Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Masuk Neraka Dari Mekkah

Agama | 2022-09-01 09:29:57

MASUK NERAKA DARI MEKAH

Judul tulisan ini saya kutip dari ceramah seorang ustadz terkenal dari Cirebon. Tema yang dibahas dari ceramah tsb adalah tentang i’tikaf. Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa segala ibadah yang dilakukan manusia harus berbanding lurus dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Atau dengan kata lain, kesalehan pribadi harus seimbang dengan kesalehan sosial. Atau hubungan baik dengan Sang Pencipta mesti dibarengi dengan hubungan baik dengan sesama manusia.

Sumber gambar: https://padana.id

Sejatinya, semua amal ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba bukan semata untuk mendapatkan pahala di sisi Allah swt, melainkan dapat dirasakan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak yang baik dengan Tuhan mesti diikuti akhlak yang baik kepada sesama manusia. Hasil dari ibadah yang dilakukan seseorang dapat ditunjukkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Rajin shalat tapi masih korupsi. Rajin berpuasa sunnah tapi masih melakukan kecurangan dan kedustaan. Rajin bersedekah tapi hubungan dengan orang lain buruk. Sering membaca Al Qur’an tapi hobi menggunjing tetangga. Banyak melakukan amalan-amalan saleh, tapi belum bisa meninggalkan amalan-amalan salah. Banyaknya amalan ibadah yang dilakukan belum bisa menghilangkan sikap dan perilaku buruknya.

Bahkan, ibadah umrah yang dilakukan seseorang setiap tahun ke Mekah bisa menghantarkan dia masuk neraka, jika ia tidak bisa menjaga lisannya, sering menyakiti hati orang lain, sering melukai perasaan tetangganya. Sebagaimana Rasulullah saw pernah bercerita tentang seorang wanita solihah yang justru dimasukkan ke dalam neraka.

“Ahli ibadah, tidak pernah meninggalkan majlis ta'lim, berilmu, namun mempunyai satu masalah yaitu tidak bisa menjaga lisannya, sehingga sering kali menyakiti hati orang lain melalui perkataannya.”Seorang sahabat pun bertanya “Bagaimana keadaan dia Rasulullah?,”.Maka Rasulullah menjawab “Dia masuk neraka,”.

Perlu digarisbawahi bahwa “masuk neraka” di sini bukan dalam dalam pengertian kekal di dalamnya, melainkan amal kebaikannya tetap diperhitungkan oleh Allah swt karena Dia Mahadil.

Ada kisah lain yaitu seseorang yang juga ahli ibadah, namun dimasukkan ke dalam neraka karena hewan peliharaannya sendiri.“Orang itu masuk neraka, karena kucing yang dipelihara sama sekali tidak diberi makan dan juga tetap ditahan oleh orang tersebut untuk tidak keluar,”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu indikator kesalehan seseorang. Dengan demikian, dalam hal beribadah kita tidak hanya sekedar mengejar kuantitas, tapi memperhitungkan kualitas. Misalnya, di dalam bulan Ramadhan seperti ini. Banyak orang berusaha bisa mengkhatamkan Qur’an beberapa kali. Banyak tilawah memang bagus, akan tetapi memahami isi kandungan Al Qur’an dan berusaha mengamalkannya jauh lebih bagus lagi.

Terdapat juga fenomena shalat Tarawih 23 rakaat secara kilat khusus. Super ngebut. Membaca Al Fatihah dalam satu tarikan napas. Ruku’ dan sujud sangat cepat, tanpa tuma’ninah apalagi khusyu’. Hanya mengejar jumlah, tapi kosong akan penghayatan dan pemaknaan.

Oleh karena itu, di bulan Ramadhan ini mari kita perbanyak amal ibadah kita. Di sisi lain mari kita perbaiki pula akhlak kita kepada sesama manusia. Berbuat baik kepada saudara, rukun dengan tetangga, tidak menyakiti orang lain. Jangan sampai kita termasuk “orang yang merugi”, dalam arti amal ibadah kita banyak, tapi perbuatan buruk kita juga banyak.

Akhir kata, kita tidak ingin kan dimasukkan ke neraka, padahal kita sudah banyak melakukan amal ibadah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image