Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Kesehatan Mental Pendukung Sepakbola Indonesia

Gaya Hidup | Sunday, 02 Oct 2022, 11:16 WIB

Secara umum, manusia adalah mahluk Bio-Psiko-Sosial. Artinya, manusia merupakan mahluk yang lengkap, dan terbangun dari ragam dimensi, yaitu dimensi fisik, spiritual, ruhani, jasmani serta juga merupakan entitas organisme dari unit komunitas yang lebih besar yaitu keluarga dan masyarakat. Kondisi ini, disatu sisi menyulitkan ragam kajian untuk mengupas dan mengkaji secara tuntas hal yang membangun pola pikir, pola sikap dan pola perilaku manusia. Sejumlah individu melakukan tindakan didorong dominan oleh faktor biologisnya, sementara sejumlah yang lain karena faktor psikologis, ataupun sosialnya.

Kesehatan mental itu sendiri, seperti dilansir dari mentalhealth.gov meliputi dimensi emosional, psikologis dan kesejahteraan bidang sosial (social well-being). (Tingkat atau kondisi) kesehatan mental meliputi bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bertindak. Kondisi Kesehatan mental individu juga membantu bagaimana seseorang menangani situasi stress yang dihadapinya, bagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya. Mengamati dan menaruh perhatian pada Kesehatan mental, adalah penting pada seluruh fase kehidupan, baik dari masa anak-anak, remaja, dewasa awal, dewasa akhir, sampai lansia.

Pandangan positif terkait Kesehatan mental menyatakan bahwa Kesehatan mental merupakan kesanggupan dan kesediaan individu mengoptimalkan seluruh potensi dari dimensi spiritual, dimensi psikologis, dimensi biologis serta dimensi sosialnya. Melalui pengembangan ini, individu akan beranjak dewasa, serta tumbuh dan berkembang dengan kapasitas yang baik dalam membangun perencanaan hidup, mengatasi hambatan dan rintangan kehidupan, menghadapi kejadian tidak terduga, membangun interaksi sosial dan lain-lain. Optimalnya hal ini, akan membuat individu mampu berpikir logis dan jernih dalam ragam situasi sosial yang dihadapinya, dan mampu membuat respon yang tepat terhadap ragam stimulasi sosial yang menimpanya, baik tepat secara spiritual, psikologis, biologis maupun sosial.

Ketidaktepatan dalam merespon sebuah situasi sosial, (apalagi jika dikaitkan dengan norma sosial) dapat merupakan indikasi “kurangnya ataupun gangguan pada kondisi Kesehatan mental”. Misalnya jika seseorang bereaksi berlebihan, merusak, hiperbola ataupun bahkan melakukan penyerangan fisik terhadap pihak lain dikarenakan sebuah kondisi sosial tertentu, maka hal ini perlu diwaspadai dalam konteks Kesehatan mental. Apalagi jika hal ini merupakan ‘dendam yang tersimpan dalam ketidaksadarannya (unconscious mind), ataupun didasari dorongan untuk menyakiti orang lain (hurting others), atas ketidakmampuannya menerima kenyataan dan atau berdamai dengan situasi nyata (reality testing).

Terkait konteks kerusuhan Kanjuruhan, patut dipertanyakan atau dianalisa lebih lanjut, bagiamana kondisi Kesehatan mental pendukung sepakbola di Indonesia? Apakah begitu kuatnya indentitas sosial para pendukung tersebut dengan tim kesayangannya? Sehingga kekalahan begitu dirasakan sebagai sesuatu yang perlu direspon secara nyata, dan cenderung berlebihan? Sehingga kekalahan begitu membekas di dalam hati dan menggores luka? Sehingga ‘diri’ (atau self) perlu melakukan sesuatu untuk menghilangkan hal tidak menyenangkan tersebut keluar dari ketidaksadarannya?

Pendidikan Kesehatan Mental

Pada konteks apapun, pendidikan Kesehatan mental jelas diperlukan bagi seluruh komponen bangsa, baik dari level SD sampai perguruan tinggi. Hal ini penting untuk membangun kedewasaan (maturitas) yang menurut sejumlah pandangan psikologis ditandai dengan rumus CCR, yaitu Courage (Keberaian) yang disertai dengan Consideration (Pertimbangan yang matang) dan Responsibility (yaitu kesadaran penuh bahwa seluruh tingkah laku akan dipertanggungjawabkan kelak di hari akhir).

Melalui pendidikan ataupun pola edukasi ini, diharapkan tumbuh generasi yang jauh lebih dewasa dalam menyikapi seluruh situasi kehidupan yang dihadapinya, dan situasi sosial yang hadir pada zona psikologisnya. Pekerja sosial dapat terus berperan dalam progam edukasi ini dengan membawa filosofi ataupun cara pandang Bio-Psiko-Sosial yaitu bahwa manusia merupakan kesatuan utuh faktor biologis, psikologis (yang mencakup pikiran, emosi dan perilaku), dan sosial memainkan peran penting dalam keberfungsian dan ketidakberfungsian sosial manusia.

Pekerja Sosial dapat hadir melalui pelayanan langsung maupun tidak langsung dalam memberikan pembekalan pendidikan Kesehatan mental ini, untuk sekaligus mengurangi ragam bencana sosial yang makin sering terjadi di Indonesia seperti tawuran, perkelahian, kekerasan fisik dan seksual, konflik sosial, bullying dan lain-lain, yang secara umum merupakan representasi dari tingkat Kesehatan mental masyarakat.

Banyak perilaku yang menunjukkan reaksi berlebihan (over reaction) terhadap sebuah stimulasi, ketidaktepatan respon terhadap situasi tertentu yang menunjukkan rendahkan kemampuan membaca kondisi (reality testing), penampakan kebencian berlebihan, kesedihan berlebihan serta termasuk rasa rendah diri dan kebingungan diri berlebihan (insecure).

Ragam pendidikan kesehatan mental dapat diinisiasi melalui beragam lapisan masyarakat, melalui perspektif biopsikososial berikut ini (seperti kajian dari Prof Adi Fahrudin, 2018) yang menempatkan secara bertahap

• Individu sebagai klien

• Individu adalah anggota keluarga yang unik, sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual

• Keluarga sebagai klien

• Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain, baik secara perorangan maupun secara bersama

• Masyarakat sebagai klien

• Interaksi antar warga

• Diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan

• Suatu komunitas dalam waktu

• Indentitas yang kuat mengikat semua warga

Melalui pemahaman berlapis ini, skema pendidikan Kesehatan mental dapat mulai diedukasi untuk mengoptimalkan dimensi mentalitas dari masyarakat Indonesia. Sehingga secara bertahap hadir kesiapsiagaan mental penduduk Indonesia dalam menghadapi ragam situasi sosial secara proporisial, penuh dengan rasa tanggung jawab dan maturitas yang tinggi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image