Penyelam Bawah Laut, Ekstrem bukan Profesi ''Kaleng-Kaleng''
Eduaksi | 2021-11-22 14:58:48Penyelam adalah orang yang rela mengambil resiko berbahaya dengan berlama-lama masuk ke dalam lautan, bisa dibilang begitu. Karena hakikatnya, manusia merupakan mahluk yang bernafas dengan paru-paru, bukan dengan insang. Pokoknya, beda alam.
Seorang penyelam memiliki kemungkinan terbawa arus laut yang sama kuatnya dengan arus sungai. Mereka juga beresiko terserang hipotermia dan hipoksia. Paling minim, orang yang nekat menyelam ke bawah laut akan terganggu pendengarannya.
Anehnya, ada saja orang bergaya layaknya mahluk air. Wajar sih, kegiatan menyelam memiliki tantangan tersendiri. Belum lagi Indonesia yang sebagian besar wilayahnya berupa lautan. Kebutuhan hidup dan perkembangan zaman menjadikan aktivitas menyelam sebagai profesi tetap.
Sebut saja penyelam-penyelam tradisional dari suku Bajo di Indonesia. Mereka secara turun-temurun menyelam untuk mencari ikan dan kerang. Berbekal kekuataan paru-paru, pria dari suku Bajo mampu menahan nafas hingga ke kedalaman sekitar 70 meter dari permukaan laut.
Berbeda dengan penyelam modern yang menggunakan perlengkapan khusus dan lengkap untuk beraktivitas di bawah laut. Mulai dari wetsuit, fin, snorkel, tabung dan regulator, buoyancy compensator device, dan lain-lain. Setidaknya ada 15 alat yang digunakan agar penyelam dapat berlama-lama di kedalaman lautan.
Seiring berkembangnya kebutuhan manusia, kegiatan menyelam tidak lagi sekadar mencari makan atau free diving. Ada orang yang ditugaskan untuk memotret kehidupan lautan. Ada juga yang menjadi pahlawan infrastruktur, dengan menjaga seluruh aset yang terdapat di bawah laut.
Perhatian akan pembangunan, khususnya pulau-pulau kecil didasarkan pada posisi strategis dan daya dukung ekosistemnya terhadap keberlanjutan sumberdaya kelautan. Keberadaan ekosistem tersebut memiliki potensi jasa kelautan yang tiada terkira, baik dari segi ekonomi maupun ekologi.
Pembangunan kelautan menuntut tersedianya sumberdaya manusia bukan kaleng-kaleng untuk pengelolaan sumberdaya kelautan. Karena itulah penyelam modern hadir untuk menginventarisir, dan memonitor sumberdaya laut, serta menjaga aset jaringan infrastruktur di bawah laut agar tetap berfungsi.
Pernah lihat kan, sebuah video yang menggambarkan seorang penyelam yang terjun ke dalam lautan saat tengah malam? Rekaman tersebut sempat menjadi perbincangan seru ketika jaringan Telkomsel dan IndiHome terganggu. Kelihatan mencekam, dan sulit. Kira-kira seperti itulah kalau bekerja sebagai engineer diver, atau yang disebut teknisi bawah laut.
Tugas utama penyelam teknisi bawah laut memang untuk memelihara berbagai kabel, mesin, dan struktur bangunan di bawah laut. Sekiranya ada sedikit saja kerusakan, mereka bersiap kapan saja terjun ke dalam lautan dengan membawa perlengkapan tambahan, seperti las, palu, godam, dan lainnya.
Selain itu, ada juga yang berprofesi sebagai petugas keamanan bawah laut, atau yang disebut police diver. Profesi ini hanya dijalani oleh anggota kepolisian yang telah mendapatkan pelatihan khusus. Tapi tidak menutup kemungkinan pula, kepolisian menyewa jasa penyelam teknisi untuk membantu pekerjaan mereka mencari berbagai macam bukti tindak kriminal.
Di bidang sains ada pula yang disebut marine biologist dan archeologist. Tugas mereka menyelam ke dalam lautan untuk menginventarisir kekayaan yang tersimpan di dalam lautan. Jika seorang ahli biologi mempelajari perilaku mahluk lautan dan organisme mikro di dalamnya, seorang arkeolog melakukan penggalian peninggalan yang terkubur di dasar laut.
Tidak mudah menjadi penyelam profesional semacam hal-hal tersebut yang saya sebutkan di atas. Mereka yang mendedikasikan dirinya mengarungi dunia bawah laut harus melalui pola pembelajaran yang bervariasi dan memadai hingga menjadi penyelam ilmiah dan berkualifikasi.
Setidaknya penyelam profesional harus menjalani materi pembelajaran berupa snorkel diver, basic diver,hingga advance diver. Standarnya sendiri mengacu kepada asosiasi sekolah penyelam internasional yang berbasis pada scientific diver.
Dari pembelajaran yang dilalui, para penyelam akan memiliki perilaku profesional. Mereka tidak akan membuat resiko dengan menyelam sendirian ke bawah laut, karena mengerti peran buddy diver untuk mengurangi resiko fatal.
Para penyelam yang bersertifikat juga memiliki ketenangan dan taat prosedur ketika menjalani tugasnya, terutama ketika menggunakan alat-alat kerja di luar perlengkapan menyelam.
Tidak sembarangan orang yang mampu menjadi penyelam profesional. Kedisiplinan adalah kunci saat menjalankan tugas bekerja di bawah laut. Tuntutan yang berat, dan lingkungan kerja yang ekstrem menjadikan profesi ini bukan pekerjaan "kaleng-kaleng".
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.