Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image MOH ZULHAM ALSYAHDIAN

Guru Penggerak

Guru Menulis | Tuesday, 16 Nov 2021, 16:28 WIB

Sudah menjadi tradisi birokrasi, ketika ada pelatihan, diklat, seminar, dan semacamnya, para peserta yang mengikutinya ditunjuk oleh instansi terkait. Biasanya, yang menjadi peserta adalah individu atau sekolah yang berada di ibukota pemerintahan provinsi/kabupaten/kota. Sehingga tidak jarang individu atau sekolah yang ikut, hanyalah individu atau sekolah yang sama. Akibatnya, banyak individu atau sekolah lain yang (bahkan) sampai sekian lama, tidak pernah mengikuti kegiatan–kegiatan di atas. Sehingga upaya untuk peningkatan kompetensi guru bersifat terbatas, tidak bisa menjangkau spektrum yang lebih luas, terutama bagi individu guru yang berada di pelosok-pelosok daerah.

Dalam konteks ini, Pendidikan Guru Penggerak [sebagai episode ke 5 program Merdeka Belajar], bisa menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Betapa tidak, Pendidikan Guru Penggerak yang notebene program unggulan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), mengundang para insan pendidikan terbaik bangsa [di mana pun berada], untuk menghadirkan perubahan nyata bagi pendidikan Indonesia dengan mendaftar menjadi Guru Penggerak.

Eksistensi Guru Penggerak

Guru penggerak adalah salah satu ikhtiar untuk melakukan transformasi dalam dunia pendidikan. Bahkan secara tegas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengatakan, bahwa Guru penggerak adalah ujung tombak transformasi pendidikan. Seorang guru penggerak, tambah Mas Menteri, tidak hanya memiliki semua karakteristik guru yang baik, akan tetapi lebih dari itu, seorang Guru Penggerak juga harus memiliki kemauan untuk melakukan perubahan dan memberi dampak yang baik bagi guru lainnya, serta berkemauan untuk mendorong tumbuh kembang murid secara holistik sesuai dengan profil Pelajar pancasila. Mereka harus dapat menjadi agen teladan dan obor perubahan baik di dalam dan di luar unit pendidikannya.

Hal yang sama ditegaskan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Iwan Syahril, “Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila”.

Relevan dengan hal di atas, perlu kiranya para guru-guru (di manapun anda berada) untuk segera menjadi bagian dari program pendidikan guru penggerak. Hal ini (terutama), bukan sekedar untuk mengejar “sesuatu” yang bersifat materi atau immateri, akan tetapi memang untuk peningkatan kapasitas dan kualitas diri sebagai seorang pendidik. Karena kita hidup di era digital dengan peserta didik milenial, yang barang tentu memerlukan metode dan strategi yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga bisa menciptakan pembelajaran yang lebih asyik, menyenangkan, dan juga bermakna.

Sebuah ungkapan yang patut menjadi renungan, “bahwa guru yang berhenti belajar, maka sebaikya berhenti mengajar”. Melalui pendidikan Guru Penggerak, menjadi ajang yang tepat bagi insan pendidik untuk terus belajar dan mengupgrade diri, menjadi guru yang lebih baik. Toh, proses pendaftarannya dapat diakses secara mudah melalui media online. Baik pemberkasan persyaratan administrasi, tes tulis serta wawancara. Kesemua proses ini justru sangat memudahkan bagi para insan pendidik, dengan tanpa meninggalkan tugas pokoknya sebagai guru. Begitupun proses pendidikan yang dilakukan, baik yang bersifat daring maupun luring, kesemuanya sangat mendukung dan menunjang bagi seorang guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Harapan Kepada Guru Penggerak

Pertanyaannya kemudian yang muncul adalah, lalu apa yang yang bisa dilakukan oleh seorang guru penggerak ? Dapatkan mereka nantinya akan melakukan perubahan sebagaimana yang diharapkan ? Perlu kita ingat, bahwa seorang guru penggerak bukanlah seorang yang maha dan super sakti, yang datang dan dalam waktu yang singkat bisa merubah segalanya. Karena realitas di dalam dunia pendidikan sangat kompleks dan multi dimensional. Karena objek dari pendidikan adalah manusia, dengan berbagai karakternya. Sehingga antara idealitas dan realitas dalam dunia pendidikan, terkadang (justru) berbanding terbalik.

Bahwa program guru penggerak ini merupakan sebuah terobosan yang baik dari Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, itu fakta, terlepas dari plus minusnya program ini. Bahkan dalam beberapa kesempatan, beliau mengatakan ini adalah program terpenting dari beberapa program kementeriannya. Katakanlah program unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Akan tetapi yang perlu kita ingat, sebagus apa pun sebuah program atau rencana, kalau dalam implementasinya di lapangan tidak sama bagusnya, maka hasil akhirnya pun juga tidak maksimal.

Utamanya bagi sang guru penggerak, dalam implementasinya di lapangan seyogyanya harus mampu bersinergi dan berkolaborasi dengan segenap stakeholder di sekolah (utamanya kepala sekolah), sehingga apa yang menjadi rencana dan program untuk transformasi dalam pembelajaran di sekolah bisa berjalan secara efektif dan efisien. Sebaliknyalah bagi para Kepala Sekolah dan segenap perangkatnya plus guru dan peserta didik, harus mensupport apa yang menjadi agenda perubahan yang dibawa oleh sang guru penggerak. Tentunya melalui sebuah proses diskusi yang intens dan konstruktif. Sehingga agenda yang diusung bukan lagi (hanya) dipahami dan dimiliki oleh seorang guru penggerak semata, tapi menjadi agenda bersama pihak sekolah. Sehingga sekolah memiliki visi dan misi yang sama menuju proses awal transformasi dalam dunia pendidikan.

Memang sebuah perubahan (dimanapun) itu, pasti sulit diawal. Akan ada yang antipati bahkan resistensi. Apalagi bagi mereka yang sudah lama berada di zona aman dan nyaman (comfort zone). Tapi percayalah, sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Heraclatos, filsuf Yunani, Nothing endures but change. Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan itu pasti akan datang, cepat atau lambat.

Apalagi kita hari ini berada di era Disruption (istilah Rhenald Kasali). Era di mana dunia hari ini ditandai dengan Vitality (dinamis dan cepat berubah), Uncertainty (sulit diprediksi), Complexity (rumit penuh komplikasi), dan Ambiguity (membingungkan penuh paradoks). Hidup di era disruption ini membuat kita harus terus mengupdate dan mengupgrade diri, untuk meningkatkan kompetensi. Karena angin perubahan tidak pasti, dan bisa sewaktu-waktu datang menghampiri. Pandemi Covid-19 telah mengajarkan kita, agar terus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang datang silih berganti.

Oleh karena itu, seharusnyalah akan lebih banyak lagi para guru-guru terbaik dari seluruh pelosok negeri untuk mengikuti proses pendidikan ini. Inilah saatnya, Gerbang sudah dibuka, tegas Mas Menteri. Sehingga perahu besar pendidikan di negara Indonesia ini bisa bergerak lebih cepat, menuju sebuah cita-cita besar untuk kemajuan bangsa dan negara ini. Salam dan Bahagia.

Moh Zulham Alsyahdian, S.Hum, M.Pd. Guru SMP Negeri 1 Keritang, di sudut kampung Provinsi Riau.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image