Kiat Mas Arie, Bosan Jadi Pegawai Hingga Terbakar Semangat Bisnis Ayam Bakar
Kuliner | 2021-11-14 08:09:59"Berbisnis membuat saya lebih dekat dengan keluarga. Bisa melihat anak dan istri tersenyum setiap hari adalah anugerah terindah bagi saya," ucap Mas Arie.
Serba hitam ! mengenakan topi blangkon motif batik khas Yogyakarta, baju kaos hitam berkerah lengkap dengan logo. Aura pebisnis tampak dari raut wajah, Dedi Ariandi, 45 tahun alias Mas Arie. Meski lahir di Banda Aceh, Mas Arie memiliki darah keturunan Jawa, ia lancar berbahasa Aceh dan Jawa.
Mas Arie sudah tujuh tahun menggeluti bisnis ayam bakar. Pamflet nama usaha bertuliskan 'Ayam Bakar Mas Arie' di gapura kecil pintu masuk, menyambut setiap pelanggan yang datang. Ayam Bakar Mas Arie berada di Jalan Bakti, Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
Lima bola lampu dipasang untuk menerangkan tulisan di pamflet. Tiga bola pijar biasa, dipasang di atas tulisan, dua lampu lampion disisi kiri dan kanan. Kemudian, lampu hias Tumblr motif kupu-kupu dipasang mendatar menjalar di sepanjang pagar depan rumah. Kerlap kerlip lampu hias Tumblr memberikan keindahan tersendiri. Tanaman rambat pagar memutar rapi diantara tembok teras.
Sembilan meja tersusun rapi, empat di teras, lima di halaman rumah. Ada dua pohon peneduh di halaman rumah, pohon asam jawa dan pohon jambu, tumbuh berdampingan dengan daun rindang, kedua pohon itu mampu menjadi tempat untuk berteduh di bawah gemerlap hujan yang rintik-rintik malam itu.
Konstruksi bangunan rumah sewa yang dijadikan tempat usaha itu, setengah tembok setengah kayu. Di jendela di pajang hiasan dinding. Bermacam-macam tulisan. Mulai dari "tawakal itu pasrah disertai usaha". "Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolong" dan "smile its sunnah dan sadaqah." Mas Arie baru menempati tempat usahanya itu awal bulan sembilan.
Di tengah kesibukannya yang ikut melayani pelanggan, Mas Arie menyempatkan diri bercerita kepada penulis, pria murah senyum itu mengawali bisnis ayam bakar tahun 2014 dengan menggunakan gerobak, di depan Plasa Telkom di Jalan Teuku Moh. Daud Beureueh, Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
Hingga akhirnya setelah berjalan enam tahun. Awal Januari 2021, bisnis Ayam Bakar Mas Arie pindah ke ruko di Jalan Bakti, Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh (di belakang Plasa Telkom). Delapan bulan jualan di ruko yang disewa Rp11 juta pertahun itu, Ayam Bakar Mas Arie kembali pindah kerumah sewa yang berada tepat di depan ruko sebelummya. Total sudah tiga kali pindah selama tujuh tahun Mas Arie menggeluti bisnis ayam bakar.
"Saya sewa rumah ini Rp15 juta pertahun, ada dua kamar, tapi tidak difungsikan untuk tempat tinggal, saya bersama istri dan anak masih tinggal di ruko depan," kata Mas Arie kepada penulis, Kamis malam, 11 November 2021.
Dirinya mengaku membuka bisnis karena bosan jadi pegawai. Mas Arie sebelumnya bekerja di Istana Yamaha selama 8 tahun. Terakhir, sebelum memutuskan berbisnis, Mas Arie bekerja di PT. Celebes Capital Cabang Banda Aceh selama 3,5 tahun. Kedua tempatnya bekerja itu sekarang sudah minggat dari Aceh.
