Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Itsbatun Najih

Kelindan Agama dan Pendidikan

Agama | Wednesday, 07 Sep 2022, 10:06 WIB

Tidak sekadar menganjurkan, Nabi Muhammad Saw secara sarih mewajibkan semua gender untuk beroleh pendidikan. Pun, upaya sebagai manusia pembelajar artinya laku untuk terus belajar dimulai sejak usia sedini mungkin hingga akhir hayat. Derajat kepada mereka yang berilmu ditinggikan di hadapan Tuhan. Dalam teks agama, selain mendapat porsi banyak, pendidikan adalah ejawantah tugas suci anak adam memanggul tanggung jawab kemaslahatan di Bumi.

Landasan tersebut menandakan pendidikan dan perangkat pengetahuan idealnya berkesesuaian dengan nilai-nilai keilahian. Pembingkaian keagamaan berupa unsur spiritualitas mengandaikan agar kemajuan ilmu pengetahuan sejalan tujuan luhur pendidikan: memanusiakan manusia dan membawa kebermanfaatan untuk semua. Dari sini, agama tidak dimaknai hambatan atau kekangan, melainkan semacam mitra/pemandu agar lesatan pengetahuan dan perkembangan dunia pendidikan tidak keluar rel.

Garis besar pesan itulah yang secara implisit diwedarkan Euis Masruroh dalam karyanya Pengembangan Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam ini. Masruroh sebagai penekun kajian Pendidikan Islam STAI Persis Bandung, secara teknis membabar bagaimana konsep dan praktik suatu pendidikan berbasiskan agama idealnya dijalankan. Hadirnya buku ini cukup relevan dan amat aktual berbarengan kian semaraknya berdiri lembaga pendidikan berbalut identitas keagamaan; formal maupun informal. Pertanyaannya: apakah lembaga pendidikan tersebut secara teori maupun pelaksanaan telah sesuai dengan rumusan ideal agama atau agama sekadar dijadikan label atributif?

Kala teori pendidikan terus berkembang, apakah hal sama juga dialami bagi teori pendidikan berperspektif agama/Islam. Ambil contoh perihal posisi pendidik/guru. Dalam kacamata teori pendidikan mutakhir, guru “sekadar” mitra; layaknya teman belajar. Peserta didik dianggap bukan lagi gelas kosong. Relasi siswa dan guru amat cair. Namun, berbeda dengan perspektif pendidikan agama yang selama ini dipahami, guru adalah sumber pengetahuan dan berpunya hierarki tinggi. Lantas bagaimana? Masruroh mencoba untuk mendialogkannya sehingga kedua perspektif tersebut diupayakan bisa dipraktikkan tanpa saling menegasi; justru saling mengisi.

Paparan tebal buku ini menyiratkan agama tidaklah secara teknis memerinci detail-detail ejawantah praktik pendidikan. Masruroh mengambil paparan agama dari Alquran dan Hadis Nabi. Upaya yang dilakukan Masruroh tetap mengakomodasi teori pendidikan mutakhir. Hanya saja, Masruroh tekun memasukkan dimensi keagamaan sehingga melahirkan nuansa baru konsep dan praktik pendidikan yang lebih agamais. Pun, injeksi keagamaan yang dinarasikan tidak terlampau dogmatis-sektarian; menyodorkan nilai universal agama.

Masruroh lantas membabar sejumlah metode pendidikan agama/Islam. Yakni, metode ceramah, tanya-jawab, diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen, kerja kelompok, berkisah, amsal, targhib dan tarhib alias reward dan punishment. Aneka metode tersebut lantas disisipkan teks agama sebagai landasan teori. Sekilas, tak ada yang berbeda dengan metode pendidikan pada umumnya. Namun, Masruroh seakan-akan hendak menegaskan bahwa agama telah memberi gambaran besar kelindannya pada urusan pendidikan di ranah praktik.

Meski begitu, Masruroh tidak dalam usaha mengagamisasikan ilmu pendidikan. Lantaran, asasi pendidikan adalah pula ajaran agama itu sendiri. Penekanan pada dimensi keagamaan berwujud optimalisasi sisi spiritualitas dan akhlak. Dua hal inilah yang menjadi ciri utama pendidikan yang bersendikan agama. Namun, di sinilah ke depannya Masruroh perlu melengkapi argumentasi bahwa optimalisasi kemampuan kognitif/kecerdasan intelektual mestinya bagian dari pendidikan agama/Islam pula berdasar perintah Tuhan untuk menyeru manusia agar selalu berpikir.

Dalam buku yang bisa dijadikan tambahan referensi pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah ini, pembaca juga bakal lekas memafhumi untuk mengkritik konsepsi ilmu agama dan ilmu umum. Pendikotomian tersebut senyatanya bersifat ahistoris dan membawa dampak besar kemunduran umat. Pun, bertolak belakang dari intisari agama itu sendiri tentang nilai luhur pendidikan yang pada hakikatnya semua ilmu sama-sama bersumber dari Tuhan. Wallahu a’lam

Data buku:

Judul: Pengembangan Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam

Penulis: Dr. Euis Masruroh

Penerbit: Rosda, Bandung

Cetakan: Pertama, Mei 2022

Tebal: 302 halaman

ISBN: 978-602-446-641-1

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image