Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Moh. Ainu Rizqi

Kembangkan Potensi UMKM di Candiwatu, Mahasiswa KKN 108 UIN Sunan Kalijaga Lakukan Labelisasi

Eduaksi | 2022-08-03 02:57:09
Mahasiswa KKN 108 UINSUKA di kediaman salah satu pelaku UMKM

Bagi banyak orang, hidup tenang, jauh dari kebisingan kota, berjarak dari beton-beton yang ditanam, serta pelukan hangat tetangga kanan-kiri merupakan sebuah kehidupan yang ideal. Begitulah kenyataan yang ada di Desa Candiwatu. Sebuah desa yang secara administrasi berada dalam lingkup Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto – Jawa Timur ini terasa sangat tentram dan hangat.

Mungkin lagu berjudul “Desaku” karya L. Manik yang kerap ditemui saat duduk di bangku Sekolah Dasar dulu mewujud di Desa Candiwatu ini. Berikut liriknya:

Desaku yang kucinta
Pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku
Tak Mudah kulupakan
Tak mudah bercerai
Selalu kurindukan
Desaku yang permai

Desa yang dihuni sekitar 1929 jiwa ini mayoritas memeluk agama Islam. Paidi, sebagai Sekretaris Desa Candiwatu mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat di sini beragama Islam, namun ada juga beberapa orang yang masih menganut aliran kepercayaan atau kebathinan.

“Hampir semua Islam di sini. Tapi beberapa tetap ada yang masih menganut kejawen,” ujarnya.

Dari keseluruhan penduduk di Desa Candiwatu, mayoritas pendapatan masyarakatnya masih dikuasai oleh petani. Tak heran mengapa banyak yang bertani, sebab di wilayah ini masih banyak lahan-lahan yang cocok dibuat untuk bertanam. Apalagi wilayah ini terletak di dataran tinggi, sehingga bertani dan bercocok tanam masih menjadi komoditi utama di sini.

Pendapatan masyarakat Desa Candiwatu selain bertani adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Ada banyak UMKM di Desa Candiwatu, di antaranya adalah pembuatan keripik, pembuatan tempe, kerajinan dari bambu, keajinan dari batu, jamur tiram, mebel, dan lain sebagainya. Semua UMKM tersebut merupakan jerih payah masyarakat Candiwatu dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang terdapat di sini. Salah satu UMKM yang akan diulas dalam tulisan ini adalah UMKM pembuatan keripik.

Jalan Panjang UMKM Pembuat Keripik

Aneka keripik produk UMKM di Candiwatu

“Dulu hanya Bu Yati yang punya usaha itu. Setelah itu dia sakit, lalu mulai banyak tetangga-tetangga lain yang mulai mengikuti usahanya dan membuka usaha sendiri”.

Begitulah ungkap Bu Asih, seorang ibu paruh baya yang kini menjalankan usaha pembuatan keripik di Desa Candiwatu, tepatnya Dusun Candirejo. Bu Asih mengatakan bahwa saat ini ada 12 orang di dusun ini yang sama-sama mengharapkan rezeki dari pembuatan keripik. Keripik yang diolah juga bermacam-macam, yaitu singkong, gadung, pisang, dll.

“Sekarang 12 orang yang usaha keripik. 12 orang itu ya bikin aneka ragam keripik. Mulai dari singkong, gadung, pisang, dan buah-buahan lain yang bisa dibuat keripik,” ungkapnya.

Keripik yang diproduksi oleh UMKM di Candiwatu ini juga masih dijual secara manual. Para pelaku UMKM menjual produknya di Surabaya dengan berangkat sendiri ke sana. Ada yang berangkat ke sana dengan menaiki moda transportasi umum, seperti bus. Bahkan ada pula yang menaiki sepeda motor sendiri dari Candiwatu hingga ke surabaya, dengan jarak tempuh 2 – 3 jam.

“Sebagian penjual di sini menjualnya ke Surabaya. Mereka berangkat biasanya pagi dengan naik bus. Tapi saya tidak. Saya sampai saat ini masih menaiki sepeda motor sendiri untuk menjual keripik hasil buatan saya di daerah Surabaya, kadang juga di daerah Medaeng sana,” ungkap Bu Asih.

Bu Asih saat berdialog dengan mahasiswa KKN (Mutiara & Ainul Yaqin)

Usia rupanya bukan penghalang utamanya untuk terus mendapatkan rezeki yang halal. Dengan segenap kemampuannya, Bu Asih masih terus berusaha dan tetap cerdas memutar otak saat harga minyak sempat tak stabil beberapa waktu lalu..

