Perbedaan Bahasa Arab Fusha Dengan Bahasa Arab Amiyah
Eduaksi | 2021-12-01 09:16:51Sebelum kita mengetahui perbedaan di antara Bahasa Arab Fusha dan Amiyah, alangkah baiknya kita kenali dulu apa itu Bahasa Arab. Bahasa Arab itu apa sih? Bagaimana munculnya Bahasa arab?
Masyarakat pra-islam memiliki beberapa kabilah dan memiliki beragam bahasa pada setiap kabilah. Pertama, al-âArabiyat Al-baidah (Bahasa arab yang telah punah) yang mencakup dialek Jazirah Arab. Kedua, al-âArabiyat al-baqiyah (Bahasa arab yang masih lestari) yaitu bahasa yang sering digunakan dalam qashidah (bahasa puisi) zaman jahiliah atau pra-islam, dan yang digunakan dalam Bahasa Al-Qurâan atau bahasa Arab yang digunakan sampai saat ini. Terdapat pendapat klasik yang berpendapat bahwa Bahasa Arab telah ada dari zaman Nabi Adam As, yang diyakini dengan firman Allah SWT di dalam surah Al-Baqarah ayat 31 yaitu:
٠عÙÙ٠اد٠اÙأس٠اء ÙÙÙا
Artinya: âAllah telah mengajarkan Adam pengetahuan tentang segala namaâ
Dalil inilah yang dipakai mereka untuk berpendapat bahwa Bahasa Arab telah muncul dari zaman Nabi Adam As. Bahasa Arab juga merupakan bahasa Al-Quran, karena turunnya Al-Qurâan dengan Bahasa Arab yang diawali dengan ayat pertama surat Al-âAlaq yaitu âIqraâ bismirabbikalladzi khalaqâ. Bisa dikatakan juga bahwa Bahasa Arab adalah bahasa persatuan umat islam, karena sumber ajaran agama islam pun yaitu Al-Qurâan dan Hadis menggunakan Bahasa Arab. Umar bin Khattab mengatakan âPelajarilah Bahasa Arab, sesungguhnya Bahasa Arab itu adalah bagian dari agamaâ.
Adapun dalam Bahasa Arab terdapat beberapa jenis yaitu, Bahasa Arab Fusha dan Bahasa Arab Amiyah . keduanya memiliki perbedaan dalam pelafalan atau pengucapan. Sebelum kita mengetahui perbedaan antara bahasa arab fusha dan bahasa arab Amiyah, kita harus mengetahui terlebih dahulu penjelasan dari kedua bahasa tersebut
Bahasa Arab Fusha
Bahasa arab fusha adalah bahasa Al-Qurâan atau bisa disebut dengan bahasa formal atau resmi. Bahasa arab fusha adalah bahasa Quraisy yang digunakan dalam Al-Qurâan dan Nabi Muhammad Saw. Ketika zaman Rasul, Quraisy dikenal dan dianggap paling fasih dalam bahasa arabnya sampai dijuluki dengan âPusat masyarakat Arabâ.Biasanya untuk bahasa arab fusha digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat formal seperti seminar, pidato, media-media televisi, radio, dan lain sebagainya. Dan biasanya bahasa arab fusha adalah bahasa yang digunakan komunikasi seseorang dengan bangsa-bangsa non-Arab. Bahasa arab fusha adalah bahasa yang mengandung kaidah-kaidah ilmu nahwu, shraf, dan balaghah. Kenapa bahasa arab dikatakan sebagai bahasa Al-Qurâan atau bahasa Rasulullah, karena Al-Qurâan dan Hadis menggunakan bahasa arab fusha. Pada tanggal 18 Desember 1982, UNESCO (United Nation Education, scientific and Cultural Organization) yaitu organisasi dunia dalam bidang pendidikan, keilmuan dan kebudayaan telah meresmikan bahasa arab sebagai "اÙÙغة اÙعاÙÙ ÙØ©" atau bahasa internasional. Dan bahasa yang dijadikan bahasa internasional ini bahasa arab fusha. Menurut Emil Badiâ Yaâqub bahwa bahasa arab fusha adalah bahasa yang digunakan dalam Al-Qurâan, acara-acara resmi, penggubahan puisi, penulisan prosa, dan juga sebagai ungkapan-ungkapan pemikiran (karya ilmiah). Secara umum, bahasa arab fusha juga mempunyai dua tingkatan, yaitu bahasa arab klasik yang digunakan bahasa Al-Qurâan dan bahasa arab standar modern yang digunakan dalam bahasa ilmiah. Contoh daerah yang masih dekat dengan bahasa arab fusha antara lain, Hijaz, Basrah, dan Kuffah. Seorang Dosen Bahasa Arab di salah satu Universitas di Indonesia yaitu, Dewi Chamidah mengemukakan bahwa bahasa arab adalah bahasa orang-orang yang berpendidikan. Biasanya apabila seseorang berkomunikasi menggunakan bahasa arab fusha maka mereka akan dihormati oleh Bangsa Arab asli. Maka dari itu, pembelajaran-pembelajaran bahasa arab di Indonesia menggunakan bahasa arab fusha.
