Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Terry Arya Viratama

Mengemis Cinta Rabb

Agama | Thursday, 22 Sep 2022, 15:38 WIB

Mengemis Cinta Rabb

image from freepic

الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِي قُلُوْبِ المُؤْمِنِيْنَ، وَأَحَبَّ الاِيْمَانَ وَالِاسْلَامَ عَلَيْهِمْ، وَكَرَّهَ لَهُمُ الكُفْرَ وَالعِصْيَانَ وَجَعَلَهُمْ مِنَ

الصَالِحِيْنَ.

أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ المَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.

اللهم صَلِ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا الكَرِيْمِ، الهَادِيْ اِلَى حُبِّ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ التَابِعِيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَيْثُ قَالَ تَعَالَى

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar benarnya taqwa, taqwa sebagaimana yang dijelaskan oeh Abdullah bin Mas’ud dalam hadist sohih:

أَنْ يُطَاعَ فَلَا يُعْصَى وَأَنْ يُشْكَرَ فَلَا يُكْفَرَ وَأَنْ يُذْكَرَفَلَا يُنْسَى

“MentaatiNya dan jangan memaksiatiNya, mensyukuriNya dan jangan MengingkariNya, dan mengingatNya dan tidak melupakanNya.

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus seseorang pada suatu pasukan. Lalu ia membaca surat dalam shalat pada para sahabatnya dan ia selalu tutup dengan surat “qul huwallahu ahad” (surat Al Ikhlas). Ketika kembali, mereka menceritakan perihal orang tadi kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pun berkata, “Tanyakan padanya, kenapa ia melakukan seperti itu?” Mereka pun bertanya pada orang tadi, ia pun berkata, “Karena di dalam surat Al Ikhlas terdapat sifat Ar Rahman (sifat Allah) dan aku pun suka membaca surat tersebut.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakan padanya bahwa Allah mencintainya.” (HR. Bukhari no. 7375)

Hadirin sidang jum’ah Rahimakumullah

Tidakkah kita menginginkan cinta yang sempurna dari Dzat yang ditangan Nya terdapat semua perkara yang kita butuhkan, tidakkah kita menginginkan kedekatan dan kasih sayang dari Dzat yang padanya bersandar segala sesuatu, tidakkah kita menginginkan keindahan dan manisnya iman yang sekarang kita sebagai seorang muslim menanamnya namun belum juga merasakan manis buahnya. Dari itu, maka tidak ada hal yang lebih di rindukan oleh seorang hamba, selain cinta dari penciptaNya, Allah Aza wajalla.

Cinta merupakan alasan seseorang untuk melakukan hal yang diperintahkan dengan senang hati, cinta pula yang membuat seseorang rela untuk meninggalkan perkara yang dilarang dengan senang hati meskipun hal itu terlihat sangat menarik baginya. Mereka yang mencintai sang Khaliq, tentunya tidak akan rela bila ada barang satu pun perintah yang akan di tinggalkannya karena kecintaannya yang begitu mendalam, dan sebaliknya, dia tidak akan berani untuk melakukan hal yang tidak disukai sang Khaliq, karena rasa takut akan ditinggalkan oleh yang di cintainya. Karena keimanan dan kekufuran tidak akan bergabung dalam satu hati.

أَنَا أُحِبُّهُ بِحُبِّهِ إِيَّاهُ

“Aku mencintainya karena kecintaannya terhadapnya, surah al Ikhlas”. Itulah cita cita kita, itulah tujuan kita dalam beribadah, itupula yang kita harapkan dikehidupan kita baik didunia terlebih lagi di akhirat kelak nanti

Ibadah yang kita lakukan, dosa yang kita tinggalkan, kebaikan yang kita galakan, sejatinya adalah wujud dari cinta kita kepada Allah, tidak ada satu pun dari itu yang akan menyelamatkan kita di akhirat kelak, jika bukan karena cinta dan rahmat Allah SWT,

( إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّضَ اللهُ بِرَحْمَتِهِ)

Hadirin sidang shalat jum’at yang dirahmati Allah

Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan cinta dari Allah SWT?. Tentunya banyak jalan yang dapat ditempuh dan diusahakan. Sebagaimana kita sebagai manusia, bila sudah mulai tumbuh rasa kasih dan cinta kepada orang lain yang kita cintai, maka jalan apapun akan kita tempuh untuk mendapatkan manisnya cinta dari orang tersebut.

dari Anas bin Malik (90 H) dari Nabi saw, beliau bersabda, “Tiga perkara yang apabila ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Menjadikannya Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka” HR. Bukhori (w. 194-256 H)

dari hadist diatas, setidaknya ada tiga hal yang dapat kita lakukan untuk merasakan manisnya iman sebagai buah dari cinta kepada Allah,

yang pertama kita berusaha menjadikan Allah dan RasulNya prioritas utama dalam kehidupan kita,

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam bahwa ‘Umar bin Khattab ra berkata kepada Rasulullah SAW:

“Anda adalah orang yang paling saya cintai, kecuali atas diriku sendiri. Rasulullah SAW: “Demi Allah, (imanmu) tidak (sempurna) hingga aku lebih engkau cintai, bahkan atas dirimu sendiri”.

