Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Inggrita Hasti Nur Tiara

Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas, Seperti Apa Wujudnya ?

Pendidikan dan Literasi | Wednesday, 19 Oct 2022, 12:53 WIB

Membentuk siswa yang berkarakter dengan mudah bukanlah suatu upaya yang mudah. Hal itu merupakan proses yang dilakukan terus menerus untuk menjadikan siswa memiliki moral choice yang harus ditindaklanjuti. Diperlukan waktu untuk membentuk hal itu menjadi custom. Tujuan adanya pendidikan karakter ini adalah untuk menjawab berbagai persoalan bangsa akibat perubahan global yang telah dilihat, didengar, dan dirasakan kini.

Banyak peraturan sekolah yang dapat dipatuhi. Misalnya anda bertemu orang tersesat di jalan, apa yang anda lakukan ? untuk menjawabnya dengan nilai baik maka akan dijawan dengan menolongnya. Seperti yang dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Sekolah wajib mencanangkan pendidikan karakter sebagai nilai tatanan yang berkembang baik di sekolah. Seruan nyata pendidikan karakter ini harus juga dipertontonkan oleh tenaga pendidikan.

Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama. Semua merupakan pemangku jabatan meliputi kepala sekolah, guru, lingkungan sekolah, orang tua, dll. Namun, beberapa orang bersifat skeptis bahwa pendidikan karakter hanyalah sebuah tempelan. Hal – hal menyedihkan ini menandakan bahwa sekolah telah gagal dalam menanamkan pendidikan karakter. Sejatinya, keluarga merupakan kunci utama dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak karena anak lebih sering meluangkan waktu di lingkungan keluraga daripada lingkungan sekolah. Maka dari itu, guru dan sekolah harus sinkron dalam melakukan kegiatan pendidikan kepada anak.

Guru harus menjadi suri tauladan bagi siswa. Bayangkan, jika guru mengajarkan agar datang tepat waktu kepada muridnya. Namun, justruu guru terambat dating ke sekolah dan memberi contoh yang tidak baik kepada peserta didik. Bila ini terjadi jangan harap siswa dapat melakukan hal – hal yang dinasehati.

Banyak yang menilai bahwa menjadi siswa yang berkarakter merupakan suatu kesuksesan yang didapat akibat menyelesaikan tugas dari guru. Anggapan ini menjadi salah kaprah jika siswa dinilai hanya sebagai “pengekor” guru saja. Padahal, setiap individu memiliki keunikannya masing-masing. Tidak hanya nilai akademis saja yang dinilai. Tugas guru yang dikataka oleh Ki Hajar Dewantara yaitu “Tut Wuri Handayani” yang artinya dari belakang ikut memberikan dorongan dan arahan. Guru perlu menekan atau mengurangi ego-nya dalam mempraktikkan pendidikan karakter. Guru dan siswa perlu sama-sama mengasah keterampilan dalam mengembangkan karakter yang baik.

Berdasarkan studi Dr. Marvin Berkowitz – seorang pakar pendidikan karakter dari University of Missouri, St. Lois – ternyata pendidikan karakter memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan motivasi siswa untuk meraih prestasi. Terdapat nilai turun drastic pada perilaku negative yang menghambat siswa. Hal ini muncul, karena pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa yang berintegritas. Bila siswa memiliki integritas, maka siswa akan yakin bahwa ia memiliki potensi.

Pendidikan karakter itu mencakup ranah pengetahuan (cognitive), perasaan (affective), sikap (attitude), dan tindakan (action). Pendidikan karakter tidak hanya memberikan “asupan” kepada raga namun jiwa pula berupa moralitas. Misalnya pada doa, tidak hanya ditekankan pada hafala doa dan materi agama saja melainkan siswa dapat mengimplementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari – hari.

Cara lain yang bisa digunakan adalah para murid bisa diajukan untuk mengikuti story telling dalam acara – acara penting seperti HUT sekolah, Nilai – nilai moral dapat tertanam halus pada siswa. Ini merupakan pendekatan soft seling dalam komunikasi pemasaran. Lembut itu kuat.

Martin Luther King mengatakan bahwa kecerdasan plus karakter itu adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya (Intelligence plus character that is the goal of true education). Jika tokoh besar sudah mengatakan seberapa pentingnya pendidikan karakter, masikah kita ragu untuk menanamkan pendidikan karakter kepada anak ? pendidikan karakter merupakan kunci peradaban manusia yang memanusiakan manusia.

Penanaman pendidikan karakter memanglah kuat, namun bukanlah hal ini menjadi alasan para guru untuk goyah dalam menanamkan pendidikan karakter kepada siswa. Di tengah era globalisasi, kita harus bisa membentengi peserta didik agar tidak menerima dampak negative dari perkembangan zaman. Pendidikan karakter merupakan kunci dari peradaban manusia yang memanusiakan manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image