Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image M. Rosyiq Daffa Haq

Mengenal Perjalanan Islam Menjelajahi Tanah Jawa

Sejarah | 2021-11-26 09:23:21

Identitas Buku

Judul : Sejarah Islam di Jawa; Menelusuri Genealogi Islam di Jawa

Penulis : Kamil Hamid Baidawi

Penerbit : Araska

Kota Terbit : Yogyakarta

Tahun Terbit : 2020

Jumlah Halaman : 280 halaman

ISBN : 978-623-7537-46-5

Harga : Rp. 67.000 (Pulau Jawa)

Sejarah Islam di Jawa; Menelusuri Genealogi Islam di Jawa merupakan karya ketiga Kamil Hamid Baidawi. Ketiga buku yang telah ditulisnya merupakan buku ilmu sosial yang berfokus tentang kebiasaan dan sejarah masyarakat Jawa. Buku-buku yang ditulis sebelumnya berjudul Petuah Bijak Orang Jawa-Muslim dan Rahasia Belajar Orang Jawa Kuno. Melalui buku ketiganya ini, beliau menguraikan sejarah agama di Jawa yang difokuskan pada perkembangan Islam.

Buku ini hadir untuk menambah wawasan kita tentang Islam di tanah Jawa dan perjalanannya yang begitu panjang. Buku ini berisi uraian-uraian kepercayaan dan agama masyarakat Jawa sebelum datangnya Islam hingga sesudahnya. Semoga hadirnya buku ini dapat menambah wawasan kita tentang Islam khususnya di tanah Jawa.

Tidak mudah untuk mengkaji sejarah Islam di Jawa. Penulis mengungkapkan terjadinya tumpang tindih dan terbatasnya data-data menjadi penyebab utama. Terdapat tiga pokok bahasan utama yang akan dikupas oleh penulis. Tiga pokok bahasan tersebut terdiri atas, kondisi masyarakat Jawa sebelum Islam, proses perkembangan dan penyebaran Islam di Jawa, serta akulturasi Islam dengan kebudayaan dan agama masyarakat sebelumnya.

Sejarah yang diyakini hingga saat ini adalah Islam masuk ke Jawa dibawa oleh para pedagang muslim yang sekaligus pedakwah. Pedagang muslim ini berasal dari berbagai negara seperti India, Persia, dan Arab. Kemudian Islam dikembangkan dan disebarkan lebih kreatif oleh para wali, khususnya Walisongo.

Sebelum masuknya agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen, kepercayaan masyarakat Nusantara masih banyak yang berdasarkan dari kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan tersebut menyisakan praktik-praktik ritual agama sebelumnya dalam agama baru mereka. Hal ini yang kemudian dijadikan sebagai salah satu ciri identitas “Islam Nusantara” oleh sebagian pemeluk Islam.

Ketika masyarakat Jawa menganut agama Hindu dan Buddha, kepercayaan animisme dan dinamisme mulai menurun. Pemeluk agama Hindu saat itu lebih bayak daripada Buddha. Penulis mengupas kerajaan-kerajaan dan tradisi, khususnya Hindhu pada masa tersebut. Kerajaan-kerajaan Hindhu ini menunjukkan bahwa agama Hindhu memiliki penganut seta kekuatan politik yang sangat kuat di Jawa. Penulis juga menunjukkan sikap Islam terhadap kebudayaan agama Hindu dan Buddha.

Kemudian Islam masuk ke tanah Jawa. Ketika Islam memasuki tanah Jawa, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh para pedakwah saat itu adalah banyaknya masyarakat Jawa yang telah beragama. Hindu menjadi agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Jawa saat itu. Meski demikian, sebagian masyarakat masih memegang kepercayaan animisme dan dinanisme. Sehingga terjadinya pencampuran kepercayan-kepercayaan ini dengan agama mereka dan muncullah istilah “Kejawen”. Kejawen dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pandangan dunia masyarakat Jawa meyangkut keyakinan, mitos dan termasuk juga menyangkut masalah-masalah agama (hal.219). Hal ini juga terjadi pada agama Islam dan muncullah istilah “Islam Kejawen”.

