Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image MUHAMMAD RAIHAN FAIZI 2021

Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam

Eduaksi | 2021-12-03 14:53:17
http://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_Golden_Age" />
Lukisan karya Yahyá al-Wasiti, Baghdad 1237 tentang situasi studi di bawah dinasi Abbisiyah | sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_Golden_Age

Bahasa Arab adalah bahasa yang paling banyak menyandang atribut. Selain merupakan bahasa Al-Qur‘an dan Hadis, bahasa Arab adalah bahasa agama untuk umat Islam, bahasa resmi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), bahasa nasional lebih dari 25 negara di kawasan Timur Tengah, lughah al-dhâd, dan bahasa warisan sosial budaya (lughah al-turats). Jabir Qumaihah menegaskan bahwa, bahasa Arab merupakan bahasa yang mendapat garansi dan proteksi Ilahi (Al-himâyah Al-Ilâhiyyah), seiring dengan digunakannya sebagai wadah ekspresi al-Qur‘an (wiʻa Al-Qur’ân). Bahasa Arab juga dipandang sebagai suatu bahasa yang sangat orisinal; tidak memiliki masa kanak-kanak sekaligus masa renta (lughah ashîlah, laisa lahâ thufûlah wa laisa lahâ syaikhûkhah). Bahasa Arab juga merupakan salah satu Bahasa yang paling tua akan tetapi tetap eksis hingga sekarang. Hal ini, dibuktikan dari penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa sastra dan pemersatu pada masa Jahiliyah. Selain itu, bahasa Arab hingga kini juga menjadi bahasa yang mampu menampung kebutuhan para penggunanya dan menyerap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang. Hal ini antara lain disebabkan oleh watak dan karakteristik bahasa Arab yang elastis (murûnah), menganut sistem derivasi dan analogi (isytiqaq wa qiyas) yang komprehensif, dan memiliki perbendaharaan kata (tsarawat lughawiyyah wa mufradat) yang kaya.

Posisi Bahasa Arab dalam Pengkajian Islam

Bahasa Arab mempunyai posisi yang penting dan strategis dalam pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, bahkan dalam pengembangan peradaban Islam. Menarik dicermati bahwa sebagian besar karya intelektual Muslim yang non-Arab (tidak berkebangsaan Arab), seperti : Sibawaih (180 H), Al-Farabi (339 H), Ibn Sina (428 H),Ibn Miskawaih (932-1030 M), Al-Ghazali (1111 M), dan lain sebagainya ditulis dalam bahasa Arab. Karena, pada waktu itu bahasa Arab merupakan bahasa ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, bahasa Arab bukan semata-mata bahasa komunikasi harian antar penuturnya, melainkan bahasa ilmu pengetahuan yang mampu mewadahi dan mentransmisikan wacana pemikiran dan karya-karya keilmuan.

Dalam perkembangannya, terutama setelah Islam tersebar ke luar Jazirah Arabia, bahasa arab tidak hanya menjadi bahasa lokal, tetapi menjadi bahasa internasional, mengikuti universa-litas Islam. Wilayah-wilayah baru yang ditundukkan atau dibebaskan oleh kekuasaan Islam, meskipun sebelumnya telah memiliki bahasa resmi, akhirnya berbahasa arab. Dalam generasi awal umat islam tampaknya sangat serius dan intens dalam upaya memahami Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi, sehingga mereka senantiasa saling belajar, berdiskusi dan bertanya jawab mengenai makna-makna (tafsir) berbagai kata atau ayat Al-Qur‘an. Setelah Islam berkembang luas ke berbagai daerah bekas hegemoni sosial politik dan intelektual Persia di sebelah timur Jazirah Arab dan hegemoni Romawi di sebelah barat, banyak non-Arab yang harus beradaptasi dan mempelajari bahasa Arab. Posisi bahasa Arab menjadi lebih strategis, terutama karena sebagian ulama Islam juga menguasai bahasa Suryani, Yunani, Persia, dan India. Penguasaan bahasa asing, bagi ulama Arab, sekaligus menjadi pintu masuk berbagai bidang ilmu yang sebelumnya dikembangkan oleh bangsa Yunani, Persia, dan India. Bahasa Arab sebagai bahasa akademik di berbagai lembaga pendidikan yang ada juga turut menjadi faktor akselerasi (percepatan) persebaran bahasa Arab bagi banyak kalangan.

