Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image 19105050023 19105050023

Solidaritas Sosial Keberagamaan di Tengah Kematian Warga (Batak) Desa Tambun Sukkean Kecamatan Onan

Sastra | Thursday, 04 Aug 2022, 21:57 WIB

Tepat pada tanggal 24 Juli 2022, salah seorang warga Desa Tambun Sukkean dikabarkan meninggal dunia. Dari peristiwa kematian itu, mahasiswa KKN Tematik Kolaborasi Samosir mengikuti prosesi adat kematian hingga dikebumikan dan dilanjutkan dengan takziah dan tahlil di kediaman keluarga almarhum. Hal yang menarik dalam prosesi adat kematian Batak itu yakni dipakaikannya kain hitam (ulos) kepada keluarga yang ditinggalkan oleh kerabatnya (almarhum). Di Batak sendiri, ulos ada beraneka warna, dan setiap warna memiliki arti dan makna yang berbeda. Salah satunya warna hitam sebagai lambang duka atau kematian, dan warna merah sebagai lambang gembira atau pesta. Dalam beberapa kasus, prosesi pemakaian kain hitam seringkali ditolak keluarga yang ditinggalkan karena beberapa alasan seperti belum ikhlas atau terdapat perseteruan keluarga.

Seperti biasanya, prosesi jenazah dimulai dari memandikan, mengkafankan, mensholatkan hingga menguburkan. Dalam struktur tanah yang keras dan tandus, prosesi pemakaman jenazah tidak dapat berlangsung cepat. Di samping itu pula, tempat pemakaman umum yang jauh membuat pemakaman jenazah membutuhkan angkutan atau kendaraan pick up atau container.

Salah seorang warga yang akrab disapa bapak Baki mengatakan bahwa ”Moderasi beragama di Desa Tambun Sukkean ini sangat kuat, termasuk dalam hal kematian. Semua masyarakat berbondong-bondong untuk berkontribusi dalam penghormatan terakhir terhadap jenazah dan ikut menghibur terhadap keluarga yang ditinggalkan.”

Dengan adat dan kebiasaan yang masih sangat kental di Batak, ada beberapa adat yang masih dilakukan oleh masyarakat Batak asli non Islam seperti ketika ada keluarga jauh dan memungkinkan untuk pulang, maka harus menunggu keluarga pulang terlebih dahulu setelah itu baru dikebumikan. Mereka akan menari tor tor (tari asli batak) di depan jenazah.

Yang menjadi berbeda dan unik di pulau Samosir ini, d iatas kapalanya orang yang meninggal diberi beras, daun pandan dan lain-lain, dalam artian hasil bumi dari mereka diletakkan di atas kepala.

Di dalam masyarakat Batak asli non Islam juga terdapat ritual dimana ketika keluarga meninggal mereka berpesta dengan memotong kerbau. Kemudian mayatnya disimpan atau diletakkan dalam sebuah bangunan khusus untuk silsilah keturunannya. Dalam masyarakat Batak, bangunan penyimpan mayat menjadi simbol status sosial. Semakin bagus bangunannya menunjukkan semakin tinggi status sosial ekonomi atau keturunannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image