Menilai Diri Sendiri Lebih Baik Daripada Menilai Orang Lain
Gaya Hidup | 2022-10-20 10:01:06Mengikuti kisah hidup orang lain jika memiliki makna yang bermanfaat bagi kehidupan kita, sungguh teramat baik untuk diteladani. Namun tatkala kehidupan seseorang dalam keadaan tidak baik-baik saja alangkah bijaknya kita yang memahami seharusnya tak memperuncingnya dan alangkah lebih baik jika kita menutup aibnya.
Sungguh beberapa hari ini kita semua yang tinggal di negeri ini seolah sibuk dan terfokus kepada sosok publik figur yang sedang mengalami KDRT oleh suaminya. Bahkan kita semua memang sepakat kekerasan dengan segala bentuknya adalah hal yang tidak baik dan tidak dibenarkan oleh agama dan juga hukum negara.
Tetapi kita yang menyaksikannya kadang terjebak dalam sebuah penghakiman bahkan diri kita menjadi orang yang lebih benar dan memiliki otoritas untuk menentukan tentang kehidupan rumah tangga seseorang. Apapun pilihannya, yang berhak menentukan adalah adalah dirinya. Tetapi tidak serta merta kita pun mencaci, memaki bahkan membully karena apa yang dilakukannya tak sesuai dengan keinginan kita. Siapapun boleh kecewa jika melihat sesuatu yang menyenangkan akantetapi kita mesti memahami bahwa orang lain punya hak untuk menentukan sikapnya sendiri.
Seharusnya melihat kenyataan itu ada baiknya justeru kita merenungi dengan apa yang ada pada diri kita. Apakah kita lebih baik dari beliau atau justeru sebaliknya. Menilai diri sndiri memang bukan sesuatu yang mudah akantetapi itu mesti dilakukan guna kebaikan kita sendiri. Terkadang kita baru menyadari kekurangan dan kelemahan ketika ada orang lain yang menilai bahkan itu terkadang menyakitkan. Makanya jika menyadari hal itu sebaiknya mampu menilai diri sendiri lebih awal ketimbang kita lebih dulu dinilai oleh orang lain.
Terkadang dengan keegoannya kita justeru asyik menilai kehidupan orang lain sementara kita sendiri lupa untuk menilai kekurangan dan kesalahan yang telah dilakukan oleh kita. Padahal sebaik-baiknya orang adalah yang bisa menilai segala kekurangannya lalu berusaha mengubahnya ke arah lebih baik. Tetapi kebanyakan orang malah lebih asyik untuk menilai orang lain ketimbang mampu untuk menilai dirinya sendiri.
Kemudahan media sosial yang digunakan secara tak terkendali malahan memantik sikap orang menilai orang lain secara berlebihan. Tak ada yang salah dengan media sosial tetapi hal itu lebih banyak didasari oleh sikap orag yang berlebihan terhadap orang lain dan merasa diri justeru lebih baik dari orang lain. Memang tak mudah untuk terbiasa mengubah keadaan ini tetapi percayalah bahwa memahami diri sendiri dan mengubahnya adalah hal yang lebih baik ketimbang malah sibuk menilai orang lain yang tak ada artinya sama sekali. Hidup yanag baik adalah bagaimana kita berusaha memberi manfaat bagi orang lain bukan justeru malah kita lebih suka mencela orang lain.
Membicarakan keburukan orang lain pun bukanlah hal yang baik untuk dilakukan karena lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya. Alangkah bijaknya jika kita isi hidup kita dengan melakukan kegiatan positif yang berguna bagi banyak orang daripada memperbincangkan urusan orang lain yang sebenarnya bukan urusan kita. Dengan menilai diri sendiri secara mendalam maka kita akan tahu kesalahan, kekurangan dan kelemahan kita. Dari sini kita akan semakin mengerti bahwa untuk bisa menjadi manusia yang baik tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun hal itu dapat diusahakan karena hanya kita yang bisa mengubah keadaan itu dan camkan dan hal itu takkan bisa dilakukan oleh orang lain.
Itulah realita agar kita mampu untuk menilai diri kita sesungguhnya. Seerti kata pepatah, gajah di pelupuk mata tiada tampak tetapi semut di seberang lautan tampak. Kita jangan seperti ini karena akan banyak merugikan kita. MUlai saat ini maka nilailah diri kita agar tahu kekurangan dan kesalahan kita sehingga kita segera berubah untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.