Aktualisasi Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam

Puncak kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani ‗Abb siyah. Sejarah mencatat bahwa salah satu faktor penting keberhasilan pengembangan peradaban saat itu adalah karena berkembangnya gerakan penerjemahan (arabisasi) yang dimotori oleh elit penguasa, yaitu Harun al-Rasyid (786-809 M) dan Al-Makmun (786-833 M). Gerakan penerjemahan itu disosialisasikan dengan ditunjang oleh adanya pusat riset dan pendidikan seperti Bait al-Hikmah dan Dâr alHikmah. Penerjemahan karya-karya asing tidak terbatas pada ilmu-ilmu dasar, filsafat Yunani, melainkan juga mencakup matematika, astronomi, isika, geometeri, optika, musik, dan kedokteran yang berasal dari bahasa Suryani, Persia dan India. umat Islam tidak hanya bertindak sebagai pengalih ilmu tetapi juga sebagai penyusun, pengembang, dan pembangun berbagai disiplin ilmu pengetahuan baru.

Ada tiga tahapan perkembangan peradaban Islam, yaitu :

1. Munculnya gerakan penerjemahan dan pemahaman berbagai karya asing ke dalam bahasa Arab.

2. Implikasi dari gerakan ini, adalah lahirnya fase kreasi ilmu (marhalah al-ibdâ al- ilmî). Bangsa Arab (Muslim) tidak lagi sekadar menerjemah-kan tetapi juga memproduksi: menulis dan mengembangkan ilmu melalui berbagai penelitian dan pengembangan.

3. berkembangnya fase inovasi dan aplikasi ilmu pengetahuan (marhalah al-ibtikâr wa al-tathbîq al- ilmî) sehingga melahirkan ke-majuan teknologi dan karya-karya seni dan budaya. Ilmu dalam Islam ditransformasikan dan dikontekstualisasikan dengan ke-hidupan nyata.

Ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab ‖kemandulan akademik‖ dalam berkarya dengan menggunakan bahasa Arab. Di antaranya adalah ketidakmampuan sebagian ulama dalam mengekspresikan karya mereka dengan bahasa Arab (karena mungkin bahasa Arab dinilai sulit dan berbelit-belit), penghargaan terhadap karya ilmiah berbahasa Arab tergolong minim, tradisi dan kondisi ilmiah tidak kondusif, sistem pendidikan dan pengajaran bahasa Arab di berbagai institusi pendidikan Islam kurang menunjang, dan rendahkan kesadaran ‖promosi‖ karya intelektual anak bangsa ini ke dunia Arab; bahkan di kalangan bangsa-bangsa Arab sendiri terdapat ke-cenderungan yang menguat terhadap penggunaan bahasa Arab „âmiyyah (pasaran, bukan bahasa formal) belakangan ini.

Ada lima peran Bahasa Arab dalam kemajuan ilmu dan peradaban islam, yaitu :

1. Bahasa Arab berperan sebagai bahasa integrasi.

Bahasa Arab mampu menyatukan banyak suku bangsa dan budaya. Peran integrasi ini menjadi semakin solid dan kuat terutama setelah khalifah Abdul Malik ibn Marwan melakukan gerakan arabisasi dan menjadi bahasa Arab sebagai bahasa negara dan administrasi pemerintahan. Peran integratif bahasa Arab ini ditopang oleh ajaran Islam yang mengedepan integrasi dan kesatuan akidah, kesatuan ukhuwah, kesatuan akhlak, kesatuan pemikiran, kesatuan hukum, dan kesatuan budaya

2. Bahasa Arab berperan sebagai bahasa konservasi.

Bahasa Arab tidak hanya berperan menjaga kelestarian (konservasi) kekayaaan bahasa dan budaya Arab itu sendiri dari masa ke masa, termasuk konservasi turats (warisan atau khazanah intelektual Arab dan Islam), tetapi juga menjaga otentisitas al-Qur‘an. Karena itu, formulasi ilmu tersebut juga dibarengi dengan pemberian tanda baca (titik-titik) dan harakat (fathah, dhammah, kasrah, dan sukûn) al-Qur‘an. Jadi, terdapat hubungan simbiosis-mutualisme (‘alâqah mutabâdilah wa mutalâzimah) antara Islam dan bahasa Arab, antara agama dan bahasa, atau antara doktrin dan media komunikasi sehingga kedua berkembang secara saling mendukung. Tanpa spirit Islam yang mengharuskan umatnya cerdas dalam iqra, mustahil bahasa Arab berkembang maju.