Ada pengalaman unik, kata Mas Arie. Saat masih berstatus sebagai karyawan, setiap hari libur, Mas Arie bersama teman-temannya kumpulin uang untuk bakar-bakar. Seperti biasa, Mas Arie menjadi chef andalan. Setelah beberapa kali mencicipi, banyak temannya yang menyarankan untuk berjualan.
"Buka bisnis selain keinginan sendiri juga dorongan teman-teman. Dari merekalah adalah sedikit motivasi, rupanya ayam bakar saya buat layak untuk dijual," ujar Mas Arie.
Mas Arie mengaku enam bulan pertama mengawali bisnisnya pada tahun 2014 mengalami kesulitan, dalam sehari ia hanya mampu menjual lima ekor ayam. "Orang tidak tahu dan mungkin tidak mau tahu, ketika awal jualan saya bersama istri buka sampai jam tiga dinihari. Paginya, belanja ke pasar dan beres-beres untuk jualan malamnya lagi. Begitu terus pas pertama jualan dulu," tambahnya.
Enam bulan berjalan, kata dia, baru nampak ada penjualan, orang-orang mulai tahu. Dari semula lima ekor, kemudian meningkat menjadi 20 ekor, 30 ekor, begitu seterusnya. Hingga, ia mampu menjual ayam bakar 80 ekor perhari atau sekitar 480 potong. Bahkan, jika puasa dagangannya bisa ludes terjual hingga 90 ekor ayam.
Padahal saat itu tidak ada metode promosi khusus yang digunakan. Selain media sosial yang belum semarak sekarang, juga handphone yang dipakai Mas Arie saat itu belum mumpuni. Hanya menggunakan metode MLM alias Mulut Lewat Mulut.
"Banyak ayam bakar lain di Banda Aceh, tapi kita memiliki ciri khas sendiri. Menjadi berbeda dari yang lain, mulai dari aroma, rasa, penyajian hingga pelayanan," tutur Mas Arie.
Smentara itu, ia juga mengungkapkan omset perhari paling rendah Rp1,8 juta, paling tinggi Rp3,5 juta. "Sampai sekarang masih belanja sendiri," tambahnya.
Malam itu, penulis bersama seorang sahabat, Bilal Faranov, memesan dua nasi uduk ayam bakar dan minum. Bilal memesan sirup kurnia cap patung, penulis air mineral botol. Satu porsi nasi uduk ayam bakar dibanderol Rp17 ribu, sedangkan minum masing-masing dibanderol Rp5 ribu. Total hanya perlu merogoh kocek Rp44 ribu.
Bilal mengatakan rasa nasi uduk Ayam Bakar Mas Arie tidak lebay, tidak ada campuran rempah-rempah aneh yang dapat mengubah rasa nasi uduknya, ayam bakarnya pun cukup lembut.
"Biasanya nasi uduk kan banyak ditambah rempah-rempah aneh yang apabila digigit membuat selera makan hilang. Harga disini juga cukup wort it," imbuh Bilal bak food vlogger.
Bisnis Ayam Bakar Mas Arie Dihantam Pagebluk Covid-19
Kedatangan pagebluk Covid-19 pertengahan Maret 2020 ternyata ikut berdampak pada bisnis Ayam Bakar Mas Arie. Penjualannya mulai menurun drastis, hingga setengah dari penjualan normal. Tidak hanya itu, karyawan yang sebelumnya berjumlah empat orang, kini tersisa satu orang. Mas Arie merasa sangat bersalah, karena telah merumahkan mereka yang selama ini membantunya. Namun, tidak ada jalan keluar lain, pagebluk Covid-19 benar-benar menghantui bisnisnya.
"Awalnya empat orang karyawan, kini tinggal satu orang, saya bilang kepada mereka yang keluar, supaya nanti ketika penjualan sudah normal kembali, mereka bebas untuk kembali," ungkap Mas Arie.
Kendati demikian, Mas Arie tidak pernah menyalahkan keadaan. Baginya, rezeki sudah ada diatur dengan baik oleh Tuhan. Entah sampai kapan, Mas Arie berharap pagebluk Covid-19 segera berakhir.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.