Terdapat berbagai perbedaan pendapat mengenai teori masuknya Islam di Jawa. Perbedaan ini disebabkan tidak ditemukannya catatan tertulis yang dapat menujukkan periode awal masuknya Islam di Jawa dengan jelas. Meskipun demikian, beragamnya teori yang dikemukakan dapat menunjukkan bahwa pulau Jawa sudah menjadi kawasan penting dan mejadi jalur perdagangan internasional. Teori-teori yang dimaksud dan berkembang hingga saat ini terkait penyebaran Islam antara lain; teori India, Arab, Makkah, Persia, Turki, dan China.

Dalam penyebaran Islam di Jawa, Wali Sanga memberikan pengaruh yang besar. Istilah Wali Sanga diartikan dengan perkumpulan para pedakwah Islam yang berjumlah sembilan orang. Bedasarkan kata “songo (sanga)” dalam bahasa Jawa berarti sembilan. Akan tetapi, beberapa pendapat menyebutkan bahwa jumlah Wali Sanga lebih dari sembilan orang. Namun terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, masyarakat Jawa menyakini Wali Sanga terdiri dari sembilan orang.

Anggota Wali Sanga memiliki sebutan “Sunan”. Anggota tersebut terdiri atas, Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Sunan-sunan ini memiliki ciri khas tersendiri dalam menyebarkan dakwahnya

Seperti Sunan Kalijaga, beliau memodifikasi seni pewayangan dalam metode dakwahnya. Seni pewayangan sendiri sangat kental dengan unsur Hindu dan India. Dalam pertunjukkannya, masyarakat yang hendak menonton hanya perlu mengucapkan kalimat syahadat. Sehingga banyak masyarakat yang tertarik dan akhirnya masuk Islam. Seni pewayangan ini merupakan salah satu bentuk toleransi Islam terhadap budaya sebelumnya. Hal inilah yang dimaksud dengan Islam Kejawen.

Islam meninggalkan banyak bukti dalam penyebarannya. Ditemukannya makam, naskah, dan masjid kuno menjadi saksi penyebaran Islam di Jawa. Selain itu, terdapat juga cerita rakyat yang berkembang di masyarakat. Walaupun cerita-cerita ini dinilai tidak ilmiah, kisah-kisah tersebut tetap hidup dalam masyarakat dan selalu diwariskan secara turun-temurun. Dengan demikian, masyarakat akan mengetahui tentang sejarah tokoh pendahulunya. Syekh Subakir merupakan salah satu kisah populer saat awal penyebaran Islam di Jawa.

Buku ini juga mengandung petuah-petuah yang merupakan hasil dari akulturasi Islam dengan tradisi Jawa. Petuah-petuah bijak yang dituliskan penulis, secara tidak langsung memperlihatkan dimensi esoterik, aspek batin, dan dunia spiritualis orang Jawa. Kecenderungan masyarakat Jawa pada dimensi batin ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan Islam di Jawa.

Buku sejarah ini bersifat ilmiah dan faktual serta memiliki sampul yang menarik. Bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dipahami. Data-data yang ditampilkan menarik untuk dibahas dan sangat mendetail. Akan tetapi, buku ini akan kurang diminati sebagai media pembelajaran sejarah Islam oleh siswa-siswi di sekolah. Hal ini dikarenakan terlalu banyak dan mendetailnya materi yang dikupas oleh penulis.

Terlepas dari kekurangannya, buku sejarah ini cocok untuk dijadikan bahan bacaan ringan di waktu luang. Dengan buku ini, kita dapat menambah wawasan tentang sejarah agama Islam dan perjalanannya di pulau Jawa.

Nama : Muhammad Rosyiq Daffa Haq

Mahasiswa : Universitas Muhammadiyah Malang

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Program Studi : Farmasi

Dosen Pembimbing : Dr. Daroe Iswatiningsih, M.Si.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image