Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image lbi

Mengapa Zat Psikotropika Membahayakan Tubuh

Info Terkini | Monday, 29 Nov 2021, 13:43 WIB

Sesuai pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia, zat psikotropika adalah semua zat yang dengan sekali dikonsumsi sudah mampu mengubah keseimbangan psikofisik seseorang, suasana hatinya, dan aktivitas mentalnya. Zat-zat ini bekerja di otak pada mekanisme yang biasanya mengatur perilaku, pemikiran, dan motivasi.

Ada lima zat alami yang mampu memberikan efek psikotropika yaitu: alkohol, kokain, morfin / heroin, ganja dan nikotin. Semua obat lain yang bersifat sintetis hanya meniru efek dan karakteristik dari kelima obat tadi. Misalnya, benzodiazepin, yang digunakan dalam beberapa obat ansiolitik, meniru kerja alkohol pada otak meski membawa juga efek pada hati.

Organisasi Kesehatan Dunia mengklasifikasikan golongan psikotropika menjadi tiga kelompok besar.

· Zat psikotropika untuk penggunaan terapeutik: obat-obatan yang mempengaruhi otak dan sistem saraf, seperti obat tidur, obat penenang, obat psikotropika, anestesi dan beberapa penghilang rasa sakit.

· Narkoba legal: zat dimana penggunaannya biasanya diizinkan oleh undang-undang di berbagai negara, Obat ini memiliki semacam efek psikoaktif pada otak pengguna. Alkohol, nikotin, dan kafein adalah contoh yang paling umum.

· Obat-obatan terlarang: zat psikotropika yang biasanya tidak digunakan dalam pengobatan. Obat-obatan itu adalah opiat, cannabinoid, halusinogen, hipnotik, inhalansia, obat penenang, kokain, dan stimulan lainnya yang produksi dan pemasarannya dilarang di sebagian besar negara di dunia.

Semua zat psikotropika bekerja di otak dengan memanfaatkan mekanisme kesenangan yang rumit, yang mengatur aktivitas seperti makan atau seks. Namun alam telah memilih untuk mengaturnya melalui sirkuit kontrol. Ketika perilaku yang menyebabkan kesenangan itu diulang, tingkat kepuasannya akan menurun. Karena itu pengguna pun akan meningkatkan dosis zat psikotropika yang digunakan yang akhirnya pengguna pun mengalami kecanduan.

Kecanduan zat psikotropika adalah penyakit neurologis yang nyata, seperti Parkinson atau Alzheimer, yang melibatkan sistem motivasi otak. Obat-obatan psikotropika ini sebenarnya mampu menggantikan beberapa bahan kimia yang biasanya diproduksi oleh tubuh kita, yang disebut zat endogen yang penting untuk mengatur mekanisme bertahan hidup seperti nutrisi atau reproduksi. Di otak yang sehat, persepsi objek keinginan, terlepas dari apakah itu aroma pizza atau melihat pasangan akan mengaktifkan urutan yang sangat spesifik, diatur oleh zat endogen dengan mekanisme :

- peningkatan perhatian;

- keinginan (untuk mengkonsumsi);

- konsumsi;

- kesenangan;

- ingin melakukannya lagi

Obat-obatan eksogen, yaitu, yang secara artifisial dimasukkan ke dalam organisme, menyebabkan proses tadi macet: kesenangan yang berasal dari konsumsinya jauh lebih intens daripada yang dihasilkan oleh tindakan normal. Sensasi yang dihasilkan oleh heroin, misalnya, bisa jauh lebih intens daripada yang dialami selama orgasme, dan karena itu mampu menggantikan hasrat seksual.

Singkatnya, rangsangan fisiologis seperti lapar, haus atau seks tidak lagi diterima dan satu-satunya keinginan adalah zat psikotropika. Pencitraan mutakhir (teknik MRI) telah memungkinkan untuk menemukan bahwa kokain bekerja pada pusat saraf yang sama dengan cinta, dan otak dengan cepat belajar untuk memilih jalan pintasnya dengan menerima senyawa berbahaya tersebut.

Ada hubungan yang nyata antara obat-obatan psikotropika yang dikonsumsi dengan zat endogen (yaitu zat yang biasanya diproduksi oleh tubuh kita):

- Ganja menggantikan anandamide, neurotransmitter yang terlibat dalam mekanisme regulasi PA petito, memori, reproduksi dan proliferasi sel (yang merupakan dasar dari pertumbuhan tumor);

- Kokain menggantikan dopamin, neurotransmitter yang terlibat dalam proses genesis dan pengelolaan gerakan dan suasana hati;

- Heroin menggantikan endorfin, terlibat dalam proses manajemen nyeri (mereka meningkatkan ambang batas), perilaku, pembelajaran, emosi dan tidur;

- Alkohol menggantikan asam gamma aminobutirat, asam penghambat utama sistem saraf pusat, yang memainkan peran kunci dalam transmisi rangsangan ke neuron dan secara langsung bertanggung jawab untuk mengatur tonus otot;

- Ekstasi memompa serotonin dan memblokir dopamin; efek gabungan mengarah dari perasaan kekuatan yang tak habis-habisnya ke kerusakan otak yang mengakibatkan kecemasan, depresi dan ketidakmampuan untuk memproses informasi sensorik.

Butuh tempat rehabilitasi narkoba nyaman di Indonesia? Cek fasilitas kami di sini https://ashefagriyapusaka.co.id/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image