Mencintai Rasulullah SAW adalah bagian dari keimanan yang paling utama. Kecintaan itu, meskipun adanya di dalam hati, namun tanda-tandanya terlihat secara nyata pada kehidupan lahiriyah seseorang.

Mendahulukan kepentingan-kepentingan Allah dan Rasulullah SAW atas kepentingan pribadi, dan menjadikan jalan hidup beliau sebagai panduan, adalah bukti kecintaan kepada Rasulullah SAW yang benar.

Hadirin sidang jum’ah yang dirahmati Allah

Yang kedua, menjadikan dasar kecintaan kita kepada makhluq adalah semata mata karena kecintaan kita kepada sang Khaliq

الرَّاحِمونَ يرحَمُهم الرَّحمنُ تبارَك وتعالى؛ ارحَموا مَن في الأرضِ يرحَمْكم مَن في السَّماءِ.

“Orang yang memberi kasih sayang maka dia akan mendapatkan kasih sayang dari Ar-Rahman (Allah) tabaraka wa taala, sayangilah orang yang di bumi, niscaya kamu akan dikasih sayangi orang yang di langit.” Hadist hasan diriwayatkan Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ahmad

Dalam hadis ini, Rasulullah SAW bersabda: “Ar-Rāhimūn,” adalah orang yang mengasihani siapa dan apa pun yang ada di bumi, baik manusia, hewan, burung, atau apapun. Artinya sifat kasih tersebut tidak boleh dibatasi oleh perbedaan jenis, ras dan tak pula tersekat oleh perbedaan suku bahkan agama. Ar-Rahmu (Rahim) dinamai dari nama Ar-Rahman, yakni Sang Maha Pengasih Allah SWT yang kasihnya meliputi segala sesuatu, tanpa batas dan tepi.

Bagaimana caranya? kasihilah orang yang bodoh dengan ilmu yang kita miliki, angkatlah derajat orang yang lebih rendah dengan kedudukan/jabatan, kasihanilah orang fakir dengan harta, sayangi yang lebih tua atau yang lebih muda dengan penghormata, welas asih dan kesantunan, sayangi orang yang bermaksiat dengan dakwah, sayangi hewan-hewan dengan kasih, tanpa emosi.

Itu lah yang dimaksud sayang tanpa batas dan cinta tanpa tepi sebagai wujud nyata bagi orang yang mengaku rindu kepada rahmat Allah aza wa jalla.

Dan yang terakhir adalah berusaha keras untuk tidak melakukan kekufuran, melakukan kemaksiatan, karena sudah dapat dipastikan, bila kita melakukan hal yang dibenci oleh orang yang kita cintai, tentunya, itu akan memudarkan cintanya, menghilangkan cahaya kasihnya dan sedikit demi sedikit akan menjauhkannya dari orang yang dicintainya,

Semoga, Allah memberikan kita taufiq untuk selalu dapat mencintaiNya dan Rasulnya, memberikan hidayah untuk dapat memurnikan cinta kita kepada apapun hanya karena Allah dan menolong kita dalam menjauhi kemaksiatan kepadanya

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

(“seseorang bersama dengan yang dicintainya”)

بارَكَ اللهُ لي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعْنَي وإياكم بِمَا فِيْهِ مِنَ البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلَجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

لْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، وَأَشُكُرُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى، واِعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَمَلَائِكَتِهِ قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: (إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات

اللَّهُمَّ إنا نسألك بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ، وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ، أَحْيِنا مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لنَا، وَتَوَفَّنَا إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لنَا، اللَّهُمَّ إِنَا نسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَنَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ، وَنَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْغِنَى وَالْفَقْرِ، وَنَسْأَلُكَ نَعِيمَاً لاَ يَنْفَدُ، ونَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لاَ تَنْقَطِعْ، وَنَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعَدَ الْقَضَاءِ، وَنَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَنَسْأْلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ، فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ، وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ، اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الإِيمَانِ، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ

عِبَادَ الله، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)، (وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ)، فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرَ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image