“Ya gimana caranya kita harus bisa berpikir. Namanya juga usaha, kan yang dicari untungnya. Jadi ketika minyak naik kemaren itu, kami gunakan minyak dengan secukupnya, asal keripiknya tetap berkualitas dan kami juga tidak rugi,” tuturnya.

Labelisasi dan Secercah Harapan Para Pembuat Keripik

5 Juli 2022, saat penerimaan mahasiswa KKN Mandiri Kelompok 58 angkatan ke-108 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Balai Desa Candiwatu, Pacet, Mojokerto, Andik Yulianto selaku Kepala Desa Candiwatu mengharapkan agar mahasiswa KKN dapat melaksanakan program-programnya dengan baik dan dapat membantu memberi warna baru bagi Desa Candiwatu. Salah satunya dapat membantu para pelaku UMKM di sini agar produknya dapat dikenal oleh masyarakat luas.

“Di sini banyak UMKM, semoga adik-adik mahasiswa bisa turut membantu UMKM yang ada di Candiwatu agar khalayak luas bisa tahu bahwa produk-produk itu berasal dari sini. Selain itu juga bisa membantu menambah pendapatan dari para pelaku UMKM tersebut,” tukas Andik dalam sambutannya pada hari Selasa, (05/07/22).

Apa yang disampaikan oleh Kepala Desa Candiwatu tersebut memang seturut dengan program-program dari Mahasiswa KKN 108 UIN Sunan Kalijaga di Candiwatu tersebut. Mahasiswa KKN mengusung tema “Pemberdayaan Potensi Masyarakat dalam Bidang Literasi dan Ekonomi Berbasis Sosio-Religi”. Sehingga pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi, khususnya bagi para pelaku UMKM jelas masuk dalam list program kerja mereka.

Salah satu program yang telah dan sedang berjalan dari mahasiswa KKN 108 UIN Sunan Kalijaga adalah labelisasi produk dari UMKM. Selama ini para pelaku UMKM pembuat keripik tak pernah mencantumkan label pada produk mereka, sehingga banyak konsumen yang tak mengetahui di mana produksinya, siapa pembuatnya, dan bagaiamana cara untuk memesan keripik ini. Padahal menurut Kepala Desa Candiwatu, banyak konsumen yang suka terhadap keripik produk Candiwatu ini, namun sayangnya banyak orang tak tahu bagaimana cara memesan dan di mana lokasi pembuatannya.

“Keripik-keripik produk UMKM sini sangat besar dan banyak peminat, tapi tak ada labelnya, sehingga banyak konsumen yang kebingungan ketika mereka ingin memesan keripik ini secara khusus,” ujarnya.

Melihat kenyataan yang sedemikian rupa, Mahasiswa KKN dari UIN Jogja mencoba blusukan ke para pelaku UMKM dan menawarkan pembuatan label sederhana agar produk-produk mereka bisa lebih terjangkau oleh khalayak umum di luar Candiwatu.

Salah satu contoh label yang diberikan Mahasiswa KKN 108 UINSUKA pada pelaku UMKM

Hal tersebut mendapat respon positif dari para pelaku UMKM. Hampir semua pembuat kripik menerima dan bersedia diberikan label oleh Mahasiswa KKN. Adapun label yang diberikan terbuat dari kertas dan bertuliskan nama keripik, nomor telepon, dan alamat produksi.

“Alhamdulillah, dengan adanya labelilasi ini semoga bisa tambah sukses dan semakin berkah,” ujar salah satu pembuat keripik saat pemberian label terhadap keripik buatannya dari mahasiswa KKN.

Hingga saat ini, terhitung ada 7 UMKM pembuat keripik yang bersedia diberikan label pada produknya. Ke depannya, setelah mahasiswa KKN Mandiri Kelompok 58 angkatan 108 UIN Sunan Kalijaga ini menutup agenda KKN pada 19 Agustus 2022, para pelaku UMKM yang telah melabeli produknya akan memfotokopi sendiri label yang telah diberikan oleh mahasiswa KKN.

“Besok kalau adik-adik KKN sudah balik ke Jogja, labelnya akan saya fotokopi sendiri. Pokoknya sebelum balik, adik-adik tinggalkan file labelnya ya, biar kalau yang bentuk kertas hilang, bisa saya cetak lagi sendiri. Sekalian jadi kenang-kenangan dari adik-adik semua,” pungkas Bu Asih.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image