Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Toni Al-Munawwar

Soceng, Modus Penipuan Online, dan Cara Kita Mengatasinya

Teknologi | Monday, 17 Oct 2022, 08:45 WIB
Pexels.com/UMUT DAGLI

Beberapa waktu lalu, bapak saya mendapatkan pesan whatsapp dari seorang oknum yang mengaku dari pihak Bank BRI. Isi pesan tersebut menginformasikan bahwa ada perubahan tarif transfer antar bank yang semula 6.500 rupiah per transaksi menjadi 150.000 rupiah perbulan. Beruntung, bapak saya langsung mengorfirmasi hal itu kepada saya—apakah informasi tersebut benar atau tidak. Saya langsung mengatakan kepada beliau bahwa itu soceng alias social engineering—modus penipuan baru yang bertujuan untuk mengambil data pribadi korban.

Sebelum pesan seperti itu diterima oleh bapak saya, sebenarnya hal tersebut sudah saya ketahui melalui media sosial. Karena, bapak saya orangnya tidak begitu akrab dengan teknologi apalagi dunia media sosial, wajar jika pada awalnya beliau sempat percaya dengan isi pesan tersebut.

Bagi orang awam atau gaptek seperti bapak saya, mendapat pesan yang mengaku sebagai pihak bank akan mudah percaya tanpa melakukan crosscheck terlebih dahulu. Sialnya lagi, saat oknum yang mengaku sebagai pihak bank mengirimkan tautan—langsung di klik dan mengisi informasi yang diminta oleh pelaku. Tak butuh waktu lama saldo di rekening langsung ludes.

Soceng atau social engineering akhir-akhir ini memang sering terjadi dan menyasar sejumlah nasabah bank. Modus yang sering digunakan adalah perubahan tarif transfer antar bank.

Beragam Modus Penipuan Online dan Cara Kita Mengatasinya

Hiidup di dunia digital mau tidak mau kita harus peka dan waspada terhadap modus penipuan. Belum lama ini seorang teman facebook menceritakan bahwa akun internet banking miliknya telah diretas. Awalnya, ia berniat minta tolong kepada customer service bank untuk menghapus layanan sms banking. Tiba-tiba ia mendapat telepon yang mengaku sebagai CS bank melalui telegram.

Setelah menjelaskan keinginannya, ia diberikan tautan formulir yang berisi permintaan data pribadi. Tak berselang lama, si pelaku mencoba masuk ke akun internet banking miliknya. Untungnya saldo di dalam rekening hanya 50 ribu rupiah, jadi pelaku gagal menguras isi saldo. Mendapati kejadian seperti itu, ia segera mengganti kata sandi akun internet banking miliknya, sehingga membuat pelaku tidak bisa kembali log in ke akun miliknya.

Kasus yang dialami oleh teman saya itu sering marak terjadi. Biasanya hal ini terjadi karena kita mengalami kendala atau keluhan terhadap layanan sebuah bank. Sialnya, kendala tersebut disampaikan melalui kolom komentar akun media sosial resmi pihak bak—alih-alih menghubungi call center resmi pihak bank. Tujuan mungkin baik, ingin direspon cepat oleh customer service pihak bank agar cepat ditindaklanjuti.

Namun, hal itu justru menjadi santapan empuk para pelaku kejahatan. Orang-orang yang menyampaikan kendala atau keluhan melalui kolom komentar, langsung dihubungi oleh pelaku dengan mengaku sebagai pihak bank. Kemudian, pelalu menggiring korban untuk memberikan datta pribadi dan pada akhirnya menggasak habis uang korban.

Sebaiknya jika memiliki kendala atau keluhan terkait layanan sebuah bank, langsung hubungi saja call center resminya. Hal ini guna mencegah kasus penipuan yang mengatasnamakan pihak bank.

Kasus lain yang tak kalah menghebohkan adalah bukti transfer palsu. Kasus ini sering dialami penjual online. Umumnya, pelaku seolah-olah ingin memesan sebuah produk lalu melakukan transfer dengan nominal yang melebihi harga produk dengan alibi kelebihan transfer dan meminta penjual untuk mengirimkan kembali sisa uang itu kepadanya.

Namun, apa yang terjadi?

Ternyata setelah dicek, tidak ada uang masuk dari pelaku di rekening penjual. Sialnya, penjual langsung percaya dan mengembalikan sisa uang yang lebih kepada pelaku sekaligus mengirimkan barang pesanan pelaku. Penjual tersebut hanya bisa mengelus dada—barang sudah terlanjur dikirim dan sisa uang sudah dikembalikan, tapi ternyata tidak ada kiriman transfer dari pelaku.

Kejadian tersebut pernah dialami oleh seseorang. Pelajaran bagi kita dan juga para penjual online, agar tidak langsung mempercayai bukti transfer yang dikirimkan oleh pembeli. Sebaiknya kita cek terlebih dahulu apakah benar pembeli tersebut sudah transfer atau belum melalui ATM atau internet banking. Hal ini agar kita tidak tertipu lagi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image