Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adinda Shakira

Berdamai dengan Takdir

Sastra | Friday, 26 Nov 2021, 10:40 WIB
Sumber: Dokumen pribadi 2021

Judul : Maaf Tuhan, aku hampir Menyerah

Penerbit : Sahima

Penulis : Alfialghazi

Tahun : 2020

Halaman : 246 halaman

Berat : 300 Gram

ISBN : 978-602-6744-47-0

Harga : 69.000

Alfialghazi, seorang perwira muda transportasi darat yang memilih pensiun dini dengan terhormat setelah 2,5 tahun mengabdi. Beliau mengundurkan diri pada Maret 2019 yang merupakan keputusan besar dalam hidupnya. Setelah mengalami kegagalan direndahkan, dan dianggap pilihannya tidak masuk akal akhirnya beliau dihubungi oleh beberapa penerbit buku yang tidak tanggung tiga buku siap untuk langsung dicetak dan tinggal menunggu waktu giliran. Terkadang caci maki dan omongan orang itu tidak perlu dijawab dengan mulut tetapi cukup dibungkam dengan karya.

Buku yang berjudul Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah merupakan salah satu karya dari Alfialghazi yang berhasil membuat pembaca hanyut dengan tulisan-tulisannya. Buku ini menceritakan arti kehidupan, ketakutan akan masa depan, berdamai dengan takdir, ketaatan yang butuh kesabaran, hingga surga menjadi akhir kehidupan.

Buku ini seakan menemani proses jatuh hingga kembali bangkit menuntaskan berbagai keraguan dan menguatkan keyakinan. Langkah yang berat adalah ujian untuk diri dipersiapkan menjadi lebih kuat lagi agar bisa sabar seluas samudera, ikhlas selapang gurun, dan pasrah dengan doa. Lewat buku ini, Alfialghazi menuliskan renungan tersebut untuk dapat menyadarkan pentingnya suatu keyakinan, harapan, dan doa.

Terkadang kita berada di waktu yang membahagiakan bahkan seakan tidak ingin pergi dari sana. Di lain waktu, semua menjadi menyedihkan dan bingung bagaimana cara berpindah dari kondisi yang menyesakkan. Begitulah kehidupan berputar dimana terdapat waktu bahagia dan sedih. Pertanyaan-pertanyaan muncul mengganggu pikiran seakan Tuhan telah jahat dan tidak pernah berbuat adil.

Kesedihan itu pasti hadir, datang tanpa permisi membuat luka hati dan menguras pikiran. Diri ini seakan hidup kehilangan arah dan tujuan. Senyum di wajah digantikan dengan tetes air mata dalam waktu singkat. Kebingungan menjadi bayang-bayang yang selalu hadir hingga tidak tahu harus berbuat apa. Sementara itu, menyerah bukan langkah yang tepat untuk diambil.

Buku ini mengajarkan untuk tidak boleh berhenti berusaha sesulit apapun keadaannya. Kita tidak boleh kehilangan harapan karena Allah terus menyertai dalam setiap langkah. Lemahnya diri merupakan pertanda bahwa Allah memang dibutuhkan. Perjuangan tidak boleh berhenti selama nafas masih berhembus, karena Allah itu ada untuk hamba-Nya. Memilih untuk terus melangkah dan berjuang sering kali mengundang air mata tetapi berdiam diri tidak akan merubah keadaan.

Seorang muslim mempunyai senjata yang tak kasat mata, yaitu doa. Sering merasa kecewa karena doa tidak cepat diijabah merupakan hal yang wajar. Perlu kesabaran mungkin Allah ingin kita terus merintih di sepertiga malam untuk berdoa dengan lirih di hadapan-Nya. Dalam doa, utarakan apa yang dipinta. Lalu berserah diri kepada Allah yang mengetahui masa lalu dan masa depan. Setiap doa selalu terjawab walaupun kadang tak sesuai harapan, tetapi pasti selalu yang terbaik.