Bahasa Arab Amiyah
Bahasa arab Amiyah adalah bahasa yang sering digunakan di aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, bahasa arab Amiyah disebut juga sebagai bahasa arab nonformal, tidak resmi atau bahasa arab gaul. Bahasa ini muncul karena adanya fenomena penyimpangan bahasa (Lahn) yang sering dilakukan di tempat-tempat lokal di luar Jazirah Arab. Bahasa arab Amiyah juga muncul karena ketika aktivitas ekonomi di pasar-pasar terutama sejak abad ke-5 H kerap masyarakat non-Arab pun menggunakan bahasa arab yang salah dan menyimpang kaidah-kaidah Arab dan pengucapannya. Al-RafiâI juga mengemukakan bahwa bahasa arab Amiyah adalah perluasan bahasa secara tidak alami. Setiap negara mempunyai bahasa arab Amiyah yang berbeda-beda. Inilah sebabnya, kenapa bahasa arab Amiyah tidak dijadikan bahasa internasional. Karena bahasa arab Amiyah di setiap negara berbeda-beda. Ada jenis Amiyah Mesir, Amiyah Sudan, Amiyah Tunisa, Amiyah Saudi Arabia. Menurut Emil Badiâ Yaqub, bahwa bahasa arab Amiyah dikenal dengan al-lahjah yaitu bahasa yang digunakan dalam urusan biasa atau tidak resmi dan bahasa sehari-hari. Tetapi, bahasa arab amiyah juga tidak bisa lepas dari bahasa arab fusha hanya saja berbeda dalam segi pelafalan atau pengucapannya saja. Para Ahli Bahasa mempunyai banyak sebutan untuk Bahasa arab Amiyah, seperti Lughah Al-Muhakkiyah, Al-Kalam Ad-Daraj atau Lughatusy Syaâb.
Perbedaan Bahasa Arab Fusha dan Bahasa Arab Amiyah
1. Bahasa arab fusha mengandung kaidah-kaidah ilmu nahwu, sharf, dan balaghah. Sedangkan bahasa arab Amiyah tidak sepenuhnya mengandung ilmu-ilmu tersebut.
2. Dalam segi pengucapan dan logat antara bahasa arab fusha dan amiyah berbeda. Contoh:
Fusha: ٠ا اس٠ÙØ (Siapa namau?)
Amiyah Mesir: اس٠٠اÙØ©Ø (Siapa namamu?)
Amiyah Saudi Arabia: اÙØ´ اس٠ÙØ (Siapa namamu?)
3. Bahasa arab fusha dipakai di acara-acara resmi atau formal. Sedangkan bahasa arab amiyah digunakan dalam kehidupan sehari-hari saja.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memperkenalkan bahasa arab fusha dan amiyah secara umum. Sehingga jika suatu saat kita berkomunikasi dengan bangsa Arab dan mereka menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa arab amiyah, kita sudah tidak aneh lagi dan mehamami itu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.