Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maryam Mahdiyyah

Suka Duka Berwirausaha di STIBA Ar Raayah

Edukasi | Saturday, 24 Sep 2022, 16:09 WIB

Alhamdulillahi rabbilalamiin. Dengan rahmat yang telah Allah subhanahu wata’ala berikan, kami mahasiswi Ar Raayah dapat menyelesaikan laporan hasil wawancara pengusaha yang berjualan di dalam kampus kami. Tulisan ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara berusaha, trik dan tips dalam berusaha, motivasi dalam berusaha, serta tujuan berusaha.

Kami sebagai mahasiswi Ar Raayah melihat banyak peluang atau kemungkinan yang bisa dilakukan dalam mengembangkan perekonomian islam. Terlebih kampus kami membatasi keluarnya mahasiswi untuk menghindari dan mencegah penyebaran virus khususnya pada musim pandemi ini. Tidak hanya itu, STIBA Ar Raayah juga membatasi pedagang yang berjualan di dalamnya. Pedagang hanya berjualan di waktu tertentu. Jenis jualan yang tersedia juga tidak banyak. Beberapa contohnya seperti seblak, roti, dan makanan ringan lainnya. Keadaan inilah yang mendukung kami untuk memiliki motivasi pemikiran dan bagaimana cara berusaha yang benar, karena harus memiliki dasar atau pengetahuan yang mumpuni dalam menjalankan usahanya. Seorang entrepreneur juga harus dapat melihat kondisi apa yang sedang dibutuhkan dengan langsung mewawancarai sumbernya. Wawancara ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan dan memperoleh informasi dan motivasi tentang kewirausahaan serta sebagai contoh inspiratif dalam memulai usaha oleh pengusaha.

Toko Serba Ada dan Jasa Titip Barang, begitulah nama usaha kecil yang dibuat tanpa disengaja oleh Siti Aisyah (42). Ibu dari 4 anak yang bekerja sebagai pramukantor STIBA Ar Raayah putri tersebut menjelaskan bahwa usaha sampingan yang sudah ia jalani sejak tahun 2017 ini hanya bermodal dari pesanan seblak dari salah satu mahasiswi yang menginginkan seblak masakannya. Sejak itu, semakin banyak yang menitip dan usahanya berlanjut sampai sekarang.

Dalam kesehariannya, wanita yang akrab dipanggil Bu Isa tersebut sangat sibuk menyiapkan barang-barang titipan mahasiswi yang menulis kebutuhannya di hari sebelumnya. Bu Isa tidak memiliki karyawan khusus dalam menjalankan usaha ini. Biasanya ia menyiapkannya sendiri, terkadang dibantu juga oleh anaknya, dan tukang ojek online juga membantunya membawakan barang setiap pagi.

Bu Isa mempunyai gaji yang tetap dari pekerjaan pramukantor. Untuk usaha jasa titip, keuntungannya tidaklah seberapa. Biasanya ia hanya mengambil untung seribu atau dua ribu dari setiap barang dan itu sudah dengan biaya ongkos kirim dari pasar menuju kampus.

Berbagai kendala tak luput mewarnai usaha Bu Isa, ia menyebutkan salah satu kendalanya bahwa terkadang ada mahasiswi yang tidak mengambil pesanannya, padahal ia sudah mengorbankan tenaga untuk membeli pesanan tersebut dan juga meminimalisir keuntungan. Bahkan ada yang sengaja membatalkan pesanannya. Akan tetapi, Bu Isa memiliki trik untuk menanggulangi kerugian tersebut dengan cara menawarkan pesanan yang tidak diambil oleh pemiliknya ke mahasiswi lain yang sekiranya membutuhkan. Jika tidak, maka Bu Isa akan menawarkan ke saudara atau tetangga atau ia akan memanfaatkannya secara pribadi. Ia pun menyebutkan, tidak ada trik spesial, Bu Isa hanya berdoa agar dimudahkan dan dilancarkan rezekinya.

Bu Isa mengutarakan salah satu motivasi terbesarnya dalam bekerja adalah untuk membiayai anak-anaknya agar bisa sekolah setinggi mungkin. Alhamdulillah anak pertama sudah lulus S1 dan sudah berkeluarga. Anak kedua masih kuliah semester 7 dan baru menyelesaikan KKN. Dan anak ketiga dan keempat (kembar) masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di salah satu pondok pesantren di Sukabumi. Ia tidak berharap banyak dari usaha ini, hanya ingin membantu anak-anak (mahasiswi) dan mempunyai tambahan biaya untuk anak-anaknya sekolah. Ia yakin, apabila kita membantu orang lain, maka suatu hari nanti pasti ada orang yang membantu kita, dan Allah subhanahu wata'ala pasti mempunyai jalannya. Terakhir, Bu Isa memberikan saran pada semua orang yang baru memulai menjalani usaha, agar tidak pelit dan suka menolong semua orang yang membutuhkan, selama bisa membantu.

Dari hasil wawancara kami, kami dapat mengambil pelajaran bahwa berwirausaha tidak harus dengan berjualan barang-barang yang mahal atau pun harus berjualan barang dalam jumlah banyak. Hanya dengan modal seblak, atau menerima segala macam titipan pun masuk dalam kategori wirausaha. Narasumber berhasil membantu ekonomi keluarganya dengan usaha beliau, meringankan sang suami, serta menyekolahkan keempat anaknya hingga jenjang kuliah dan SMA. Salah satu pelajaran penting yang bisa diambil dari cara berwirausaha narasumber adalah bahwa beliau berwirausaha dengan niat utama membantu para mahasiswi serta untuk membantu keluarganya. Beliau percaya seratus persen pada para mahasiswi dan membiarkan mereka mengambil pesanan mereka. Beliau yakin bahwa jika memang rezeki beliau, maka para mahasiswi akan membayar dan tidak akan melupakan hutang mereka. Begitulah dalam berwirausaha, kita harus yakin bahwa Allah-lah Sang Pemberi Rezeki dan setiap orang sudah ditetapkan rezekinya masing-masing.

Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan Islam

Kelompok IX: Luthfia Fina Mufida, Maryam Mahdiyyah, Mia Farah Diba

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image