Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ariq Maulana Zahran

Pengaruh Televisi Sinteron dalam Realitas Keluarga

Eduaksi | Tuesday, 19 Jul 2022, 16:48 WIB
animasi anak sedang menonton tv - Bing images" />
ilustrasi : animasi anak sedang menonton tv - Bing images

Pada saat ini, Televisi menjadi Salah satu Hiburan untuk keluarga. 24 Jam televisi siap memberikan tontonan yang ada, orang tua menyediakan televisi di rumah dengan berbagai macam tujuan. Salah satu tujuannya agar anak betah di rumah. Seharusnya para orang tua perlu merasa khawatir, ketika anak terbiasa duduk berjam-jam di depan televisi daripada bersosialisasi dengan teman-teman nya bahkan dengan keluarganya sendiri.

Tentunya, ditengah-tengah perannya selaku media hiburan keluarga, kini dunia pertelevisian telah mengalami disorientasi dalam mendidik penontonnya. Dunia pertelevisian kini terancam oleh unsur-unsur vulgarisme, kekerasan bahkan pornografi. Ketiganya hampir menjadi sajian rutinitas sehari-hari. Akan banyak dampak negatif yang terjadi ketika anak disuguhi tontonan seperti itu.

Komisioner KPAI, Maria Ulfah Anshor, mengatakan “Tayangan sinetron ini berdampak ketika anak melihat sinetron yang penuh dengan tindakan kekerasan, maka anak akan mengikutinya,”

Peran televisi dalam pembentukan kepribadian anak ada pada proses dan peniruan, pengaruh proses ini terdapat pada seseorang yang berlangsung secara perlahan-lahan.

Dampak negatif dari menonton televisi berlebihan yaitu :

a. Anak 0±4 tahun, menggangu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara,Kemampuan herbal membaca maupun maupun memahaminya, menghambat anak dalam Mengekspresikan pikiran melalui tulisan.

b. Anak 5-10 tahun, meningkatkan agresivitas dan tindak kekerasan, tidak mampu Membedakan antara realitas dan khayalan

c. Berprilaku konsumtif karena rayuan iklan

d. Mengurangi kreatifitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis Dan sendiri

e. Televisi menjadi pelarian dari setiap keborosan yang dialami, seolah tidak ada pilihan lain.

f. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) karena kurang berkreativitas dan berolahraga

g. Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga tergantikan dengan nonton TV, yang cendrung berdiam diri karena asik dengan jalan pikiran masing-masing

h. Matang secara seksual lebih cepat asupan gizi yang bagus adegan seks yang sering dilihat menjadikan anak lebih cepat matang secara seksual, ditambah rasa ingin tahu pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di TV semain menjerumskan anak.

Dari begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh tontonan televisi, ada beberapa hal yang Bisa kita lakukan oleh setiap orang tua untuk mengawasi itu semua, yaitu:

1. Pilih acara yang sesuai dengan usia anak Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun Ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan Anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia Mereka).

2. Dampingi anak menonton TV Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol dan orangtua Bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak untuk di tonton.

3. Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak. Dengan meyimpan TV diruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol Tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, Karena kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.

4. Tanyakan acara favorit mereka dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk Mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut Secara bijaksana dan positif.

5. Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara Positif dengan orang lain. Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya, Siraturahim tempat sanak keluarga dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.

6. Perbanyak membaca buku, letakkan buku ditempat yang mudah dijangkau anak, ajak Anak ke toko dan perpustakaan

7. Perbanyak mendengarkan radio, memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai Mengganti menonton TV. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan Mendengarkan radio, anak akan terlatih kemampuan mendengarnya, jika kita Bandingkan denga menonton televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur cerita tanpa menganalisis lebih lanjut dari apa yang dialihat dan dengar. Begitu juga dengan Mendengarkan musik lebih baik dilakukan bila dibandingkan dengan menonton televisi Karena bisa melatih perkembangan imajinasi anak.

Mungkin kita beranggapan dampak televisi tidaklah begitu terlalu besar bagi anak-anak, Malahan orang tua hanya melarang anak-anaknya untuk tidak menonton film yang berbau Pornoaksi, dan membiarkan mereka menonton film yang biasa-biasa saja atau memang film anak-Anak, namun sebenarnya film anak-anak yang di tonton oleh anak-anak pun tidak menutup kemungkinan bisa berdampak negatif bagi anak itu sendiri. Sekarang setelah mengetahui begitu Besar dampak televisi bagi anak sudah sepatutnya setiap orang tua membatasi waktu menonton dan mengawasi tontonan yang baik untuk anak tersebut.

Pada waktunya perkembangan televisi ini mengakibatkan manusia terperangkap dalam banjir informasi. Stimulus khususnya, tayangan televisi yang menerpa anak semakin banyak. Bervariasi dan penuh dengan nilai-nilai. Televisi lewat acara dan tayangannya telah hadir dengan seperangkat nilai baik dan juga nilai yang buruk. Berkaitan dengan relasi anak dengan televisi kekhawatiran terserapnya nilai yang buruk oleh anak dapat diantisipasi dengan memberdayakan keluarga khususnya orang tua Ayah atau Ibu. Keluarga menjadi benteng utama yang mengajarkan pada anak-anak untuk menonton dengan kritis.

*Penulis

Isma Carissa Putri

Prodi Ilmu Komunikasi (Universitas Muhammadiyah Dr.Hamka)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image