Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fadila Dwika Cahya Ningtyas

Resensi Novel PETIR (Supernova 3) Karya Dee Lestari

Sastra | Monday, 01 Aug 2022, 15:30 WIB
sampul "PETIR" karya Dee Lestari

Judul buku : Petir (Supernova 3)

Penulis : Dee/Dewi Lestari

Penerbit : Penerbit Bentang

Tahun terbit : 2004

Tebal : 286 halaman

Harga : Rp. 84.000,-

Elektra menjadi tokoh utama dalam buku yang berjudul Petir ini. Seorang gadis biasa yang hidup di Bandung bersama dengan Kakak dan Ayahnya. Namanya terbilang cukup unik, ditambah nama tersebut berkaitan dengan mata pencaharian ayahnya. Elektra merupakan gadis biasa, yang hanya menganggap dirinya adalah penoton di keluarganya, ia jarang ikut andil di dalam cerita kakak dan ayahnya. Hingga suatu saat Elektra harus dihadapkan oleh kesedihan dimana sang ayah dinyatakan meninggal dunia, dan tak lama itu kakanya memutuskan untuk menikah dan ikut dengan suaminya. Alhasil hanya Elektra seorang di rumah tersebut. Kisah perjalanan Elektra dimulai setelah dua peristiwa tersebut, lebih tepatnya kisah kehidupannya. Kesana kemari mencari pekerjaan untuk melangsungkan hidupnya, dan dalam perjalanannya mencari pekerjaan ia bertemu dengan orang-orang baru yang peduli padanya. Ibu Sati, adalah orang pertama yang dekat dengan Elektra. Tentunya pertemuan keduanya sangat amat tidak diduga, apalagi saat itu Elektra memberanikan diri untuk memasuki area rumah bu Sati untuk membeli keperluan klenik-nya yaitu surat undangan palsu untuk menjadi asisten dosen di kampus ghaib. Semenjak kejadian itu Elektra semakin mengenal siapa itu Ibu Sati. Elektra juga memiliki keahlian, semacam orang pintar. Menurut Ibu Sati keahlian itu sudah ada sejak lama, namun Elektra tidak menyadarinya. Lalu diperjalanannya pula ia bertemu dengan orang-orang baru dan hebat. Mpret salah satunya, Mpret merupakan semacam investor yang memanfaatkan ruang di rumah Elektra untuk dijadikan tempat berjual beli. Mpret mampu merubah rumah tersebut menjadi sebuah tempat tongkrongan yang dapat dijangkau oleh semua kalangan. Mulai dari mendirikan distro, tempat PS, warnet, teater kecil, dan kedai. Tempat itu sekejap menjadi terkenal oleh semua kalangan. Berkat Mpret, Elektra dapat melanjutkan hidupnya, lebih tepatnya berkat bisnis tersebut Elektra mendapatkan penghasilan. Dan juga berkat kemampuan Elektra yang semakin lama semakin meningkat, yang tadinya disambar petir tidak kenapa-napa, lalu dapat menyetrum orang, dan yang terakhir dapat menyalurkan listrik ke orang yang biasanya mereka sebut dengan terapi, berkat kemampuannya itu ia dapat membantu banyak orang dan menyalurkan energinya. Seperti pada kalimat yang membekas di kepala saya saat membaca buku tersebut yaitu

“ Namanya juga orang diberi kelebihan, berarti ada yang 'lebih', kan? Sesuatu yang 'lebih' baru bermanfaat kalai dibagikan. kalau tidak, ya, cuma 'lebih' tok. Nggak ada artinya." Pada halaman 205

Buku ini lebih banyak menceritakan kehidupan Elektra, tentunya dengan kelebihannya pula. Karena terbilang buku di tahun 2000-an maka tentunya dari segi latar waktu menggunakan di tahun tersebut pula. Dan saat saya membacanya mungkin ada beberapa istilah yang saya tidak mengerti di dalamnya. Namun secara keseluruhan saya mendapatkan gambaran besar saat membacanya. Buku ini cocok untuk menjadi bahan bacaan, atau mengisi saat waktu luang. Beberapa hal yang saya dapat setelah membaca buku ini mungkin lebih kepada harus berani untuk menghadapi perkembangan zaman, serta pantang menyerah untuk mencapai sebuah tujuan, dan kita juga harus mengenali diri kita sendiri yang siapa tau kita memiliki sebuah kelebihan yang tak pernah kita sadari, dari kelebihan itu kita mungkin bisa mengasah diri dan menemukan jati diri.

Daftar pustaka :

Lestari, D. (2004). Petir. D.I. Yogyakarta: Penerbit Bentang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image