3. Bahasa Arab berperan sebagai bahasa edukasi dan studi.

Bahasa Arab berperan sebagai bahasa pendidikan, pembelajaran dan penelitian ilmiah di hampir semua lapisan masyarakat Arab sehingga ba-hasa Arab kemudian menjadi bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini ditunjang oleh kontribusi kebijakan politik dan inansial yang sangat besar dari elit penguasa, terutama al-Makmun, kepada para peneliti dan pengembang ilmu. Sedemikian besar dukungan kekuasan terhadap penerjemahan, penelitian, dan pengembangan ilmu, alMakmun yang mempercayakan pengembangan lembaga riset Bait al-Hikmah kepada Hunain ibn Ishaq menilai karya hasil terjemahannya dari bahasa unani dan Suryani ke dalam bahasa Arab itu dengan insentif berupa emas seberat hasil karya terjemahannya.

4. Bahasa Arab berperan sebagai bahasa komunikasi.

Bahasa Arab merupakan bahasa yang terbuka. Sebagai bahasa terbuka, bahasa Arab sejak awal memperlihatkan kemampuannya beradaptasi dan menerima perubahan, termasuk mengadopsi bahasa-bahasa Asing. Dalam al-Qur‘an, dapat dijumpai sejumlah kata yang berasal dari bahasa lain, seperti: irdaus, zanzabîl, kafûr, istibrâq, qamtharîr, salsabîl, dan sebagainya. Di era modern ini, bahasa Arab juga memperlihatkan perannya sebagai bahasa komunikasi dalam berbagai bidang, terutama politik, ekonomi, dan sosial budaya, termasuk media massa, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Selain itu, sebagai bahasa komunikasi akademik, terutama di kalangan akademisi Arab, banyak sekali karya ilmiah dipublikasikan melalui berbagai media, juga menjadikan bahasa ini semakin berkembang, antara lain, dengan banyaknya mufradat dan istilah baru dalam bahasa Arab.

5. Bahasa Arab berperan sebagai bahasa standarisasi.

Menurut catatan sejarah, mu„jam al-Ain karya al-Khalil ibn Ahmad (100-170 H) adalah kamus pertama di dunia Islam. Kamus ini sudah memiliki sistem dan metode ilmiah yang cukup solid. Dari kamus ini, kelak menginspirasi lahirnya aneka kamus dalam bahasa Arab, seperti Maqâyîs al-Lughah karya Ibn Faris, Lîsan al-„Arab karya Ibn Manzhur, hingga aneka kamus istilah dalam berbagai bidang keilmuan yang, terutama, diprakarsai dan dikembangkan oleh Maktabah Lubnan di Beirut. Spesialisasi kamus dalam bahasa Arab mulai berkembang sejak tahun 1970-an, setelah beberapa negara di Timur Tengah mulai banyak bergumul dengan atau terpengaruh oleh dinamika leksikologi Barat, utamanya dalam rangka studi dan eksplorasi minyak, sehingga proses transformasi teknologi pun terjadi dan dengan sendirinya usaha untuk melakukan Arabisasi istilah-istilah teknologi pun berkembang.

Agar kelima peran bahasa Arab dapat diaktualisasikan, menurut penulis, perlu adanya terobosan-terobosan inovatif baik dalam ‖pengilmuan‖ bahasa Arab maupun pembelajarannya. Misalnya saja, orientasi pembelajaran bahasa Arab perlu diubah, terutama di dalam sistem pendidikan pesantren dan madrasah (kemudian di perguruan tinggi), dari sekadar sebagai proses spiritualisasi atau untuk membaca ‖kitab kuning‖ menjadi proses intelektualisasi dan profesionalisasi. Bahasa Arab tidak sekadar diposisikan sebagai alat untuk memahami melainkan juga media untuk komunikasi, reproduksi keilmuan, dan diplomasi kebudayaan. Strateginya adalah dengan pendekatan politik dan akademik.

Kesadaran umat Islam juga harus dibangkitkan, melalui berbagai lembaga pendidikan dan media massa bahwa belajar bahasa Arab itu tidak sekadar untuk memahami Islam, melainkan juga untuk memahami ilmu pengetahuan, yang kini sudah mulai banyak ditulis dalam bahasa Arab. Diperlukan juga upaya standarisasi kemampuan bahasa Arab bagi calon mahasiswa maupun calon lulusan Perguruan Tinggi (misalnya dengan TOAFL), sehingga mereka memiliki standar kompetensi dalam berbahasa Arab. Penciptaan lingkungan berbahasa Arab (dengan keteladanan dosen dalam berbahasa Arab sebagai bahasa akademik/ perkuliahan) penting digalakkan. Para dosen juga perlu membiasakan menulis karya ilmiah dalam bahasa Arab, sehingga dikenal oleh dunia luar, khususnya dunia Arab. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih, khususnya dalam bidang teknologi dan multimedia pendidikan bahasa Arab juga perlu dipikirkan bersama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image