Penulis juga mengajarkan untuk jangan terlalu cepat berasumsi buruk saat Allah menetapkan takdir yang tidak diharapkan. Ikhlaskan apapun keadaannya karena Allah tahu perasaan hamba-Nya dan jalan keluar terbaik sudah dipersiapkan. Ikhlas adalah perjalanan sepanjang hidup karena memang nyatanya tidak mudah menyelaraskan hati dan lisan. Walaupun terasa berat, jenuh, dan lelah kita tetap harus bertahan karena ikhlas adalah bentuk berserah diri kepada Allah. Sesungguhnya, tidak ada hidup yang berjalan sempurna.

Pada bagian tengah buku terdapat pesan yang menjelaskan bahwa setelah kesedihan berlalu akan datang kebahagiaan, tetapi ada iman yang tetap harus dijaga. Karena terkadang manusia ingkar terhadap janji kepada Tuhan-Nya dan tanpa sadar kemunafikan hadir. Manusia menjadi agamis saat terluka dan mendadak lupa ketika bahagia. Panggilan adzan mulai diabaikan dan shalat sering tergesa-gesa dengan raga yang menyembah namun pikiran tidak khusyuk. Rasa malas mulai menjadi pemenang utama di saat bahagia.

Pada akhirnya kenikmatan ibadah akan memudar jika terus membiarkan rasa malas. Malas itu perlu dilawan agar mencapai titik istiqomah. Oleh karena itu, Allah lebih suka amalan yang sedikit namun istiqamah karena pada dasarnya manusia itu sifatnya lalai dan lupa. Istiqamah merupakan bukti iman kita kepada Allah itu benar-benar telah menancap dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan. Istiqamah jangan pernah usai hingga Allah menetapkan waktu untuk berpulang kepada-Nya.

Akhir dari buku ini terdapat pesan tersurat yaitu ketika Allah hadirkan hidayah untuk mengetuk pintu hati, sambut hidayah itu, karena hidayah adalah bentuk cinta kasih Allah terhadap hamba-Nya. Kumpulkan pahala sebanyak-banyaknya untuk meraih ridha-Nya. Pada dasarnya kebahagiaan yang abadi adalah surga yang tidak terdeskripsikan indahnya.

Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam buku ini. Kelebihan dari buku ini adalah penggunaan kertas yang berwarna cerah yaitu orange. Warna yang cerah membuat pembaca tidak cepat bosan. Kertas yang digunakan sangat bagus dan tebal dengan harga yang terjangkau. Terdapat banyak quotes menarik yang menyentuh hati dan membuka pikiran Kisah yang diangkat sangat menggambarkan realita kehidupan kebanyakan orang sehingga buku ini terkesan sangat memotivasi. Selain itu, buku ini juga memiliki kekurangan yaitu cover buku yang terlalu simple dan monoton. Banyak kesalahan tanda baca dan penulisan.

Dari buku yang luar biasa ini dapat disimpulkan bahwa sesulit apapun keadaannya, jangan mudah berputus asa. Pertolongan Allah selalu hadir untuk hamba-Nya yang senantiasa berdoa dengan ikhlas, sabar, dan diiringi dengan hati yang ikhlas dengan takdir-Nya. Ketika bahagia hadir, buku ini mengingatkan agar jangan pernah untuk berbalik arah. Tetaplah istiqamah dengan ketaatan dan jadikan surga sebagai akhir yang istimewa.

Buku ini sangat cocok untuk orang yang sedang berduka, ragu pada impian, kehilangan arah, tidak tahu hidupnya akan dibawa kemana, berusaha menerima takdir, dan bagi orang yang sedang berusaha untuk kembali ke jalan yang di ridhoi Allah sampai titik akhir keabadian.

Sumber: Dokumen pribadi 2021

Peresensi:

Nama : Adinda Shakira Pundi Lara

Mahasiswa : Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Prodi : Farmasi

Dosen Pembimbing : Dr. Daroe Iswatiningsih M.Si

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image