Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Risky Febri Pratama

Ancaman Resesi di 2023, Bagaimana Masyarakat Menyikapinya?

Info Terkini | 2022-10-12 07:57:57

Potensi-potensi resesi ekonomi yang terjadi hampir setahun ini telah berdampak ke beberapa negara yang mengarah ke jurang resesi, prediksi yang dirilis oleh Uncoference On Trade and Development (UNCTAD). Semua Kawasan di dunia akan terkena dampaknya terutama negara-negara berkembang. ‘’Unctad Memaparkan prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan melembat ke 2,5% di 2022. Global slowdown akan membuat GDP rill masih tetap di bawah trend pra-pandemi, merugikan dunia sebesar US$ 17 triliun – hampir 20% Pendapatan dunia,’’ tulis laporan UNCTAD disitus resminya, Rabu (5/10/2022)

Hal ini tentunya bertambah dengan pemberitaan “Tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap. Kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi,” kata Jokowi. Jokowi mengungkapkan di sejumlah negara saat ini mengalami angka inflasi yang sangat tinggi, sehingga akibatnya banyak negara ketakutan mengalami peningkatan inflasi yang cenderung tinggi. Menurutnya biasanya negara-negara mengalami angka inflasi mencapai 1 sampai 8 persen, sekarang angka inflasi bisa mencapai 10 persen. Bahkan ada negara yang mencapai 80 persen angka inflasi. Terlebih lagi pengaruh kondisi : Pra-Pandemi, Inflasi di berbagai sektor ekonomi, perang Russia-Ukraina, krisis energi & pangan dll.

Berdasarkan data UNCTAD, Indonesia akan menjadi negara ke-2 di negara G20 yang paling merugi dalam hal kehilangan potensi ekonomi. (gamabr di hp)

Ketua UNCTAD Rebeca Grynspan berkata “Masih ada waktu mundur dari ujung resesi, -ini adalah masalah pilihan kebijakan dan kemuan politik.” Salah satu dari solusi yang diminta UNCTAD adalah agar bank sentral di negara maju menaikan suku bunganya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap tingkat pertumbuhan ekonomi banyak negara mulai melemah. Pelemahan ini terjadi sejak kuartal II, dan diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir tahun 2022. ‘’trend terjadinya pelemahan sudah terlihat mulai Q2 di berbagai negara dan akan semakin dalam pada Q3 dan Q4, sehingga prediksi mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan termasuk termasuk kemungkinan terjadi resesi mulai muncul, ‘’ungkapnya dalam rapat APBN KITA, Senin (26/9/2022).

Resesi ekonomi adalah satu kondisi dimana ada kelesuan atau kemenduran di aktiivitas atau produktiftas ekonomi disuatu negara. National Bureau of Economic Research mendefinisikan resesi sebagai penurunan di empat aspek ekonomi selama beberapa bulan Empat aspek tersebut adalah tingkat pemasukan, penyerapan tenaga kerja, tingkat produksi industri, dan tingkat konsumsi masyarakat. Tetapi dari sekian banyak definisi yang ada definisi resesi yang paling populer itu adalah pertumbuhan GDP yang negatif selama dua kuartal berturut-turut.

jika suatu negara GDP atau Pendapatan domestik bruto nya negatif maka kondisi suatu negara bisa dikatakan mengalami resesi. Pertumbuhan pendapatan domestik bruto (GDP) suatu negara dilihat dari empat aspek, yaitu : konsumsi masyarakat, belanja negara, investasi di sektor riil, dan ekspor dikurangi impor. Pertumbuhan GDP yang dimaksud adalah kenaikan angka GDP tahun ini dibanding GDP di tahun sebelumnya atau kenaikan angka GDP di kuartal tertentu dibanding kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Sekarang, bagaimana pertumbuhan GDP di Indoesia?

Berdasarkan data dari website bps.go.id Perekonomian Indonesia 2021 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp16.970,8 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp62,2 juta atau US$4.349,5. Ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69 persen, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2020 yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Sedangkan di 2022, Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-/Q2 (kuartal) 2022 mencapai Rp4 919,9 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2 923,7 triliun. Ekonomi Indonesia di Q2 2022 terhadap Q2 2021 tumbuh sebesar 5,44 persen. Ekonomi Indonesia di Q2 2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,72 persen. Akan tetapi, menghimpun data dari website tradingeconomics.com Pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau GDP di Q3 sempat negatif di angka -0.95 tetapi Kembali menguat di Q4 dengan pertumbuhan GDP di angka 3.72.

Lalu mungkinkah ekonomi Indonesia akan mengalami resesi di 2023 nanti?

Jawabanya adalah mungkin saja, karena resesi ini baru bisa kita lihat di 2 kuartal berturut-turut, dalam jangka 6 bulan kedepan jika pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia negatif maka Indonesia sudah masuk di masa resesi. Jadi pada dasarnya resesi ini adalah sebuah label yang menggambarkan situasi ekonomi suatu negara di masa lalu (2 kuartal kebelakang) yang masa nya sudah terlewati. Misalnya kayak kita sekarang yang bisa ngeliat data ekonomi saat The Great Recession tahun 2008 atau krisis moneter tahun 1998.

Yang terpenting disini adalah bagaimana sebuah negara bangkit dari resesi? Sederhananya, sebuah negara bangkit dari resesi ketika pertumbuhan GDP-nya tuh positif lagi. Untuk pertumbuhan GDP-nya positif lagi berarti empat aspek yang mendefinisikan GDP harus digenjot mulai dari konsumsi masyarakat, tingkat belanja negara, investasi di sektor riil, sampai menaikkan angka ekspor,

Pertanyaannya sekarang, terlepas dari status resesi ekonomi gimana sih sebaiknya kita menyikapi ketidakpastian kondisi ekonomi, bisnis, dan perdagangan di masa depan?

Tips pertama yang paling penting adalah kita harus bisa cepat beradaptasi dengan situasi yang baru Nggak bisa dipungkiri nih kalo pandemi kemarin mengubah cara kita dalam menjalani hidup mulai dari cara berkomunikasi, berpindah tempat, belajar, belanja, mendapatkan hiburan, dan tentu aja cara kita bisa produktif dalam mendapatkan penghasilan.

Kita juga harus meningkatkan literasi keuangan sebaik mungkin, kita tuh harus punya kecermatan yang baik tentang gimana kita ngelola uang kita gimana caranya kita bisa ngatur pengeluaran kita dengan bijak pada hal-hal yang tepat sasaran dan gimana kita bisa menginvestasikan uang kita dengan baik. Serta melakukan diversifikasi investasi yang proporsional di instrumen investasi yang tersedia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image