Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Puspita Syifa Fadhila

Mlaku Magelang: Mlaku Bareng, Sinau Sejarah Bareng

Sejarah | 2022-08-06 17:25:03
Foto : Para peserta walking tour Mlaku Magelang (Sumber:instagram @mlakumagelang)

Magelang - Pernahkah kalian memperhatikan bangunan-bangunan yang sering dilewati tiap bepergian keluar rumah? Pernahkah kalian penasaran ada kisah apa di balik bangunan-bangunan tersebut? Bagi kalian yang tinggal dan asli Magelang, Mlaku Magelang hadir menemani dan bercerita sambil berjalan-jalan ke sudut-sudut bersejarah di Magelang.

Berkonsep kegiatan walking tour, kita diajak menyambangi kawasan dan bangunan lama bersejarah dibarengi dengan storytelling yang menyenangkan. Sambil berjalan kaki keliling Magelang, sambil belajar bareng. Chandra Gusta, selaku founder, pencerita, serta admin akun Mlaku Magelang, mengungkapkan Mlaku Magelang ada bertujuan untuk mengenalkan Magelang dengan cara yang berbeda yaitu dari penuturan kisah sejarah Magelang. Salah satunya dengan adanya kegiatan walking tour.

Menilik konsepnya terlihat mirip dengan Jogja Walking Tour milik komunitas Malam Museum. Ini diakui langsung oleh Gusta sendiri yang secara pribadi mengenal founder dari Malam Museum, Edwin, sehingga tergugahlah semangatnya untuk membuat yang sama versi Magelang. Mlaku Magelang mulai aktif pertama kali di Instagram awal 2020 saat pandemi Covid-19 mulai naik. Di akun instagramnya, @mlakumagelang, aktif mengunggah segala info-info fakta sejarah Magelang. Sedangkan, kegiatan walking tour terlaksana perdana pada 26 Juli 2020 dengan rute Poncol.

Sejauh ini, sudah ada sekitar 4 rute yang dibuka oleh Mlaku Magelang, di antaranya ada rute area Poncol, Kwarasan, Badaan, dan Sigarenfabreik. Di mana rute seluruhnya dimulai dari alun-alun yang memang sebagai tempat berkumpulnya segala kegiatan masyarakat. Kegiatan walking tour Mlaku Magelang ini juga dibuka untuk semua kalangan masyarakat sehingga pengetahuan sejarah itu sendiri dapat mencapai ke segala lapisan masyarakat. Durasinya juga tidak terlalu lama ataupun singkat, yaitu sekitar dua jam. Jadi, tidak perlu khawatir kelelahan karena pemilihan rutenya sudah mempertimbangkan kenyamanan para peserta.

Pemilihan rute-rute yang ada dipastikan sudah melewati proses riset yang matang sehingga cerita yang dibagikan dapat runtut dan berkesinambungan. Sumber-sumber sejarah yang digunakan juga teruji keasliannya, seperti wawancara pelaku langsung, KLTV, buku-buku, dan sumber primer sekunder sejarah lainnya. Ada sedikit bocoran kalau Mlaku Magelang sedang tahap riset untuk mematangkan rute terbaru di Bayeman. Lalu, semoga rute Kebonpolo juga dapat segera terealisasikan. Jadi, mohon tunggu info selanjutnya.

Dengan konsep kegiatan yang berjalan-jalan kaki keliling tempat-tempat bersejarah di Magelang, Gusta juga berharap wisata minat khusus ini dapat berkembang dan menarik minat untuk dapat mengedukasi, khususnya dalam bidang sejarah, dan membantu perekonomian masyarakat.

Sayangnya, Mlaku Magelang masih dikelola sendiri langsung oleh Gusta sehingga jadwal kegiatan walking tour belum dapat dilaksanakan secara rutin. Domisili di Yogyakarta dan pekerjaan pokoklah yang menghambat kegiatan tersebut. Gusta sendiri berharap ada pihak yang membantunya dalam mengelola Mlaku Magelang. Di luar itu, ia juga berharap kepada pemerintah Magelang untuk paling tidak sedikit memperhatikan sejarah secara tangible (berwujud) dan intangible (tidak berwujud).

Menurutnya, instrument-instrumen pendukung data sejarah di Magelang cenderung kurang sehingga masyarakat belum sepenuhnya mengenal dan mengetahui sejarah daerahnya. Inisiatif sebagian masyarakatnya yang melek sejarah sudah ada. Namun, juga memerlukan campur tangan pemerintah sehingga penanganan, biaya perawatan, dan sosialisasi sejarah terwujud secara optimal. Karena dalam meriset, merawat, melestarikan cagar budaya di Magelang, membutuhkan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah beserta jajaran ahli cagar budaya yang memiliki hak legalitas dalam mengurus itu semua.

Sudah cukup banyak bangunan-bangunan tua non cagar budaya di kawasan cagar budaya di Magelang yang terbengkalai atau mirisnya dirobohkan lalu dibangun ulang dengan bangunan baru. Hal ini sangat disayangkan karena pengoptimalan dalam pengelolaan bangunan bersejarah serta kawasan cagar budaya tersebut bisa menjadi salah satu ikon bukti sejarah yang dapat menjadi potensi besar agar menyejahterakan masyarakatnya. Semoga seluruh lapisan masyarakat dapat menyadari itu karena mengenal sejarah daerahmu untuk mengenali dirimu sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image