Inilah tujuh kriteria perbuatan zalim
Agama | 2022-10-05 07:16:36Ketika mendengar kata zalim yang terbayang di benak kebanyakan orang adalah menganiaya atau mengkhianati orang lain. Karenanya, dampak yang terbayang dari perbuatan tersebut adalah tersakitinya orang lain. Padahal dampak terbesar dari perbuatan zalim tersebut akan dirasakan diri sendiri bukan oleh orang lain.
Merujuk kepada al Qur’an, terdapat beberapa perbuatan yang tergolong kepada perbuatan zalim. Pertama, musyrik atau menyekutukan Allah. Musyrik merupakan lawan dari tauhid (mengesakan Allah).
“Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar’ ” (Q. S. Luqman : 31).
Hawa nafsu membisikan, ketika kita menyekutukan Allah, seakan-akan Dialah yang akan menderita kerugian, karena berkurangnya hamba yang mengagungkan-Nya. Padahal tidaklah demikian, ibadah dan ketaatan kita tak akan menambah terhadap keagungan dan kekuasaan-Nya, dan kemaksiatan serta pembangkangan kita akan segala titah-Nya, tak akan mengurangi terhadap keagungan dan kekuasaan-Nya.
Sebaliknya, perbuatan kita menyekutukan-Nya merupakan perbuatan mengkhianati dan meyakiti diri sendiri. Akibat pedih dari perbuatan tersebut akan kembali kepada diri kita sendiri.
Ketika Nabi Musa a.s melihat umatnya menyembah patung anak sapi yang terbuat dari leburan emas, ia mengatakan, “Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi sebagai sesembahan...” (Q. S. al Baqarah : 54).
Kedua, berbuat dosa atau kemaksiatan. Kesenangan sesaat ketika berbuat dosa telah membuat kita terlena dan lupa diri bahwa kita sedang menzalimi, mengkhianati, dan menyiksa diri kita sendiri. Kita sering tak menyadari, ketika kita berbuat dosa, sebenarnya kita sedang berjalan menuju kesengsaraan panjang.
Karena perbuatan dosa merupakan tindakan menzalimi diri sendiri, maka dalam zikir tobat selalu tercantum kalimat pengakuan bahwa kita telah menzalimi diri sendiri. Nabi Adam a.s dan Siti Hawa a.s ketika bertobat, dalam do’anya mereka berdua mengakui telah menzalimi dirinya sendiri.
“Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami, dan memberi rahmat kepada kami, nisacaya kami termasuk orang-orang yang rugi” (Q. S. al A’raf : 23).
Selain menyekutukan Allah dan berbuat dosa, Imam Ghazali dalam karyanya “Mukasyafatu al Qulub” hal. 188 menambahkan lima macam perbuatan yang dikategorikan perbuatan zalim, yakni pertama, penguasa yang mengambil hak-hak rakyatnya (korupsi). Dalam salah satu riwayat, perbuatan korupsi telah menjadikan seorang sahabat gagal mati syahid.
Alkisah dalam suatu peperangan yang dipimpin Rasululah saw, seorang sahabat berlari-lari sambil berteriak-teriak, “si Fulan syahid, si Fulan syahid, si Fulan syahid!” Sesampainya di hadapan Rasulullah saw, ia tetap berteriak menginformasikan seorang sahabat yang gugur di medan laga.
“Demi Allah, dia tidak mati syahid. Malahan dia akan menjadi penghuni neraka. Sebelum terbunuh, ia telah menyembunyikan beberapa buah peniti emas. Ia sudah berniat untuk tidak membagikannya kepada kaum muslimin.” Demikian kata Rasulullah saw.
Dengan segera, sahabat tersebut kembali lagi ke tempat jenazah sahabat yang dianggapnya mati syahid tersebut. Ia penasaran membuka kantong yang dibawa sahabat yang gugur tersebut. Benar sekali, di kantongnya terdapat beberapa buah peniti emas.
Kedua, pemimpin yang berbuat tidak adil kepada rakyatnya. Ia memuliakan orang kaya raya, dan menghinakan kaum miskin.
Ketiga, orang tua yang tidak pernah mengajarkan ilmu agama kepada anggota keluarganya dan tidak pernah mengajak anggota keluarganya untuk taat beribadah kepada Allah.
Keempat, pengusaha atau majikan yang mengkhianati gaji karyawannya , dan kelima suami yang mengkhianti/tidak membayar mahar kepada istrinya.
Semua perbuatan zalim akan melahirkan penderitaan. Selama hidup di dunia, bisa saja orang-orang yang berbuat kezaliman nampak dapat hidup penuh kesenangan. Namun demikian, keadaannya akan berlainan dengan di akhirat kelak. Kezaliman akan menjadi penyesalan, sebab tak ada balasan lain dari perbuatan zalim selain pedihnya siksaan api neraka.
“Kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari kiamat.” Demikian sabda Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari – Muslim.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.