Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kamaruddin

Ketika Dunia Reza Termangu Resah Melawan Kanker Getah Bening

Curhat | Saturday, 04 Dec 2021, 12:04 WIB
Reza bersama Ibunda, Nurasma, ketika sedang berobat | Foto : Istimewa.

"Bunda capek, ya, kerja terus untuk obatin bang Reza. Abang sayang bunda. Biarpun sakit, abang selalu berdoa agar bunda sehat dan semangat," kenang Nurasma mengingat kembali ucapan Reza.

Banda Aceh - Tahun 2017 menjadi tahun paling suram dalam kehidupan Reza Fadhilah Prakasa, 11 tahun. Reza terhempas tak berdaya. Hidupnya berubah 180 derajat setelah divonis dokter menderita kanker getah bening.

Padahal saat itu usia Reza baru 7 tahun, usia anak kecil, masa-masa dia seharusnya menikmati kebahagiaan masa kecil dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Tidak hanya itu, Reza mengubur dalam-dalam impiannya menjadi seorang hafiz (penghafal Al Quran).

Kanker getah bening telah merenggut niat mulia anak kecil yang saat ini terbaring lemas di kasur. "Setelah Reza divonis mengidap kanker getah bening, gelap dunia ini rasanya," cerita Ibunda Reza, Nurasma, 33 tahun, kepada retizen.republika.co.id, Jumat, 3 Desember 2021.

Empat tahun berobat

Hidupnya saat itu seolah direnggut, semangat hidup juga hilang. Keinginan untuk sehat terus diberikan motivasi oleh Ibunda. Reza sudah puluhan kali melakukan sesi kemoterapi.

Empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk meratapi nasib setelah divonis kanker getah bening. Nurasma bahkan mengaku, kehidupan sosial anaknya itu juga berhenti seketika.

"Gara-gara kanker itu, Reza dikeluarkan dari sekolah karena harus fokus berobat. Waktu itu dia duduk di kelas tiga sekolah dasar," tutur Nurasma.

Hari-hari setelah tak sekolah, Reza hanya berdiam di rumah dan melakukan pengobatan diberbagai rumah sakit. Terakhir Reza berobat tradisional di kawasan Geudong, Kota Lhokseumawe.

Biaya sekali berobat, kata Nurasma, sekitar Rp700ribu sampai Rp800 ribu, ditambah ongkos perjalanan dan penginapan. Jika perginya bareng Reza, total biaya bisa mencapai Rp1,5 juta sekali berobat. "Dalam sebulan, sekali kami berobat," tuturnya.

Sejak itu, Reza tidak dikemoterapi lagi. "Kasian kalau dikemo terus, untuk sekarang berobat tradisional aja dulu. Minum rempah-rempah, termasuk benalu kopi," ungkap Nurasma.

Nurasma bersama Reza dan kedua anaknya, yaitu Aldy Maulana, anak sulung, dan Amadea, si bungsu, tinggal Jalan Blang Bintang, Gampong Gani, Jalan Lamsim, Gampong Cotpuklat. Sejak usia Reza 5 tahun, saya sudah berpisah dengan suami. Reza sakit tanpa didampingi ayah," tegasnya.

Pernah mendapat bantuan?

Sejak Reza mengidap kanker, kata Nurasma, dirinya pernah mendapat bantuan pengobatan dari Baitulmal Aceh dan dari teman-temannya.

Keseharian Nurasma cuma seorang penjual keripik. Dia single parent mengurus Reza. Penghasilannya pas-pasan. Antara Rp800 ribu hingga Rp700 ribu perbulan.

Usaha rumahan itu dia titipkan di kedai-kedai, di kantin bank BRI cabang Keudah, Banda Aceh. Namun, fokus utama melalui online, dibantu pasarkan oleh rekan-rekan yang sering menjenguk Reza.

"Dari hasil penjualan keripik itulah biaya pengobatan Reza. Selain itu, saya juga ada menggosok di laundry. Alhamdulillah, bisa sedikit terbantu Rp200 ribu sebulan," kata Nurasma.

Nurasma mengaku penjualannya belakangan juga berkurang. "Biasanya, lebaran baru ada orang pesan banyak. Cukuplah buat tambahan beli kebutuhan anak-anak," kata Nurasma.

Reza kini terbaring lunglai berjuang melawan kanker getah bening yang menggerogoti sistem limfatik tubuhnya. Dia terbaring di kasur dan terendap dalam lara. Selalu menangis menahan rasa sakit meski sesekali rindu sekolah dan mengaji.

"Fokus sama ananda tercintaku dan jual keripik. Cepat sembuh sayang ya, bunda sayang bg Reza. Mudah-mudahan kehidupan yang kita jalani hari ini akan indah pada waktunya. Bunda sayang kalian semua. Mudah-mudahan keripik bunda laris terus supaya bisa bayar biaya pengobatan bg Reza. Semangat sayangku," tulis Nurasma di profil WhatsAppnya.

Bisakah kita berdoa untuk kesembuhan Reza? Semoga di bulan mulia penuh rahmat ini, jalan kita menuju pintu ibadah semakin terbuka. Mari berbagi bersama Reza!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image