedikit sedikit putus asa. Mereka hanya merasa sedikit kesakitan dengan luka menganga, sedangkan kita sedikit sedikit merasa sakit.

Doc: SMPIT Thariq bin Ziyad

Dari itu, pemahaman santri secara inklusif dari kacamata selama ini sebagai siswa siswi pesantren, perlu diberikan sedikit pencerahan. Mereka yang memiliki nilai juang tinggi untuk memajukan Bangsa dan Agama, sejatinya adalah santri. Mereka yang selalu concern terhadap kepentingan bersama dalam kehidupan sosial, sejatinya adalah santri. Dan mereka yang mendedikasikan jiwa dan raganya demi kebaikan universal, sejatinya adalah santri.

Selamat hari santri !!, semoga kita bisa menjadi bagian dari mereka, ikut andil dalam memajukan Bangsa dan Negara, dan senantiasa mendedikasikan diri untuk kehidupan yang lebih baik didunia maupun akhirat kelak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image