Belajar Memaknai Kehidupan dengan Mengambil Ibrah dari Pohon Bambu
Agama | 2022-08-31 10:37:22Secara fisik, pondasi bangunan akan menentukan tingkat kualitas keamanan gedung atau rumah yang kita bangun. Tinggi sebuah gedung atau rumah yang akan kita bangun berbanding lurus dengan kedalaman pondasi yang harus kita persiapkan. Semakin tinggi bangunan yang akan kita buat, akan semakin dalam pula pondasi yang harus kita persiapkan.
Pondasi itu sendiri ibarat akar suatu pohon. Semakin dalam akar suatu pohon, maka akan semakin kokoh pula pohon tersebut. Namun demikian, pada umumnya pohon yang berakar kokoh agak lambat pertumbuhannya dibandingkan dengan pohon atau tumbuhan yang berakar pendek atau berakar serabut.
Sebagai contoh pohon bambu. Jika kita memperhatikan masa-masa awal pertumbuhannya, pohon bambu itu terlihat lambat. Menurut penelitian, ada pohon bambu yang sampai lima tahun pertama hanya tumbuh 15-30 cm. Namun dalam tahun-tahun berikutnya bisa tumbuh cepat, menjulang tinggi.
Masih menurut penelitian para ahli, sampai beberapa tahun pertama, pertumbuhan bambu lebih banyak memperkuat hunjaman akar ke dalam tanah. Karenanya wajar saja jika pertumbuhan batangnya menjadi lambat. Dengan kata lain, pada beberapa tahun awal pertumbuhannya, pohon bambu lebih banyak mempersiapkan pertumbuhan akar sebagai pondasi yang akan menopang tegaknya ketinggian batang bambu yang akan tumbuh beberapa tahun ke depan. Pada suatu saat, bangunan dan pohon bambu yang menjulang tinggi, kekokohan pondasinya akan diuji dengan datangnya gempa bumi atau badai dahsyat.
Layaknya sebuah bangunan dan pohon bambu, kehidupan kita harus memiliki pondasi dan akar kuat. Pada suatu saat, kita akan menghadapi badai ujian. Sangatlah mustahil jika seseorang selama hidupnya di dunia ini tak memperoleh ujian, sebab Allah menciptakan kematian dan kehidupan itu merupakan ujian (Q. S. Al Mulk : 2).
Mendengar kata ujian, pikiran kita biasanya membayangkan musibah besar dan kecil yang menimpa kita. Padahal kesenangan, kesuksesan, harta, pangkat, dan jabatan pun merupakan ujian dalam kehidupan kita. Malahan, banyak orang yang sukses menghadapi ujian berat berupa musibah, kesedihan, penyakit, bahkan sampai musibah yang sangat mengerikan daripada orang-orang yang diberi ujian oleh Allah dengan kesenangan, kesuksesan, harta, pangkat, atau jabatan.
Banyak orang yang awalnya hidup mulia, namun tatkala diuji dengan jabatan, ia menjadi orang hina, karena tergelincir mengambil uang negara atau melakukan tindak kejahatan lainnya. Banyak pula orang yang awalnya hidup sederhana dan berakhlak mulia, namun tatkala diuji dengan harta, ia berubah menjadi orang sombong dan berakhlak jelek.
Jika pondasi kehidupan kita kuat, diberi ujian apapun, kita akan tetap istikamah dalam kebaikan dan keyakinan kepada Allah. Pondasi pertama harus kita miliki dalam menempuh kehidupan ini adalah keimanan yang kuat, keyakinan kepada Allah, keyakinan akan kehidupan ini hanya sementara, keyakinan akan kematian, dan keyakinan akan menghadapi kehidupan yang abadi. Pondasi pertama ini diwujudkan dalam ketaatan melaksanakan perintah agama.
Orang yang pengamalan nilai-nilai agamanya kuat, kemudian diimplementasikan dalam kehidupan, ia akan memiliki sikap istikamah, pondasi kehidupannya tetap ajeg meskipun ia menghadapi berbagai ujian, baik ujian berupa musibah maupun ujian berupa kesenangan hidup. Ia tak akan terjatuh ke dalam kubangan keputusasaan ketika menghadapi ujian berupa kepedihan, juga tak akan sombong berakhlak jelek ketika menghadapi ujian berupa kesenangan.
Pondasi kedua adalah ilmu. Dalam ajaran Islam, ilmu itu laksana cahaya. Di tengah kegelapan hidup yang menimpa kita, ilmu akan memberikan jalan terang kepada kita untuk meraih solusi dari segala permasalahan yang tengah kita hadapi.
“Barangsiapa yang ingin menguasai kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu (keduniawian). Barangsiapa yang ingin menguasai kehidupan akhirat, maka ia harus memiliki ilmu (keakhiratan), dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka ia harus memiliki ilmu (kedua-duanya)” (Imam an-Nawawi asy Syafi’iy, al Majmu syarh al Muhadzdzab, Juz 1:20; Imam al Syarbini asy Syafi’iy, Mughni al-Muhtaj, halaman 31).
Pondasi berikutnya adalah pondasi amal shaleh. Muara akhir dari keimanan dan ilmu yang kita miliki adalah amal shaleh. Sehebat apapun keimanan dan ilmu yang kita miliki, tak akan berarti jika tak diwujudkan dalam bentuk amal shaleh. Perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain, suatu saat kebaikan tersebut akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain.
Kehidupan kita di dunia ini hanya sebentar. Masa rata-rata kehidupan kita dibawah 100 tahun, sementara kehidupan akhirat tak ada batasnya. Untuk menghadapi kedua kehidupan tersebut, selayaknya kita memiliki pondasi yang kuat. Pondasi keimanan, ilmu, dan amal shaleh selain bermanfaat untuk kehidupan di dunia, juga akan menjadi pondasi kuat bagi kehidupan nan abadi di akhirat kelak.
Dalam bahasa al-Qur’an, pondasi itu diistilahkan dengan urwatu al wutsqa, tali yang kuat. Tali ini merupakan simbol berpegang teguh atas keyakinan kepada Allah.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada thagut (syetan dan sesembahan selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q. S. al Baqarah : 256).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.